Apakah Alergi Bisa Sembuh? Ketahui Faktanya!

By Tim RS Pondok Indah

Friday, 30 August 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Sayangnya, alergi tidak bisa sembuh. Alergi adalah kondisi kronis yang bisa kambuh ketika penderita terpapar dengan zat pemicunya. Yuk simak cara penanganannya!

Apakah Alergi Bisa Sembuh? Ketahui Faktanya!

Alergi adalah kondisi medis ketika sistem kekebalan tubuh salah mengenali zat yang umumnya tidak berbahaya sebagai suatu hal yang berbahaya dan harus dimusnahkan. Akibatnya, akan terjadi beberapa gejala alergi yang mungkin saja berbeda antara satu penderita dengan yang lainnya.


Beberapa zat yang sering memicu kekambuhan reaksi alergi, adalah makanan laut, debu, bulu hewan, bahan lateks, atau obat-obatan.


Gejala Alergi 

Ketika terpapar dengan alergen, atau zat yang dianggap "asing" oleh sistem imun, akan terjadi beragam gejala alergi yang umumnya dikeluhkan sebagai:


  • Bersin-bersin.
  • Hidung gatal, berair atau tersumbat.
  • Kulit gatal atau muncul ruam.
  • Mata gatal, merah maupun berair.
  • Bibir, lidah, atau kelopak mata menjadi bengkak.
  • Mual dan muntah.
  • Sesak napas.


Gejala alergi biasanya muncul beberapa saat setelah terpapar alergen dan akan bertahan selama 30 menit hingga beberapa jam, sebelum akhirnya menghilang. Namun, alergi karena alergen yang terhirup, seperti serbuk sari, debu, atau bulu hewan, akan mengalami gejala yang lebih lama, yakni selama beberapa hari. 


Baca juga: Kenali dan Atasi Alergi pada Mata



Diagnosis Alergi

Untuk menegakkan diagnosis alergi dan mendapatkan penanganan yang sesuai, Anda bisa memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Pondok Indah cabang terdekat. 

Dokter akan melakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik sebagai upaya menegakkan diagnosis alergi. Selain itu, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang alergi, sebagai berikut ini:


1. Tes tusuk kulit (skin prick test)

Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis alergen yang memicu reaksi alergi. Sesuai dengan namanya, tes ini dilakukan dengan menusukkan jarum tipis yang mengandung alergen ke kulit. 


Contohnya, ketika dokter spesialis mencurigai Anda mengalami alergi debu, akan dilakukan skin prick test menggunakan jarum yang mengandung alergen debu. Ketika muncul gejala alergi, hasil pemeriksaan ini dinyatakan positif atau Anda memang memiliki alergi debu.


2. Tes darah

Tes darah dilakukan mengetahui kadar antibodi yang dihasilkan oleh sistem imun (antibodi IgE). Kadar antibodi IgE yang meningkat menandakan Anda mengalami alergi.


3. Tes tempel (skin patch test)

Pemeriksaan penunjang alergi ini dilakukan dengan menempelkan ‘koyo’ yang mengandung alergen tertentu pada kulit pasien selama 2 hari. Nantinya dokter akan memeriksa munculnya reaksi alergi, dan menentukan alergen yang menyebabkan Anda mengalami gejala alergi.


Baca juga: Serba-Serbi Alergi


Penanganan Alergi

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter selanjutnya akan memberikan penanganan yang sesuai, termasuk dengan peresepan beberapa obat. Namun, langkah pengobatan alergi yang utama adalah dengan menghindari alergen.


Selain itu, dokter juga akan meresepkan beberapa obat alergi berikut untuk meredakan keluhan Anda yang bergejala ringan sampai sedang:


  • Obat antihistamin untuk meredakan gatal.
  • Obat kortikosteroid untuk mengatasi reaksi peradangan karena reaksi alergi.
  • Obat dekongestan untuk melegakan hidung tersumbat yang merupakan salah satu bentuk gejala alergi.
  • Penghambat leukotrien untuk mengatasi pembengkakan yang terjadi pada saluran pernapasan saat terjadi reaksi alergi.


