Batuk ke Dokter Apa?

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 11 Maret 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Batuk umumnya bisa sembuh sendiri dalam beberapa minggu. Namun, jika tak kunjung membaik, periksakan batuk ke dokter spesialis yang sesuai. Simak di artikel ini! 

Batuk ke Dokter Apa?

Batuk adalah respon alami tubuh untuk membersihkan saluran napas dari lendir, debu, atau benda asing yang lain. Kondisi ini bisa berlangsung kurang dari 3 minggu (akut) atau lebih dari 8 minggu (kronis). 

Sebagai pertolongan pertama mengatasi batuk, Anda disarankan untuk minum banyak cairan, bisa air putih, teh hangat, atau wedang jahe. Selain itu, Anda juga perlu menghindari paparan asap rokok dan polusi agar batuknya tidak makin parah. 


Namun, jika dalam 3 minggu batuk tidak juga sembuh dengan berbagai upaya perawatan mandiri, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis yang tepat. Pertanyaannya, periksa batuk ke dokter spesialis apa? 


Penyebab Batuk

Sebelum mengetahui dokter yang tepat, Anda perlu mengenali penyebab batuk. Sebab penanganan batuk yang sesuai perlu diberikan sesuai dengan penyebabnya.


1. Alergi

Reaksi alergi dapat menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan, yang kemudian meningkatkan produksi lendir, sehingga terjadilah batuk. Untuk kasus yang disebabkan karena alergi, biasanya batuk tidak berdahak dan lebih parah di pagi atau malam hari. Kondisi ini juga sering disertai gejala lain, seperti bersin, hidung tersumbat, mata berair, atau tenggorokan gatal. 


Beberapa alergen yang bisa memicu batuk, di antaranya debu, asap rokok, polusi udara, serbuk sari, atau bulu hewan. Batuk akibat alergi biasa berlangsung selama masih terpapar alergen. 


2. Infeksi saluran napas atas

Batuk akibat infeksi saluran pernapasan atas bisa disebabkan oleh infeksi virus (seperti flu) atau infeksi bakteri (seperti streptococcus yang menyebabkan radang tenggorokan). Batuk akibat ISPA bisa berupa batuk kering atau berdahak, dan sering disertai gejala lain, seperti demam, sakit tenggorokan, suara serak, pilek, atau bersin. 


Biasanya, batuk karena infeksi saluran napas atas berlangsung selama 1–3 minggu, tergantung dari keparahan infeksi.


3. Infeksi saluran napas bawah

Batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah terjadi ketika paru-paru terinfeksi oleh virus, bakteri, atau jamur. Contoh penyakit infeksi saluran napas bawah adalah bronkitis dan pneumonia. 


Batuk yang terjadi sebagai gejala infeksi saluran napas bawah umumnya berlangsung selama 2–6 minggu dan disertai dahak berwarna kekuningan atau kehijauan. Bahkan, kondisi ini juga bisa menyebabkan batuk berdarah. Selain itu, kondisi ini juga biasanya disertai dengan gejala lain, seperti sesak napas, demam tinggi, mengi, dan tubuh terasa lemas. 


4. Asam lambung

Selain menyebabkan heartburn, asam lambung juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami batuk ketika asam dari lambung naik ke kerongkongan dan mengiritasi saluran napas. 


Biasanya, batuk karena asam lambung berlangsung lebih dari 8 minggu bila penyakit asam lambung tidak ditangani. Batuk akibat asam lambung tidak berdahak, tetapi disertai dengan gejala lain, seperti tenggorokan gatal, sensasi asam di mulut, dan sering bersendawa. 


5. Penyakit jantung

Penyakit jantung akan menyebabkan terganggunya fungsi jantung dalam memompa darah, sehingga cairan menumpuk di paru-paru dan menyebabkan batuk. Biasanya, batuk akibat penyakit jantung akan dikeluhkan sebagai batuk kering maupun batuk berdahak, bahkan bercampur darah. Kondisi ini juga bisa disertai dengan nyeri dada, sesak napas, mengi, kelelahan, maupun pembengkakan di kaki.  


