Kelainan muskuloskeletal pada anak dapat mengganggu tumbuh kembang di masa mendatang
Masa anak-anak merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan. Satu hal yang harus digarisbawahi ketika berbicara tentang masa anak-anak adalah tumbuh kembang. Segala sesuatu yang terjadi pada masa anak-anak bisa mempengaruhi tumbuh kembang seorang manusia.
Dalam hal ortopedi, kelainan pada masa anak-anak bisa menyebabkan pertumbuhan yang kurang optimal atau terjadinya kelainan bentuk.
Menurut WHO, pengkategorian anak-anak adalah berusia 0-18 tahun. Pada periode waktu tersebut, manusia menjalani masa pertumbuhan. Sementara, yang dimaksud dengan kelainan muskuloskeletal adalah kelainan tulang dan penunjangnya (otot dan sendi).
Kebanyakan anak terlahir dengan variasi yang normal. Disebut kelainan jika terdapat kondisi yang tidak seharusnya. Sayangnya, tidak jarang orangtua yang terlalu khawatir dan berpikir anaknya mengalami gangguan tumbuh kembang.
Kasus kaki O dan X, misalnya. Ketika melihat kaki anak mengalami bentuk sepert ini, banyak orangtua yang berpikir anaknya mengalami kelainan. Padahal, hingga usia tertentu (kaki O hingga usia dua tahun, kaki X pada usia 3-4 tahun dan menjadi lurus pada usia 6-7 tahun), kondisi tersebut merupakan hal yang normal.
Kaki O dan X perlu mendapat perhatian lebih jika menunjukan tanda berikut:
Selama masa pertumbuhan, dua hal yang harus menjadi perhatian orangtua pada anaknya: menjaga berat badan dan menjaga agar anak melalui proses perkembangan (misal merangkak, berdiri, berjalan, dan seterusnya) sesuai usianya meski hal ini sulit dilakukan karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda.
Secara umum, kelainan muskuloskeletal pada anak dibedakan menjadi dua:
Kelainan jenis ini ada yang telihat jelas sejak lahir (misal jari kelebihan/polydactyly, jari dempet, leher miring/torticollis, atau tulang belakang yang tidak terbentuk/spina bifida) tapi ada pula yang tidak terlihat jelas sehingga diperlukan pemeriksaan khusus (misal kelainan panggul bawaan).
Salah satu kelaianan bawaan yang banyak ditemui adalah kelainan tulang panggul. Kondisi ini terjadi karena tulang panggul yang mudah keluar-masuk akibat urat yang lentur. Satu dari 80 bayi memiliki otot yang lentur.
Jika bayi dengan otot lentur dibedong, tulang panggulnya akan keluar. Dalam waktu yang lama, kondisi ini akan menyebabkan dislokasi bawaan.
Identifikasi kelainan tulang panggul pada bayi dapat dilakukan dengan langkah berikut:
Kelainan jenis ini disebabkan oleh kebiasaan atau sikap yang tidak benar. Toeing out merupakan kondisi di mana kaki menghadap keluar saat berdiri atau berjalan yang disebabkan oleh tulang paha maupun tulang kering yang memutar keluar.
Kondisi ini disebabkan karena kebiasaan tidur tengkurap dengan posisi kaki menghadap luar. Sementara, toeing in merupakan kondisi di mana kaki menghadap ke dalam saat berdiri atau berjalan yang disebabkan oleh tulang paha maupun tulang kering yang memutar ke dalam.
Kondisi ini biasanya hanya perlu observasi, karena sebagian besar akan kembali normal sampai usia 6-8 tahun. Anak disarankan menghentikan kebiasaan duduk dan tidur yang salah dan menggantikan dengan posisi yang berlawanan, misalnya kebiasaan duduk W (W-seating) pada anak dengan toeing in, hendaknya diubah menjadi posisi duduk bersila.
Prinsip lebih cepat lebih baik sangat berlaku pada penanganan kasus kelainan muskuloskeletal pada anak.
Tidak hanya berpengaruh pada optimalisasi penanganan yang diberikan, semakin cepat penanganan yang diberikan juga meminimalisir kemungkinan kekambuhan di masa depan – terutama kasus yang berkaitan dengan masalah pada lempeng pertumbuhan.