Mioma Uteri, Penanganan dan Pencegahannya

Tuesday, 27 August 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Mioma uteri umumnya disebabkan oleh faktor genetik, indeks massa tubuh, menarche terlalu dini, hingga konsumsi alkohol. Simak gejala dan perawatannya di sini.

Mioma Uteri, Penanganan dan Pencegahannya

Mioma uteri merupakan salah satu gangguan pada organ reproduksi wanita yang sering terjadi. Angka kejadiannya mencapai 70-80% pada wanita berusia 50 tahun, dengan usia puncak terjadinya pada usia 40 tahun. 


Tumor jinak ginekologi ini terbentuk oleh otot polos dari rahim (uterus) dan berbagai jaringan ikat. Meskipun bersifat jinak, gangguan pada rahim ini tetap perlu diwaspadai karena potensi komplikasi yang ditimbulkannya.


Apa Itu Mioma Uteri?

Miom, leiomyoma, atau mioma uteri, adalah suatu kondisi medis di mana terjadi pertumbuhan jaringan tidak normal (tumor) yang bersifat jinak pada rahin. Meski bisa tumbuh di bagian dalam maupun luarnya. tumor jinak rahim ini lebih banyak ditemukan pada bagian dinding dan permukaan rahim.


Terjadinya mioma uteri sering kali tidak menyebabkan penderitanya mengalami keluhan apa pun. Bahkan kebanyakan wanita mengetahui bahwa dirinya mengalami mioma uteri secara tidak sengaja, misalnya ketika melakukan pemeriksaan rutin ginekologi atau ultrasonografi (USG). Hal ini biasanya terjadi pada kasus mioma uteri yang ukurannya masih kecil. 


Namun, saat ukurannya bertambah besar, wanita yang mengalami mioma uteri biasanya akan mulai merasakan keluhan maupun komplikasi, seperti perdarahan menstruasi yang tidak normal, gangguan berkemih, dan infertilitas (mandul).


Terbentuknya mioma uteri bisa saja hanya 1 atau banyak (multiple). Ukuran dan letaknya pun bervariasi. Berdasarkan letak kemunculannya, mioma uteri dikelompokkan menjadi: 


  • Submukoum (tumbuh di dalam dekat dinding rahim)
  • Subserosum (menonjol keluar dari rahim)
  • Intra mural (berada di tengah)


Baca juga: Prolaps Organ Panggul, Turunnya Posisi Rahim dan Organ Panggul Lainnya



Cara Mengobati Mioma Uteri

Ketika ukurannya masih kecil dan tidak berbahaya, biasanya tidak diperlukan penanganan khusus untuk mengatasi mioma uteri. Namun, ketika ukuran mioma uteri makin besar, apalagi hingga menyebabkan keluhan yang mengganggu aktivitas penderitanya, penanganan harus segera dilakukan. 


Umumnya penanganan mioma uteri yang dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan berupa peresepan obat, operasi, atau kombinasi keduanya.


Teknik operasi untuk pengobatan mioma uteri akan disesuaikan dengan letak dan ukurannya, baik dengan teknik histeroskopi, laparoskopi, atau laparotomi. Selain itu, jenis operasi mioma uteri pun bisa berupa: 


  • Miomektomi, hanya untuk mengangkat mioma, yang lebih banyak dilakukan pada wanita yang masih berencana untuk memiliki keturunan.
  • Histerektomi, yakni pengangkatan rahim, yang lebih banyak dilakukan pada wanita yang sudah menopause atau tidak berencana memiliki keturunan lagi.


Selain itu, mioma uteri juga dapat ditangani dengan menyumbat arteri atau pembuluh darah pada rahim (embolisasi). Dengan diputusnya aliran darah ke rahim, diharapkan ukuran mioma uteri akan mengecil dan akhirnya menghilang. Cara ini merupakan pilihan penanganan yang akan dilakukan dokter ketika operasi dinilai sangat berisiko.


Baca juga: Siklus Haid dan Reproduksi Sehat


Cara Mencegah Mioma Uteri

Meski sudah diketahui penyebab utama serta faktor risikonya, kemunculan mioma uteri tidak dapat dicegah sepenuhnya. Walau demikian, usaha preventif tetap diperlukan untuk mengurangi atau memperkecil risiko munculnya mioma uteri. Beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan mioma uteri adalah sebagai berikut ini: 


  • Menerapkan pola hidup sehat
  • Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, secara rutin
  • Menjaga berat badan ideal
  • Menerapkan pola makan sehat, dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
  • Tidak merokok maupun mengonsumsi alkohol


Baca juga: Endometriosis, si Penyebab Nyeri Hebat Saat Menstruasi



Mioma Uteri dan Dampaknya terhadap Kehamilan

Mioma uteri sering kali ditemukan saat seorang wanita melakukan kontrol rutin kehamilan. Pada kasus seperti ini, umumnya mioma uteri sudah terjadi sebelum proses kehamilan berlangsung. Hanya saja, ukurannya kecil dan tidak bergejala sehingga tidak terdeteksi. 