Bagi Anda yang mengalami gejala alergi parah, seperti mengalami anafilaksis, penanganan alergi sesegera mungkin yang dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit adalah satu-satunya pilihan.


Baca juga: Dermatitis Kontak, Penyebab Kulit Gatal Setelah Terpapar dengan Suatu Pemicu


Lalu, Apakah Alergi Bisa Sembuh?

Pada dasarnya, alergi tidak bisa disembuhkan. Namun, pengobatan dan penanganan yang tepat dapat meringankan gejala yang terjadi.


Untuk mencegah kekambuhannya, Anda harus menghindari alergen. Sayangnya, alergen tidak selalu dapat dikenali dengan mudah. 


Oleh sebab itu, jika Anda merasa mengalami gejala alergi, ketahui alergen dengan melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Pondok Indah cabang terdekat.


Baca juga: Mengenal Psoriasis, Si Penyebab Gatal dan Pengganggu Penampilan



FAQ

Apakah Alergi Mengancam Nyawa?

Kasus alergi yang berat (anafilaksis) bisa mengancam nyawa, karena dapat membuat penderitanya sulit bernapas maupun penurnan tekanan darah secara drastis, yang bisa berakibat fatal.


Berapa Lama Anafilaksis Berkembang?

Anafilaksis bisa berkembang dalam beberapa menit hingga satu jam setelah Anda terpapar dengan alergen. Gejala awal anafilaksis bisa berupa gatal-gatal, yang kemudian berkembang menjadi pembengkakan serta sesak napas, bahkan memburuk dengan cepat. Jadi segera cari pertolongan medis bila Anda mengalami kondisi ini.


Bagaimana Cara Mengetahui Bahwa Kita Alergi Apa?

Ada beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab alergi, yakni tes tusuk kulit (skin prick test), tes darah, dan tes tempel (skin patch test). Konsultasikan diri ke dokter spesialis penyakit dalam untuk melakukan tes alergen guna mengetahui zat penyebab alergi serta cara menghindarinya.


Apa Langkah Pertama Mengatasi Alergi?

Langkah pertama mengatasi alergi adalah menghindari zat pemicu alergi atau alergen. Jika tidak sengaja terpapar, segera konsumsi antihistamin untuk mengurangi gejala seperti gatal, bengkak, atau bersin. Apabila gejala tidak membaik, bahkan bertambah parah, seperti sesak napas, segera cari bantuan medis untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.


Apabila Anda ingin memastikan penyebab keluhan yang dirasakan menyerupai gejala alergi, segera periksakan diri Anda ke dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Pondok Indah cabang terdekat. Selain memastikan kondisi, dokter spesialis juga akan membantu menemukan alergen yang memicu terjadinya reaksi alergi bagi Anda. Dengan begitu, Anda bisa menghindari zat pemicu alergi, agar reaksi alergi tidak menimbulkan gejala yang parah, bahkan mencegah kambuhnya alergi.



Referensi:

  1. Royal C, Gray C. Focus: Allergic diseases and type II immunity: Allergy prevention: An overview of current evidence. The Yale Journal of Biology and Medicine. 2020. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7757062/). Diakses pada 22 Agustus 2024.
  2. National Health Service UK. Allergies. (https://www.nhs.uk/conditions/allergies/). Direvisi terakhir 2 Agustus 2022. Diakses pada 22 Agustus 2024. 
  3. Rady Children's Hospital San Diego. Inhalant Allergens. (https://www.rchsd.org/programs-services/dermatology/eczema-and-inflammatory-skin-disease-center/triggers/inhalant-allergens/). Direvisi terakhir. Diakses pada 22 Agustus 2024.
  4. Cleveland Clinic. Allergies. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8610-allergies). Direvisi terakhir 21 Desember 2022. Diakses pada 22 Agustus 2024.
  5. Mayo Clinic. Epinephrine (Injection Route). (https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/epinephrine-injection-route/proper-use/drg-20072429?p=1). Direvisi terakhir 1 Mei 2024. Diakses pada 22 Agustus 2024. 
  6. Mayo Clinic. Allergies. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/allergies/symptoms-causes/syc-20351497). Direvisi terakhir 5 Agustus 2022. Diakses pada 22 Agustus 2024.