Mengenal Prosedur Ablasi Jantung untuk Menangani Aritmia

By Tim RS Pondok Indah

Friday, 13 December 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Ablasi jantung adalah salah satu prosedur minimal invasif untuk menangani aritmia atau gangguan irama jantung. Prosedur ini merupakan pilihan akhir untuk aritmia.

Mengenal Prosedur Ablasi Jantung untuk Menangani Aritmia

Aritmia adalah gangguan pada irama detak jantung, baik jantung berdetak terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada pendistribusian darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Jadi, ketika aritmia tidak ditangani dengan tepat, bukan tidak mungkin bahwa kondisi ini bisa membahayakan nyawa penderitanya. 


Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi aritmia, salah satunya adalah dengan ablasi jantung atau cardiac ablation. Meski metode ini cukup efektif, tidak semua kasus aritmia merupakan kandidat yang sesuai untuk ditangani menggunakan metode ablasi. Pahami manfaat ablasi jantung dan informasi lebih lanjutnya dalam artikel berikut ini.


Apa itu Ablasi Jantung?

Ablasi jantung adalah salah satu prosedur minimal invasif untuk menangani aritmia atau gangguan irama jantung. Metode ini dilakukan dengan membuat jantung terluka dengan energi panas (radiofrequency ablation) atau dingin (cryoablation), hingga terbentuk bekas luka kecil. Bekas luka ini lah yang kemudian akan memblokir sinyal atau impuls listrik jantung yang salah dan memungkinkan detak jantung kembali normal.


Baca juga: Pahami Pentingnya Pacemaker untuk Penderita Aritmia



Indikasi Ablasi Jantung

Tidak semua kasus gangguan irama jantung harus ditangani dengan ablasi jantung. Prosedur ablasi jantung biasanya baru dilakukan ketika metode penanganan aritmia yang lain tidak efektif untuk mengatasi kelainan irama jantung yang terjadi. 


Berikut ini adalah indikasi ablasi jantung atau kondisi yang perlu ditangani dengan prosedur ablasi jantung:


  • Penderita aritmia yang tidak berhasil dengan peresepan obat-obatan
  • Penderita aritmia mengalami efek samping yang berbahaya ketika mengonsumsi obat-obatan antiaritmia
  • Pasien memiliki jenis aritmia tertentu, yang menunjukkan respon positif saat mendapatkan penanganan dengan ablasi jantung, seperti atrial fibrilasi, atrial flutter, supraventrikular takikardi, dan ventrikel takikardia
  • Penderita aritmia memiliki risiko komplikasi berbahaya akibat aritmia, seperti ventrikel fibrilasi, serangan jantung, maupun henti jantung mendadak.


Baca juga: Apa itu Ultrasound Intravascular (IVUS)?


Kontraindikasi Ablasi Jantung

Tindakan ablasi jantung memang merupakan pilihan penanganan terakhir dalam upaya mengembalikan detak jantung agar kembali normal. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat kondisi ini tidak bisa dilakukan, karena efek samping atau risiko ablasi jantung justru lebih besar dari manfaatnya.


Berikut ini adalah kontraindikasi ablasi jantung yang dimaksud:


  • Kelainan perdarahan, atau kelainan pembekuan darah
  • Menderita kelainan pada pembuluh darah yang membuat akses atau proses memasukkan kateter tidak mungkin dilakukan, termasuk trombosis vena dalam, penyakit arteri perifer, bahkan diseksi aorta
  • Sedang mengalami infeksi
  • Sensitif terhadap penggunaan obat pengencer darah
  • Menggunakan katup jantung buatan atau sintetis
  • Mengalami gumpalan darah dalam jantung
  • Sedang hamil, maupun sedang dalam program hamil
  • Berusia kurang dari 18 tahun


Baca juga: Penyakit Jantung Koroner: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan


Persiapan Sebelum Ablasi Jantung

Sebelum dilaksanakan, dokter akan memberikan instruksi kepada pasien, termasuk tentang jenis kegiatan yang tidak boleh dilakukan, pola makan dan jenis makanan yang perlu dihindari, serta obat-obatan yang harus dikonsumsi atau dihentikan sebelum operasi berlangsung.


Setelah jadwal prosedur ablasi jantung ditentukan, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan rawat inap. Selama menjalani rawat inap di rumah sakit, Anda sebaiknya ditemani oleh anggota keluarga maupun kerabat, agar proses pemulihan setelah dilakukan tindakan ablasi jantung bisa lebih optimal.