Meski awalnya tidak menimbulkan gejala, mioma uteri pada wanita hamil dapat menyebabkan berbagai keluhan. Gejala yang timbul tergantung pada ukuran, jumlah, dan letak mioma uteri.


Umumnya gejala mioma uteri yang dialami oleh ibu hamil akan menyebabkan keluhan berupa sakit perut, nyeri atau tekanan di rongga panggul, sering buang air kecil, sembelit, serta perdarahan hebat. 

Kejadian yang hanya dialami oleh sebagian kecil wanita ini bisa menyebakan komplikasi kehamilan, berupa nyeri perut hingga pendarahan pervaginam. Namun, mioma uteri dalam kehamilan jarang mempengaruhi kondisi janin, kecuali pada kasus mioma yang sudah parah. 


Masih banyak orang yang beranggapan bahwa mioma uteri dapat ditangani dengan konsumsi jamu atau pengobatan herbal lainnya. Nyatanya, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan efektivitas jamu, maupun pengobatan herbal lainnya, dalam mengatasi mioma uteri.


FAQ Mioma Uteri


Apakah Mioma Uteri Bisa Sembuh dan Hilang Sendiri?

Mioma uteri jarang sembuh atau hilang sendiri, tetapi ukurannya bisa mengecil, terutama setelah menopause karena penurunan hormon estrogen. Mioma yang kecil dan tidak menimbulkan gejala seringkali tidak memerlukan pengobatan. Namun, jika menimbulkan gejala atau komplikasi, perawatan medis seperti obat-obatan atau prosedur bedah mungkin diperlukan untuk mengatasinya.


Berapa Lama Miom Sembuh?

Lama penyembuhan miom tergantung pada ukuran, lokasi, dan gejala yang ditimbulkannya serta jenis pengobatan yang dilakukan. Jika miom diobati dengan obat-obatan hormonal, perbaikan gejala bisa terjadi dalam beberapa bulan, tetapi miom mungkin tidak sepenuhnya hilang. Jika diperlukan operasi, pemulihan total biasanya memakan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan.


Apakah Mioma Uteri Penyakit Keturunan?

Ya, mioma uteri bisa memiliki komponen genetik yang menurun. Mioma uteri, atau fibroid rahim, adalah pertumbuhan non-kanker pada dinding rahim yang sering kali dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki anggota keluarga, terutama ibu atau saudara perempuan, dengan riwayat mioma uteri, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Meskipun faktor genetik berperan, penyebab pasti mioma uteri juga melibatkan hormon seperti estrogen dan progesteron, serta faktor-faktor lain seperti obesitas dan usia. Jadi, meskipun tidak sepenuhnya menular secara langsung, ada kecenderungan genetik yang dapat meningkatkan risiko terjadinya mioma uteri.


Apa Efek Samping Mioma Uteri?

Efek samping mioma uteri dapat meliputi nyeri panggul, perdarahan menstruasi yang berat atau berkepanjangan, anemia akibat kehilangan darah, sering buang air kecil, sembelit, dan nyeri saat berhubungan seksual. Mioma yang besar juga dapat menyebabkan tekanan pada organ di sekitarnya, seperti kandung kemih atau rektum, serta komplikasi selama kehamilan, seperti keguguran atau persalinan prematur.


Bagaimana Cara Mengeluarkan Miom?

Miom dapat dikeluarkan melalui prosedur bedah, seperti miomektomi, yang mengangkat miom tanpa mengangkat rahim, atau histerektomi, yang mengangkat seluruh rahim jika miom sangat besar atau menyebabkan komplikasi serius.


Jika Anda mengalami keluhan yang menyerupai gejala mioma uteri, sebaiknya periksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan onkologi ginekologi. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan penanganan yang tepat, khususnya untuk kesehatan kehamilan bagi yang sedang mengandung.


Selain itu, jangan sembarang mengonsumsi obat untuk mengatasi keluhan yang terjadi, apalagi tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Sebab, selain belum terbukti efektivitasnya konsumsi obat tanpa pengawasan dokter ketika hamil bisa membahayakan janin dan Anda sendiri.