6. Efek samping konsumsi obat-obatan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping berupa batuk, contohnya obat golongan ACE inhibitor, beta blocker, antiinflamasi nonsteroid, serta obat kemoterapi dan imunoterapi. Batuk akibat efek samping konsumsi obat biasanya muncul dalam beberapa jam hingga beberapa bulan setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut, terutama berupa batuk kering yang lebih parah saat malam hari. 


Periksa Batuk ke Dokter Apa?

Dokter yang tepat untuk mengatasi batuk perlu disesuaikan dengan penyebabnya serta keluhan yang menyertai. Dokter mungkin akan merujuk ke spesialis lain setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang, seperti tes dahak, tes darah, tes alergi, rontgen, CT-Scan, maupun bronkoskopi, untuk mengetahui penyebab batuk. 


1. Dokter Umum

Bila mengalami batuk yang makin memburuk dalam 3-7 hari, Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter umum. Selain berkonsultasi, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari tahu penyebab batuk yang Anda alami, sekaligus memberikan penanganan yang sesuai.


Setelah melakukan anamnesis, dokter umum akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di sekitar dada untuk melakukan pemeriksaan fisik paru, guna menentukan kemungkinan penyebab batuk yang Anda alami.


Selain itu, batuk yang disertai dengan demam dan sudah terjadi selama lebih dari 3 hari mungkin akan diperiksa lebih lanjut dengan tes darah rutin, tes dahak, kultur darah atau kultur dahak, maupun X-ray paru untuk menentukan penanganan yang sesuai.  


Konsultasikan pada dokter umum kami untuk penanganan lebih lanjut.


2. Dokter Spesialis THT

Jika setelah diobati oleh dokter dan tidak membaik, dan dokter mencurigai batuk yang terjadi disebabkan oleh infeksi saluran napas atas, Batuk yang disebabkan oleh infeksi tenggorokan, Anda mungkin akan dirujuk untuk berobat ke dokter spesialis telinga, hidung, tenggorok, bedah kepala dan leher.


Nantinya dokter spesialis THT mungkin melakukan pemeriksaan endoskopi sebelum meresepkan obat sesuai dengan penyebab batuk atau tindakan medis, seperti irigasi hidung, hingga operasi. 


Konsultasikan pada dokter spesialis kami untuk penanganan lebih lanjut:


Dr. dr. Cita Herawati Murjantyo, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. Onk. (K)

Dr. dr. Fauziah Fardizza, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. L.F. (K), FICS

Dr. dr. Tri Juda Airlangga Hardjoprawito, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. K. (K)

dr. Agus Subagio, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Aries Hariadi Putra, DPBO, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Ashadi Budi, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Budiman Gumilang Koerniawan, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Chippy Ahwil, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. Onk. (K)

dr. Dwi Wahyu Manunggal, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Edo Wira Candra, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. Onk. (K), M.Kes, FICS

dr. Emma Agustini, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Hemastia Manuhara Harba'i Sp. THTBKL

dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. Onk. (K)

dr. Jessica Fedriani, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Lola Yucola, Sp. T.H.T.B.K.L, M.Kes

dr. Rangga Rayendra Saleh, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. Oto. (K)

dr. Ricky Yue, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Syahrial M.H, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. L.F. (K)

dr. Vika Aryan Sari, Sp. T.H.T.B.K.L

dr. Zainal Adhim, Sp. T.H.T.B.K.L, Subsp. L.F. (K), Ph.D


3. Dokter Spesialis Paru & Pernapasan   

Sedangkan bila batuk disebabkan oleh masalah pada saluran pernapasan bawah dan penyakit paru-paru, dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi merupakan dokter yang tepat untuk mengatasi batuk dan penyakit sistem pernapasan yang Anda alami. 


Untuk menangani kasus batuk dengan sesuai, dokter spesialis paru & pernapasan akan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan, baik dengan tes fungsi paru, tes dahak, CT-Scan paru, maupun bronkoskopi. Setelah ditentukan penyebabnya baru dokter paru akan melakukan penanganan yang sesuai, baik dengan peresepan obat, maupun tindakan medis, seperti pleural drain atau rehabilitasi medik. 


