Seputar Penyakit Asma yang Penting Diketahui

By Tim RS Pondok Indah

Tuesday, 15 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Asma merupakan peradangan yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. Kondisi ini memiliki gejala khas berupa bunyi “ngik-ngik” saat penderitanya bernapas.

Seputar Penyakit Asma yang Penting Diketahui

Asma menyebabkan penderitanya mengalami berbagai gejala, termasuk kesulitan bernapas dan batuk berulang. Pasalnya, saat asma menyerang, saluran napas akan membengkak dan tersumbat oleh produksi lendir berlebih yang membuatnya jadi lebih sempit. Bila dibiarkan, asma dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan mengancam nyawa penderitanya. 


Kondisi ini memang tidak bisa disembuhkan, tetapi tetap harus diobati agar terkontrol, sehingga frekuensi serangan asma bisa berkurang serta kualitas hidup penderitanya meningkat. Untuk itu, simak informasi seputar asma dengan membaca artikel ini sampai selesai, ya!


Apa Itu Asma?

Asma merupakan penyakit pernapasan kronis yang ditandai dengan peradangan, sehingga menyebabkan penyempitan saluran napas. Kondisi ini membuat penderitanya mengalami kesulitan bernapas, mengi atau napas berbunyi, batuk di malam hari, serta dada terasa sesak. Berbeda dengan flu maupun infeksi pernapasan lain, asma tidak bisa sembuh total. Namun, kondisi ini bisa dikendalikan jika dengan penanganan yang tepat. 


Penderita asma memiliki saluran napas yang lebih sensitif. Sehingga ketika terpapar zat pemicu asma, otot di saluran napas akan membengkak. Inilah yang menyebabkan saluran napas penderita asma menyempit. 


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan



Penyebab Asma 

Sebenarnya, penyebab asma belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan seseorang menderita asma, di antaranya:


  • Genetik: memiliki orang tua yang menderita asma ataupun alergi tertentu, akan meningkatkan risiko asma pada anak. 
  • Alergi: alergi yang dimiliki oleh seseorang, contohnya alergi debu ataupun serbuk sari, bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami asma.  
  • Lingkungan: paparan asap rokok, polusi, dan alergen dapat mengiritasi saluran napas serta membuat seseorang berisiko tinggi terkena asma, terlebih jika sudah terpapar sejak bayi. 
  • Infeksi Saluran Napas: infeksi saluran napas yang terjadi pada bayi, contohnya respiratory syncytial virus (RSV), dapat merusak paru-paru yang sedang berkembang dan menyebabkan asma.  


Penyebab Kekambuhan Asma

Selain penyebab asma, ada pula faktor pencetus yang dapat memicu kekambuhan gejala asma, yaitu:


  • Alergen, seperti serbuk sari, tungau, debu, spora jamur, atau bulu hewan peliharaan 
  • Kondisi atau perubahan cuaca tertentu, misalnya udara dingin/kering maupun perubahan suhu lingkungan yang mendadak 
  • Paparan polusi atau asap rokok
  • Infeksi virus atau bakteri pada saluran napas, contohnya COVID-19, flu, atau pilek 
  • Aktivitas fisik yang berat
  • Stres
  • Konsumsi obat-obatan, contohnya ibuprofen atau penghambat beta
  • Gejala GERD berupa naiknya asam lambung ke kerongkongan


Baca juga: 8 Rekomendasi Olahraga untuk Penderita Asma yang Aman Dilakukan


Gejala Asma

Mungkin banyak yang belum mengenali gejala asma, apalagi tanda-tandanya ada yang menyerupai batuk biasa. Agar penanganannya tidak terlambat, ketahui beberapa gejala asma berikut ini:


  • Sulit bernapas, yang mana napas terasa pendek dan tidak mampu menarik udara sebanyak-banyaknya, terutama pada saat malam/dini hari maupun saat cuaca dingin
  • Napas berbunyi “ngik-ngik” atau mengi, terutama saat mengembuskan napas.
  • Dada terasa berat seperti ditekan.
  • Batuk terus-menerus yang sering memburuk di malam/dini hari.


