Kenali Anosmia, Kondisi Hilangnya Kemampuan Penciuman

By Tim RS Pondok Indah

Monday, 10 February 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Anosmia adalah kondisi medis di mana hidung kehilangan kemampuannya untuk menghidu. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau permanen, tergantung dari penyebabnya.

Kenali Anosmia, Kondisi Hilangnya Kemampuan Penciuman

Anosmia menyebabkan seseorang tidak bisa mencium aroma yang berasal dari makanan, pengharum ruangan, minyak wangi, atau sumber aroma lainnya. Akibatnya Anda bisa saja kehilangan nafsu makan karena makanan tidak terasa apa pun.


Selain itu, hilangnya kemampuan untuk mencium aroma juga bisa membahayakan. Contohnya, Anda tidak bisa mencium aroma terbakar dari kabel yang mengalami arus pendek, yang bisa menimbulkan kebakaran dan mengancam nyawa.


Apa Itu Anosmia?

Hidung sebagai organ indra penciuman terdiri dari banyak sel saraf yang bertugas untuk mendeteksi aroma apa pun, seperti aroma makanan, minyak wangi, bau sepatu, juga bau sampah. Selanjutnya, saraf penciuman hidung akan mengirimkan sinyal ke otak sehingga otak bisa mengidentifikasi aroma apa yang dicium oleh hidung.


Hilangnya fungsi indra penciuman inilah yang dikenal dengan anosmia. Umummya, anosmia bersifat sementara dan bisa sembuh, tetapi ada beberapa kasus bersifat permanen dan sulit untuk disembuhkan.


Menghilangnya kemampuan untuk mencium suatu aroma sangat memengaruhi kemampuan Anda untuk mengecap. Artinya, mengalami anosmia, dapat menyebabkan gangguan dalam proses merasakan makanan atau minuman yang dikonsumsi.


Baca juga: Si Kecil Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa, Apa yang Sebaiknya Dilakukan?



Penyebab Anosmia

Anosmia bisa saja terjadi karena pertambahan usia yang mengurangi fungsi sel saraf hidung untuk mencium aroma. Selain itu, anosmia juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan yang menyebabkan hidung tersumbat dan kehilangan kemampuan untuk mencium bau, seperti:


  • Polip hidung
  • Flu
  • Pilek
  • Hidung tersumbat
  • Infeksi sinus
  • Alergi
  • COVID-19


Baca juga: Mengenal Post-COVID Syndrome


Selain itu, anosmia juga bisa saja terjadi karena ada beberapa kondisi medis yang memengaruhi reseptor penciuman di hidung, seperti:



Beberapa penyebab lainnya, termasuk:


  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat antibiotik dan antihistamin
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
  • Mengalami obesitas
  • Mengidap penyakit diabetes
  • Mengalami cedera kepala traumatis
  • Mengalami cedera otak traumatis


Meskipun kebanyakan orang mengenal kondisi anosmia akibat pandemi virus COVID-19 yang dahulu terjadi, kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Bila Anda mengalami anosmia, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis THT guna mendapatkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.


Baca juga: Jangan Anggap Remeh Batuk Pilek pada Anak!


Gejala Anosmia

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anosmia merupakan kondisi yang ditandai dengan hilangnya kemampuan indra penciuman untuk mengenali aroma apa pun. Jadi, Anda tidak bisa mencium aroma di sekitar Anda.


Kapan Harus ke Dokter?

Anda perlu segera melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis THT di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami keluhan tidak bisa mencium bau, khususnya jika tidak sedang mengalami gangguan pada saluran pernapasan, seperti pilek, flu, atau hidung mampet.


Baca juga: Jangan Abaikan Sinusitis! Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya



Diagnosa Anosmia

Untuk mendiagnosa anosmia, dokter spesialis THT akan melakukan tanya jawab tentang gejala dan riwayat penyakit Anda, termasuk kapan keluhan anosmia mulai dirasakan.


Selain itu, dokter akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan lebih lanjut, meliputi:


  • CT scan untuk mendeteksi adanya gangguan sinus, patah tulang belakang, atau tumor 
  • Endoskopi hidung untuk melihat adanya peradangan, pembengkakan, nanah, atau polip hidung
  • MRI untuk mendeteksi penyakit yang terkait dengan otak, khususnya pada pasien yang tidak mengalami gangguan pada hidung dan sinus
  • Pemeriksaan saraf untuk mengetahui kondisi saraf pasien secara menyeluruh


Baca juga: Penanganan Nyaman, Sinusitis Hilang


Penanganan Anosmia

Dalam banyak kasus, cara mengatasi anosmia sangat tergantung dengan penyebab yang mendasarinya. Pengobatan diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penciuman sehingga pasien bisa kembali mencium bau.


Berikut ini adalah beberapa penanganan maupun obat-obatan yang bisa diberikan oleh dokter untuk mengatasi anosmia:


  • Pemberian obat antibiotik bertujuan untuk membantu menghilangkan infeksi sinus akibat bakteri
  • Pemberian obat dekongestan bertujuan untuk mengatasi keluhan hidung tersumbat
  • Tindakan pembedahan mungkin dilakukan jika anosmia disebabkan oleh polip hidung


Sebagian penderita anosmia yang disebabkan oleh alergi mungkin tidak membutuhkan pengobatan khusus. Sebab kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya, terutama jika tidak terpapar lagi dengan zat alergen yang memicu kambuhnya alergi.


Baca juga: Teknologi Terkini Pelega Pernapasan


Komplikasi Anosmia

Meskipun terkesan sepele, anosmia tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab anosmia yang tidak kunjung sembuh dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya.


Anosmia yang tidak segera mendapatkan pertolongan bisa menimbulkan berbagai komplikasi, termasuk:


  • Keracunan makanan, akibat tidak bisa mendeteksi aroma makanan basi
  • Kehilangan nyawa, akibat tidak bisa mencium aroma asap atau kebakaran di sekitar
  • Keracunan dan kehilangan nyawa, karena menghirup gas bocor atau bahan kimia berbahaya


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan


Apakah Anosmia Bisa Dicegah?

Anosmia umumnya tidak bisa dicegah, mengingat kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Namun, secara umum, melindungi diri dari pilek dan gangguan pernapasan lainnya bisa mengurangi risiko hilangnya kemampuan indra penciuman.


Selain itu, Anda perlu menghindari beberapa pemicu anosmia terjadi, seperti:


  • Menghindari bahan kimia tertentu
  • Menghindari obat-obatan tertentu
  • Tidak merokok


Anosmia merupakan kondisi medis yang bisa bersifat sementara tetapi juga bisa bersifat permanen. Namun, kondisi ini bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.


Jika Anda mengalami gejala anosmia, baik berkurang atau hilangnya kemampuan hidung untuk mencium bau, segera konsultasikan dengan dokter spesialis THT di RS Pondok Indah cabang terdekat.

Melalui pemeriksaan, dokter bisa segera memberikan pengobatan yang sesuai sehingga indera penciuman bisa kembali berfungsi dengan baik.


Baca juga: Radang Tenggorokan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Tips Menanganinya



FAQ


Apakah Anosmia Hanya Disebabkan Infeksi Virus Covid-19?

Anosmia atau hilangnya kemampuan penciuman bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tidak hanya karena infeksi COVID-19. Penyebab lainnya meliputi infeksi virus atau bakterii pada saluran pernapasan lainnya (flu, sinusitis), polip, cedera kepala, paparan bahan kimia beracun, gangguan saraf (seperti demensia atau Alzheimer), serta efek samping obat tertentu.


Oleh karena itu, jika anosmia terjadi tanpa gejala COVID-19, Anda memerlukan evaluasi medis lebih lanjut oleh dokter spesialis THT untuk menemukan penyebabnya.


Apakah Anosmia Bisa Permanen?

Dalam beberapa kasus anosmia bisa menjadi permanen, terutama jika disebabkan oleh cedera saraf penciuman atau kondisi neurologis. Namun, kebanyakan kasus anosmia yang bersifat sementara dan dapat pulih dengan pengobatan yang tepat.


Apakah Ada Operasi untuk Anosmia?

Operasi dapat menjadi pilihan jika anosmia disebabkan oleh gangguan fisik seperti polip hidung atau kelainan struktural di rongga hidung. Prosedur seperti operasi polipektomi atau septoplasti dapat membantu mengembalikan penciuman.


Konsultasikan dahulu dengan dokter spesialis THT untuk menentukan jenis penanganan medis yang tepat untuk anosmia yang Anda alami.


Bisakah Stres Menyebabkan Anosmia?

Stres dan kecemasan berlebihan diduga dapat berkontribusi pada terjadinya anosmia. Stres kronis dapat memengaruhi sistem saraf dan hormon, yang dapat mengganggu fungsi penciuman. Selain itu, kondisi seperti depresi juga bisa menyebabkan hilangnya indera penciuman.



Referensi:

  1. Kandemirli SG, Altundag A, et al,. Olfactory bulb MRI and paranasal sinus CT findings in persistent COVID-19 anosmia. Academic radiology. 2021.(https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7571972/). Diakses pada 29 Januari 2025.
  2. Saltagi AK, Saltagi MZ, et al,. Diagnosis of anosmia and hyposmia: a systematic review. Allergy & Rhinology. 2021. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8264728/). Diakses pada 29 Januari 2025.
  3. Cleveland Clinic. Anosmia (Loss of Sense of Smell). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21859-anosmia-loss-of-sense-of-smell). Direvisi terakhir 30 Oktober 2023. Diakses pada 29 Januari 2025.
  4. Mayo Clinic. Loss of Smell. (https://www.mayoclinic.org/symptoms/loss-of-smell/basics/definition/sym-20050804). Direvisi terakhir 1 Desember 2023. Diakses pada 29 Januari 2025.
  5. Standford Health Care. Anosmia (Loss of Smell). (https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/ear-nose-and-throat/anosmia-loss-of-smell.html). Diakses pada 29 Januari 2025.