Baca juga: Makanan untuk Orang Stroke Agar Proses Pemulihan Optimal


Prosedur Ablasi Jantung

Prosedur ablasi jantung dilakukan di rumah sakit oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, di dalam ruangan cath lab. Diperlukan waktu sekitar 2-4 jam untuk menjalani prosedur ablasi jantung, dengan kondisi pasien tetap sadar selama tindakan dilakukan.


Meski tetap sadar, Anda akan diberikan obat bius lokal dan obat penenang, agar tidak merasa nyeri atau cemas selama tindakan ablasi jantung dilakukan. Barulah kemudian dokter jantung akan melakukan tindakan ablasi jantung sebagai berikut ini:


  • Setelah obat bius bekerja, dokter akan melakukan sayatan pada lokasi masuknya kateter. 
  • Petugas medis akan membersihkan, termasuk mencukur, tempat masuknya selang kateter.
  • Dokter kemudian akan menusukkan jarum maupun membuat sayatan kecil ke lokasi masuknya selang yang merupakan akses masuknya kateter. 
  • Dokter akan memasukkan beberapa selang tipis yang mengandung elektroda pada ujung kateter untuk mengetahui letak jaringan abnormal yang menyebabkan gangguan irama jantung.
  • Setelah pusat penyebab terjadinya aritmia ditemukan, dokter akan menempatkan kateter di lokasi tersebut. 
  • Dokter kemudian akan mengirimkan energi panas atau dingin yang ringan ke jaringan tersebut untuk membuat bekas luka (jaringan parut).
  • Jaringan parut yang telah terbentuk akan memblokir sinyal listrik yang terganggu sehingga irama denyut jantung bisa kembali normal.


Setelah titik penyebab aritmia diatasi, dokter akan mengeluarkan kateter dan selang dari tubuh Anda dan kemudian memasang perban pada lokasi masuknya kateter.


Baca juga: Orbital Atherectomy, Bedah Minimal Invasif untuk Mengatasi Sumbatan Pembuluh Darah



Hal yang Harus Diperhatikan setelah Ablasi Jantung

Setelah tindakan ablasi jantung selesai dilakukan dan dinyatakan stabil setelah diawasi di ruang pemulihan, Anda akan dipindahkan ke ruang perawatan untuk dilakukan pemantauan secara berkala, guna memastikan proses pemulihan berjalan dengan optimal. Selama di ruang perawatan, Anda biasanya akan disarankan untuk tirah baring total.


Anda baru diperbolehkan pulang paling cepat 1 hari setelah prosedur ablasi jantung dilakukan. Saat diperbolehkan pulang, dokter akan meresepkan obat-obatan yang perlu dikonsumsi selama beberapa waktu untuk mencegah risiko perdarahan serta memberikan saran aktivitas yang tidak boleh dilakukan pascaablasi jantung, termasuk:


  • Tidak melakukan olahraga yang berintensitas berat, setidaknya sampai 2 minggu setelah prosedur ablasi jantung dilakukan 
  • Tidak mengemudikan kendaraan selama beberapa hari. 
  • Hindari mengangkat beban berat di atas 5 kg
  • Jangan melakukan kegiatan atau aktivitas yang berintensitas berat, termasuk berkebun atau membereskan rumah.


Jika menemukan munculnya memar pada area masuknya kateter, Anda tidak perlu khawatir, karena hal ini merupakan kondisi yang normal. Namun, bila mengalami perdarahan, pembengkakan, jantung berdebar-debar atau detak jantung tidak teratur, dan sesak napas, segeralah ke IGD di Rumah Sakit Pondok Indah cabang terdekat.


Baca juga: Nyeri Dada: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya


Komplikasi atau Efek Samping Ablasi Jantung

Karena merupakan tindakan minimal invasif, prosedur ablasi jantung juga relatif aman. Namun, ada beberapa risiko komplikasi ablasi jantung, yang meskipun sangat jarang, tetapi mungkin saja terjadi, antara lain:


  • Perdarahan hingga infeksi pada lokasi masuknya kateter
  • Kerusakan pembuluh darah
  • Kerusakan katup jantung
  • Munculnya kasus aritmia yang baru, atau aritmia yang dialami makin memburuk
  • Melambatnya irama jantung yang perlu ditangani dengan pemasangan pacemaker
  • Terbentuknya sumbatan darah
  • Penyumbatan vena pumonal
  • Kerusakan pada ginjal akibat penggunaan zat kontras saat prosedur ablasi jantung dilakukan
  • Stroke
  • Serangan jantung


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, aritmia tidak selalu perlu ditangani dengan ablasi jantung. Namun, ablasi jantung yang merupakan tindakan minimal invasif juga memiliki kemungkinan keberhasilan yang tinggi dalam mengatasi gangguan irama denyut jantung. Tindakan ini juga dilakukan dalam waktu yang relatif cepat, serta memerlukan waktu pemulihan yang lebih cepat.


