Hepatitis C merupakan penyakit menular. Namun, proses penularannya tidak sama dengan penyakit seperti flu. Simak penjelasannya dan cari tahu cara mencegahnya di sini!
Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan darah penderitanya, termasuk melalui penggunaan jarum suntik bersama.
Kebanyakan penderita hepatitis C tidak mengalami gejala di awal infeksi, sehingga tidak menyadari bahwa tengah menderita penyakit hati ini. Hepatitis C biasanya baru menimbulkan gejala setelah 2–12 hari terpapar virus.
Gejala hepatitis C umumnya ditandai dengan kelelahan, demam, urin berwarna gelap, badan pegal, mual dan muntah, tidak nafsu makan, sakit perut, nyeri sendi, penyakit kuning, serta tinja berwarna pucat. Bahkan pada kasus hepatitis C kronis, gejalanya mungkin tidak muncul dalam hitungan minggu, tetapi setelah bertahun-tahun atau ketika telah terjadi kerusakan hati yang parah.
Oleh karena itu, penderita hepatitis C perlu mendapatkan penanganan segera agar peluang sembuh meningkat dan risiko terjadinya komplikasi dapat diminimalkan. Sebab tanpa penanganan yang tepat, hepatitis C dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius, seperti kerusakan hati, sirosis, kanker hati, dan gagal hati.
Apakah hepatitis C menular? Jawabannya adalah iya, penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C ini menular melalui kontak dengan penderita hepatitis C. Namun, cara penularannya tidak sama seperti flu yang melalui udara, melainkan melalui kontak langsung dengan darah yang terkontaminasi virus HCV.
Ketika melakukan kontak langsung dengan darah penderita hepatitis dan darah tersebut masuk ke dalam tubuh, ada kemungkinan Anda tertular hepatitis C.
Baca juga: Mengenal Berbagai Kelainan Hati, dari Hepatitis sampai Kanker Hati
Beberapa cara penularan hepatitis C dari orang yang terinfeksi ke orang, adalah sebagai berikut ini:
Penularan hepatitis C melalui darah penderitanya mungkin terjadi saat:
Penularan virus hepatitis C juga bisa terjadi dari ibu ke bayi, melalui:
Hepatitis C juga bisa menular lewat hubungan seksual, jika:
Perlu diingat, penyakit ini tidak menular melalui pelukan, ciuman, jabat tangan, berbagi makanan/minuman, serta penggunaan toilet umum. Dengan begitu, Anda tidak perlu khawatir tertular penyakit saat tinggal berdampingan dengan penderita hepatitis C. Selama tidak kontak langsung dengan darah penderita hepatitis C, kecil kemungkinan penularan penyakit ini terjadi.
Baca juga: Mengenal Hepatitis A, Jenis Hepatitis yang Paling Menular
Meski menular melalui darah yang terkontaminasi virus HCV, Anda perlu menerapkan langkah pencegahan, terutama jika tinggal bersama atau merawat penderita hepatitis C. Berikut adalah beberapa cara pencegahan infeksi hepatitis C:
Khusus bagi orang yang pernah menggunakan narkoba suntik atau berasal dari negara dengan kasus hepatitis C tinggi, tes darah perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan ada tidaknya virus HCV dalam tubuh. Pemeriksaan berkala yang dilakukan berupa tes antibodi hepatitis C, yang juga biasa dilakukan sebagai salah satu pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis hepatitis C.
Anda juga bisa langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat, apabila pernah kontak langsung dengan darah yang terkontaminasi virus hepatitis C. Nantinya, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan untuk deteksi dini hepatitis C serta penanganan yang sesuai, termasuk peresepan obat-obatan yang sesuai. Sebab semakin cepat kondisi ini dideteksi, makin besar pula peluang untuk sembuh.
Baca juga: Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik
Hepatitis C tidak menular melalui air liur. Penularan virus ini melalui kontak langsung dengan darah orang yang terinfeksi, seperti melalui penggunaan jarum suntik bersama atau transfusi darah yang terkontaminasi. Selain itu, hepatitis C juga dapat menular lewat hubungan seksual jika ada luka terbuka pada alat kelamin.
Hepatitis C tidak dianggap sebagai penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV atau gonore. Namun, hepatitis C memang bisa ditularkan melalui hubungan seks, ketika mengalami perdarahan atau memiliki luka terbuka saat melakukan hubungan intim.
Jadi, tetap terapkan perilaku seksual yang aman dengan menghindari seks anal dan bergonta-ganti pasangan seksual, untuk mencegah hepatitis C.
Setelah menjalani pengobatan hepatitis C dan virus tidak lagi terdeteksi di dalam darah, maka risiko penularan virus berkurang secara signifikan. Jika seseorang telah sembuh dari hepatitis C, ia tidak akan menularkan virus kepada orang lain.
Untuk mengetahui apakah hepatitis C aktif, dokter spesialis penyakit dalam biasanya akan melakukan serangkaian tes.
Salah satu tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus adalah tes HCV RNA. Selain itu, tes fungsi hati seperti alanine aminotransferase (ALT) atau SGPT juga dapat dilakukan untuk melihat apakah organ hati mengalami peradangan aktif. Jika hasil tes menunjukkan bahwa virus masih ada dan fungsi hati terganggu, maka hepatitis C dianggap aktif.
Dengan pengobatan yang tepat, organ hati bisa pulih setelah pengobatan hepatitis C. Namun, hepatitis C yang menyebabkan kerusakan parah pada jaringan hati, seperti sirosis, tidak bisa pulih lagi meski pengobatan telah dilakukan hingga tuntas. Meskipun demikian, pengobatan yang tepat dapat membantu mengelola kondisi tersebut dan mencegah kerusakan hati bertambah parah.
Referensi: