Aneurisma Otak, Bom yang Tidak Selalu Disadari Kehadirannya

By Tim RS Pondok Indah

Friday, 30 August 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Aneurisma otak adalah perubahan bentuk pada salah satu titik di pembuluh darah di otak. Mari simak penyebab dan penanganan yang sesuai bagi kondisi ini.

Aneurisma Otak, Bom yang Tidak Selalu Disadari Kehadirannya

Otak terdiri dari banyak pembuluh darah, karena memang organ vital manusia ini memerlukan lebih banyak asupan nutrisi dan oksigen. Adanya peningkatan tekanan pada pembuluh darah yang didukung dengan beberapa kondisi, bisa saja menyebabkan terbentuknya aneurisma otak.


Bahayanya, aneurisma otak sering kali tidak bergejala, hingga terjadi komplikasi, termasuk pecah. Ketika sudah pecah, kondisi yang juga dikenal sebagai cerebral aneurism perlu segera ditangani, sebelum memakan korban jiwa. 


Apa itu Aneurisma Otak?

Aneurisma otak adalah perubahan bentuk pada salah satu titik di pembuluh darah di otak. Kondisi ini terjadi akibat melemahnya lapisan dinding pembuluh darah otak. Kondisi ini memang bisa dialami sejak lahir, tetapi bisa juga terjadi karena kombinasi dari faktor lingkungan, gaya hidup, maupun kondisi medis seseorang.


Tidak semua aneurisma otak berbahaya dan pasti pecah. Namun, ketika pecah, aneurisma otak perlu segera ditangani, karena bisa membahayakan nyawa.


Baca juga: Mengenal Aneurisma Aorta sebelum Terjadi Komplikasi



Jenis Aneurisma Otak

Aneurisma otak bisa dibedakan berdasarkan ukuran dan bentuknya.


Berdasarkan Bentuk

Jenis aneurisma otak berdasarkan bentuknya tidaklah jauh berbeda dengan jenis lainnya, yakni:


Aneurisma Sakular

Aneurisma sakular atau berry merupakan aneurisma yang terbentuk hanya pada salah 1 sisi pembuluh darah saja, sehingga penggelembungan yang terjadi menyerupai buah beri yang menempel pada pembuluh darah.


Aneurisma Fusiform

Aneurisma fusiform merupakan penggelembungan pembuluh darah yang terjadi pada semua sisinya, sehingga menyebabkan pembuluh darah tampak membengkak.


Aneurisma Mikotik

Aneurisma otak akibat kelemahan dinding pembuluh darah setelah mengalami infeksi, disebut dengan aneurisma mikotik.


Berdasarkan Ukuran

Sedangkan berdasarkan ukurannya, aneurisma otak bisa dibedakan menjadi:


  • Aneurisma otak kecil, jika ukuran diameternya kurang dari 11 mm
  • Aneurisma otak besar, jika ukuran diameternya antara 11-25 mm
  • Aneurisma otak raksasa, jika ukuran diameternya lebih dari 25 mm


Baca juga: Pertolongan Pertama pada Serangan Jantung


Gejala Aneurisma Otak

Kebanyakan aneurisma otak yang masih kecil atau belum pecah, tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, aneurisma otak terus bertambah besar akan menekan saraf dan jaringan otak maupun jaringan lain di dekatnya, yang akan menimbulkan gejala, berupa:


  • Nyeri di belakang mata, bagian atas
  • Pelebaran diameter pupil (bagian tengah) mata 
  • Gangguan penglihatan atau penglihatan ganda
  • Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah
  • Mati rasa atau kebas atau baal
  • Kelumpuhan salah satu sisi tubuh atau anggota gerak


Baca juga: Kateterisasi Jantung: Cara Kerja dan Prosedur


Gejala Aneurisma Otak Pecah

Sedangkan ketika aneurisma otak telah pecah, Anda akan mengalami beberapa gejala sebagai berikut ini:


  • Sakit kepala hebat yang muncul secara mendadak
  • Pandangan ganda
  • Mual dan muntah hebat
  • Kaku leher
  • Lebih sensitif terhadap cahaya
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran, baik hanya berupa pingsan hingga koma
  • Henti jantung


Aneurisma yang pecah merupakan kondisi kegawatdaruratan medis, karena bisa menyebabkan perdarahan otak, kerusakan otak, hingga kematian. Apabila Anda atau orang tercinta mengalami gejala di atas, sebaiknya segera ke unit gawat darurat Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.



Penyebab Aneurisma Otak

Aneurisma otak terjadi karena adanya peningkatan tekanan dalam pembuluh darah, sehingga terjadi perubahan bentuk berupa penggelembungan pembuluh darah.


Ada beberapa kasus aneurisma otak yang terjadi karena kelainan bawaan sedari lahir, termasuk adanya malformasi arteri vena. Namun, ada juga beberapa orang yang mengalami kondisi ini karena kombinasi dari faktor lingkungan maupun gaya hidup, yang menyebabkan dinding pembuluh darah melemah.


Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh?


Faktor Risiko Aneurisma Otak

Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terbentuknya aneurisma otak. Beberapa faktor risiko aneurisma otak yang dimaksud, antara lain:


  • Berjenis kelamin wanita
  • Berusia lebih dari 40 tahun
  • Merokok
  • Menderita hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Penggunaan obat-obatan terlarang (NARKOBA), khususnya kokain
  • Konsumsi alkohol secara berlebihan
  • Pernah mengalami cedera kepala
  • Pernah atau sedang mengalami tumor otak
  • Mengalami infeksi pada dinding pembuluh darah arteri (termasuk penyebab aneurisma otak mikotik)
  • Mengalami aterosklerosis atau memiliki kondisi yang merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis, seperti hiperkolesterolemia dan hipertensi.


Sedangkan beberapa faktor yang meningkatkan risiko pecahnya aneurisma otak adalah peningkatan tekanan darah yang terjadi secara mendadak. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh emosi, mendorong atau mengangkat beban yang sangat berat hingga menyebabkan mengedan, serta pasien hipertensi tidak terkontrol (tidak rutin berobat maupun periksa ke dokter).


Faktor Risiko Pecahnya Aneurisma Otak

Pecah tidaknya aneurisma otak sangat tergantung pada beberapa hal berikut ini:


  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Mengalami darah tinggi yang tidak terkontrol atau tidak melakukan pengobatan secara teratur
  • Ukuran dan bentuk aneurisma otak juga berpengaruh terhadap kemungkinan pecah atau tidaknya. Aneurisma yang lebih mudah pecah adalah yang ukurannya besar dan bentuknya tidak teratur.
  • Penambahan ukuran aneurisma yang terjadi secara pesat akan lebih mungkin pecah dibandingkan dengan yang ukurannya relatif sama.
  • Ras juga merupakan salah satu risiko yang perlu diperhatikan. Orang Jepang dan Finlandia diketahui lebih berisiko mengalami pecahnya aneurisma otak.
  • Lokasi terjadinya aneurisma, yakni di bagian depan maupun belakang otak, juga diketahui lebih mungkin pecah.
  • Mereka yang berusia lebih dari 70 tahun akan lebih berisiko mengalami aneurisma otak yang pecah.
  • Memiliki beberapa aneurisma otak, dan sudah pernah mengalami pecahnya atau rembesan perdarahan akibat aneurisma otak sebelumnya.
  • Memiliki keluarga yang juga mengalami pecahnya aneurisma otak.


Baca juga: Mengenal Penyakit Jantung Koroner: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan


Diagnosis Aneurisma Otak

Umumnya aneurisma otak tidak terdeteksi hingga pecah atau mengalami komplikasi. Kondisi ini juga biasa ditemukan secara kebetulan, ketika sedang melakukan kontrol kesehatan rutin, maupun ketika melakukan kontrol untuk penyakit lain.


Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis bedah saraf jika memang merasakan sakit kepala yang sangat hebat, terutama memiliki faktor risiko terjadinya aneurisma otak. Nantinya dokter akan memastikan kondisi Anda dengan melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk pemeriksaan penunjang untuk memastikan adanya aneurisma otak.


Pemeriksaan penunjang yang disarankan dokter untuk menilai ukuran, bentuk, lokasi, dan pecah tidaknya aneurisma otak, meliputi CT-Scan, MRI, angiografi, dan pemeriksaan cairan serebrospinal.


Penanganan Aneurisma Otak

Tujuan utama penanganan aneurisma otak adalah untuk mengurangi aliran darah yang masuk ke dalam pembuluh darah yang menggelembung. Tidak semua kasus aneurisma otak harus dioperasi, tergantung pada lokasi, ukuran, bentuk, dan pecah tidaknya aneurisma.


Beberapa penanganan yang dilakukan dengan operasi aneurisma otak, meliputi:


1. Clipping

Clipping atau memasang penjepit untuk menghentikan aliran darah, sehingga ukuran aneurisma otak tidak semakin besar. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 2-4 minggu untuk pulih setelah pemasangan clipping pada kasus aneurisma yang belum pecah, tetapi untuk aneurisma otak yang sudah pecah, waktu pemulihan bisa saja lebih lama, yakni dari beberapa minggu-bulan.


2. Coiling

Coiling dilakukan dengan memasukkan stent atau ring kecil ke dalam pembuluh darah melalui kateter, sehingga akan terjadi sumbatan pada aneurisma yang membuat penggelembungan tidak bertambah besar, bahkan bisa menciut.


3. Stent

Stent untuk membalikkan atau mencegah darah masuk ke aneurisma dengan cara memasang mesh atau alat seperti kasa, melalui kateter, sehingga pasokan darah ke aneurisma berkurang.