Agar penanganan aritmia yang didapatkan benar-benar sesuai, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Selain itu, pastikan Anda melakukan konsultasi di RS Pondok Indah cabang terdekat. Sebab, RS Pondok Indah telah dilengkapi dengan fasilitas medis terkini yang memungkinkan dokter jantung untuk melakukan pemeriksaan dengan akurat dan memberikan penanganan dengan optimal secara holistik.


Baca juga: Aneurisma Otak, Bom yang Tidak Selalu Disadari Kehadirannya



FAQ


Apakah Aritmia Harus Ablasi?

Ablasi jantung tidak selalu diperlukan untuk semua kasus aritmia. Gangguan irama jantung ringan umumnya masih bisa ditangani dengan pemberian obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Prosedur ablasi jantung biasanya direkomendasikan jika aritmia tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau menyebabkan gejala serius seperti sesak napas, pusing, atau risiko komplikasi seperti stroke.


Apabila Anda mengalami kelainan pada irama detak jantung, konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah untuk menentukan apakah ablasi diperlukan.


Ablasi Jantung Apakah Aman?

Ablasi jantung adalah prosedur yang aman dan memiliki risiko komplikasi rendah, terutama jika dilakukan oleh dokter berpengalaman. Sebelum memutuskan menjalani ablasi jantung, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis jantung terlebih dahulu.


Berapa Persen Keberhasilan Ablasi Jantung?

Keberhasilan ablasi jantung bergantung pada jenis aritmia. Untuk takikardia supraventrikular, tingkat keberhasilan mencapai 90–95%. Pada fibrilasi atrium, keberhasilannya sekitar 70–80% setelah prosedur pertama, dan dapat meningkat setelah tindakan lanjutan. Diskusikan dengan dokter tentang peluang keberhasilan ablasi jantung untuk kondisi spesifik Anda.


Berapa Lama Pemulihan Pasca Ablasi Jantung?

Pemulihan pasca ablasi jantung biasanya memakan waktu 1–2 minggu. Pasien biasanya dapat kembali melakukan aktivitas ringan dalam beberapa hari, tetapi perlu menghindari aktivitas fisik yang berat selama minimal dua minggu.


Apa Memar Normal Setelah Ablasi Jantung?

Memar di area tempat kateter dimasukkan (biasanya di pangkal paha atau lengan) adalah hal yang normal terjadi setelah ablasi. Memar ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari hingga minggu. Namun, jika memar disertai pembengkakan, pendarahan, atau nyeri hebat, segera konsultasikan dengan dokter.



Referensi:

  1. De Zan G, Calò L, et al,. Cardiac magnetic resonance-guided cardiac ablation: a case series of an early experience. European Heart Journal Supplements. 2023. (https://academic.oup.com/eurheartjsupp/article/25/Supplement_C/C265/7143258). Diakses pada 6 Desember 2024.
  2. Iasiello M, Andreozzi A, et al,. Effects of pulsed radiofrequency source on cardiac ablation. Bioengineering. 2023. (https://www.mdpi.com/2306-5354/10/2/227). Diakses pada 6 Desember 2024.
  3. Verma A, Neal R, et al,. Characteristics of pulsed electric field cardiac ablation porcine treatment zones with a focal catheter. Journal of Cardiovascular Electrophysiology. 2023. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/jce.15734). Diakses pada 6 Desember 2024.
  4. Roshanfar M, Dargahi J, et al,. Cosserat rod-based dynamic modeling of a hybrid-actuated soft robot for robot-assisted cardiac ablation. InActuators. 2023. (https://www.mdpi.com/2076-0825/13/1/8). Diakses pada 6 Desember 2024.
  5. American Heart Association. Ablation for Arrhythmias. (https://www.heart.org/en/health-topics/arrhythmia/prevention--treatment-of-arrhythmia/ablation-for-arrhythmias). Direvisi terakhir 24 Oktober 2024. Diakses pada 6 Desember 2024.
  6. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Mengenal Ablasi Jantung, Terapi Untuk Aritmia. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/427/mengenal-ablasi-jantung-terapi-untuk-aritmia). Direvisi terakhir 23 Juli 2022. Diakses pada 6 Desember 2024.
  7. Cleveland Clinic. Cardiac ablation. (https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16851-catheter-ablation). Direvisi terakhir 7 November 2024. Diakses pada 6 Desember 2024.
  8. Mayo Clinic. Cardiac ablation. (https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cardiac-ablation/about/pac-20384993). Direvisi terakhir 2 Februari 2024. Diakses pada 6 Desember 2024.