Konsultasikan pada dokter spesialis kami untuk penanganan lebih lanjut:


dr. Ademalla Kirana Nungtjik, Sp. P.K.R

dr. Amira Anwar, Sp. P.K.R, FAPSR

dr. Desilia Atikawati, Sp. P.K.R., FAPSR

dr. Nurvidya Rachma Dewi, Sp. P.K.R

dr. Puji Astuti, Sp. P.K.R

dr. Rania Imaniar, Sp. P.K.R


4. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 

Untuk mengatasi batuk yang terjadi akibat asam lambung, alergi, efek samping konsumsi obat maupun gangguan pada jantung, dokter spesialis penyakit dalam akan memberikan penanganan yang tepat.


Namun, sebelumnya dokter internis akan memeriksa dengan melakukan pemeriksaan penunjang, meliputi tes alergi, cek darah, maupun rontgen dan rekam jantung. Baru setelah dipastikan penyebab batuk, dokter penyakit dalam bisa memberikan penanganan yang sesuai, termasuk dengan peresepan obat hingga tindakan medis lain. 


Konsultasikan pada dokter spesialis kami untuk penanganan lebih lanjut:



dr. Bonita Effendi, BMedSci, M.Epid, Sp. P.D

dr. Dias Septalia Ismaniar, Sp. P.D

dr. Franciscus Ari, Sp. P.D

dr. Hikmat Pramukti, Sp. P.D, FINASIM

dr. Ihsanul Rajasa, Sp. P.D

dr. Imelda Maria Loho, Sp. P.D, FINASIM

dr. Kamsi Rachmawati, Sp. P.D, FINASIM

dr. Margretha Lyn Hadiprasetya, Sp. P.D

dr. Muhammad Pranandi, Sp. P.D

dr. Nur Ainun, Sp.PD

dr. Nurleny Sutanto, Sp. P.D, Sp. M.K, FPCP, FINASIM

dr. Oryza Gryagus Prabu, Sp. P.D

dr. Radhiyatam Mardhiyah, Sp. P.D

dr. Tanya Herdita, Sp. P.D

dr. Wirawan Hambali, Sp. P.D, FINASIM


Jadi, bila Anda mengalami keluhan batuk yang tak kunjung sembuh atau sudah dinilai mengganggu aktivitas, jangan menunda untuk berobat ke dokter di RS Pondok Indah cabang terdekat guna mendapatkan penanganan yang sesuai. 




Referensi: 

  1. Wu J, Ma Y, et al,. GERD-related chronic cough: Possible mechanism, diagnosis and treatment. Frontiers in Physiology. 2022. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9630749/). Diakses pada 26 Februari 2025. 
  2. Ding H, Shi C. Drug-induced chronic cough and the possible mechanism of action. Annals of Palliative Medicine. 2020. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32921095/). Diakses pada 26 Februari 2025.  
  3. Hardavella, G, Karampinis, I. Primary lung cancer and pleural effusion—diagnostic and therapeutic approach. Ame Medical Journal. 2020. (https://amj.amegroups.org/article/view/5518/html). Diakses pada 23 Februari 2025. 
  4. Kennedy, AA, Anne, S, et al,. Otolaryngologic Management of Chronic Cough in School-aged Children: A Review. JAMA Otolaryngology–Head & Neck Surgery. 2020. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33022062/). Diakses pada 23 Februari 2025. 
  5. American College of Allergy, Asthma & Immunology. Cough. (https://acaai.org/allergies/symptoms/cough/). Direvisi terakhir pada 2025. Diakses pada 26 Februari 2025.  
  6. American Lung Association. Learn About Cough. (https://www.lung.org/lung-health-diseases/warning-signs-of-lung-disease/cough/learn-about-cough). Direvisi terakhir 15 Januari 2025. Diakses pada 23 Februari 2025. 
  7. Cleveland Clinic. Cough. (https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/17755-cough#possible-causes). Direvisi terakhir 22 Januari 2022. Diakses pada 23 Februari 2025. 
  8. Cleveland Clinic. Upper Respiratory Infection. (https://my.clevelandclinic.org/health/articles/4022-upper-respiratory-infection). Direvisi terakhir pada 25 Mei 2021. Diakses pada 26 Februari 2025. 
  9. Mayo Clinic. Cough. (https://www.mayoclinic.org/symptoms/cough/expert-answers/honey/faq-20058031). Direvisi terakhir 5 November 2024. Diakses pada 23 Februari 2025.