4. WEB Device for Brain Aneurysm

WEB device for brain aneurysm memiliki prinsip kerja yang kurang lebih sama seperti clipping, dengan memasang alat khusus menggunakan kateter. Pemasangan alat ini akan berguna dalam mencegah aneurisma makin besar, bahkan pecah.


5. Obat-obatan

Selain itu, beberapa obat-obatan aneurisma otak yang mungkin juga akan diresepkan dokter sesuai dengan kondisi Anda, antara lain:


  • Obat antikejang
  • Obat dari kelompok antagonis kalsium (calcium channel blocker
  • Pemasangan shunt atau sejenis selang kecil dan tipis untuk mengurangi cairan yang ada dalam otak
  • Penjadwalan fisioterapi maupun terapi okupasional, termasuk terapi wicara, bagi mereka yang mengalami aneurisma otak pecah.


Penyembuhan aneurisma otak yang sudah pecah memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang belum pecah. Oleh karena itu, Anda sebaiknya menjaga kesehatan dan mencegah aneurisma otak agar tidak pecah. 


Aneurisma otak yang pecah akan menyebabkan terjadinya stroke. Selain itu, komplikasi dari aneurisma otak, serta pecahnya aneurisma otak, adalah terjadinya perdarahan berulang, ketidakseimbangan kadar garam dalam tubuh, hidrosefalus, vasospasme, hingga kejang.



FAQ


Apa Saja Tanda-Tanda Peringatan Aneurisma Otak?

Tanda-tanda peringatan aneurisma otak meliputi sakit kepala yang parah dan tiba-tiba terjadi, mengalami kesulitan berbicara, penglihatan kabur, mual, dan kehilangan kesadaran. Segera pergi ke IGD terdekat untuk mendapatkan pertolongan yang tepat jika Anda mengalami salah satu dari tanda ini.


Apakah Sakit Aneurisma Otak Bisa Sembuh?

Aneurisma otak dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat. Jika terdeteksi sebelum pecah, perawatan seperti operasi atau endovascular coiling bisa membantu mencegah komplikasi. Namun, jika sudah pecah, risikonya tinggi dan pemulihan bisa sulit. Konsultasikan dengan dokter spesialis bedah saraf untuk penanganan yang tepat.


Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Aneurisma Otak?

Untuk mencegah aneurisma otak, kuncinya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, termasuk menjaga tekanan darah tetap stabil, berhenti merokok, batasi konsumsi alkohol, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Jika Anda memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga, konsultasi dengan dokter untuk membantu deteksi dini.


Jika Anda memiliki risiko mengalami aneurisma otak, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis bedah saraf. Dengan demikian, dokter bisa melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menilai kondisi kesehatan Anda, serta memberikan penanganan yang sesuai. 


RS Pondok Indah telah dilengkapi dengan fasilitas medis terbaik untuk memberikan hasil pemeriksaan yang optimal. Sehingga Anda bisa memastikan kondisi kesehatan serta mendapatkan penanganan segera, terutama bila mengalami gangguan kesehatan, termasuk mengalami aneurisma otak.



Referensi:

  1. Fujimura S, Yamanaka Y, et al,. Hemodynamic and morphological differences in cerebral aneurysms between before and after rupture. Journal of Neurosurgery. 2023. (https://thejns.org/view/journals/j-neurosurg/140/3/article-p774.xml). Diakses pada 21 Agustus 2024.
  2. Jin ZH, Gerdroodbary MB, et al,. CFD investigations of the blood hemodynamic inside internal cerebral aneurysm (ICA) in the existence of coiling embolism. Alexandria Engineering Journal. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S111001682200727X#s0020). Diakses pada 21 Agustus 2024.
  3. Li G, Chen S, et al,. Comparative study on the clinical outcomes and prognosis of endovascular embolization and craniotomy clipping for the treatment of cerebral aneurysms. Pakistan Journal of Medical Sciences. 2023. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10480711/). Diakses pada 21 Agustus 2024.
  4. Rahma AG, Abdelhamid T. Hemodynamic and fluid flow analysis of a cerebral aneurysm: a CFD simulation. SN Applied Sciences. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1007/s42452-023-05276-0#Sec15). Diakses pada 21 Agustus 2024.
  5. American Associations of Neurological Surgeons. Cerebral Aneurysm. (https://www.aans.org/patients/conditions-treatments/cerebral-aneurysm/). Direvisi terakhir 26 April 2024. Diakses pada 21 Agustus 2024.
  6. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Cerebral Aneurysm. (https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/cerebral-aneurysms). Direvisi terakhir . Diakses pada 21 Agustus 2024.
  7. Cleveland Clinic. Brain Aneurysm. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16800-brain-aneurysm). Direvisi terakhir 10 Februari 2023. Diakses pada 21 Agustus 2024.
  8. Mayo Clinic. Brain Aneurysm. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/brain-aneurysm/symptoms-causes/syc-20361483). Direvisi terakhir 7 Maret 2023. Diakses pada 21 Agustus 2024.