Gejala asma ini biasanya muncul setelah terpapar alergen, maupun terpapar dengan pemicu kambuhnya asma. Keparahan dan frekuensi gejala asma pada anak-anak dan orang dewasa juga berbeda. Pada anak-anak, gejala asma yang muncul cenderung lebih tidak teratur, sedangkan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih konsisten dan seringkali memerlukan pengobatan untuk mengelola kondisi tersebut.


Baca juga: Nyeri Dada: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya


Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda mengalami gejala asma, seperti batuk berulang (terutama saat malam/dini hari) yang tidak membaik dengan obat batuk biasa, mengeluarkan bunyi “ngik-ngik” saat mengembuskan napas, atau sesak napas setiap terpapar alergen, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis paru & pernapasan di RS Pondok Indah cabang terdekat. 


Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian tes untuk mendiagnosa asma. Dengan demikian, asma bisa cepat ditangani dan kondisinya pun jadi terkontrol. 


Baca juga: Waspada Pneumonia pada Anak: Kenali Gejala dan Penanganannya!



Diagnosa Asma

Sebelum memberikan pengobatan asma, dokter akan melakukan pemeriksaan dan serangkaian tes untuk menentukan keparahan asma, pola serangan, dan kondisi pemicu kambuhnya asma. 


Diagnosa dimulai dengan mewawancarai pasien mengenai gejala yang dirasakan serta waktu kemunculan gejala. Setelah itu, dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi bunyi napas abnormal (mengi), serta memastikan gejala asma lainnya, seperti napas cepat atau kesulitan bicara saat rasa sesak muncul. 


Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis asma, yang bisa berupa:


  • Tes fungsi paru dengan spirometri
  • Pengukuran kekuatan hembusan napas dengan peak flow meter
  • Tes provokasi saluran napas
  • Tes alergi
  • Rontgen dada
  • Tes oksida nitrat


Baca juga: Waspada Kanker Paru pada Non-Perokok


Pengobatan Asma

Pengobatan asma dapat berbeda-beda untuk setiap individu, tergantung usia, gejala, dan faktor pencetusnya. Namun, umumnya, pengobatan asma terbagi menjadi dua tujuan, yaitu pengobatan asma jangka panjang dan jangka pendek. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:


Pengobatan Asma Jangka Panjang

Pengobatan asma untuk jangka panjang bertujuan mencegah kekambuhan atau serangan asma. Beberapa jenis obat asma yang diresepkan dokter, yaitu:


  • Kortikosteroid hirup, contohnya budesonide atau fluticasone 
  • Obat hirup yang merupakan gabungan kortikosteroid dan obat yang melebarkan saluran napas (bronkodilator), contohnya salmeterol dan fluticasone 
  • Obat modifikasi leukotrien, contohnya montelukast 
  • Obat bronkodilator atau obat untuk melebarkan saluran napas secara oral, misalnya teofilin


Pengobatan Asma Jangka Pendek

Tujuan pengobatan asma jangka pendek adalah meredakan gejala yang tengah terjadi saat serangan asma. Dokter akan memberikan beberapa jenis pengobatan untuk kondisi ini, di antaranya:


  • Short-acting beta agonists (bronkodilator) berupa inhaler
  • Agen antikolonergik untuk melemaskan otot sauran pernapasan, sehingga napas lebih lega, contohnya ipratropium dan tiotropium 
  • Kortikosteroid oral maupun injeksi


Baca juga: Cari Tahu Penyebab PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), Gejala, dan Cara Mengobatinya


Komplikasi Asma

Jika tidak ditangani dengan tepat, serangan asma bisa memburuk hingga menyebabkan komplikasi. Beberapa komplikasi asma bisa terjadi berupa:


  • Kelelahan sepanjang waktu
  • Stres, kecemasan, atau depresi
  • Infeksi paru-paru (pneumonia)
  • Gangguan pertumbuhan (pada anak-anak)
  • Serangan asma yang parah, hingga mengancam jiwa


Baca juga: Apakah PPOK Menular? Ketahui Jawaban, Penanganan dan Pencegahan PPOK


Pencegahan Serangan Asma

Pemberian obat-obatan memang dapat mencegah serangan asma. Namun, pengobatan ini juga perlu diimbangi dengan menjalani pola hidup sehat, berupa:


  • Menghindari faktor pencetus asma, contohnya debu, asap rokok, polusi udara, atau bulu hewan. 
  • Berolahraga secara rutin. 
  • Menjaga berat badan ideal. 
  • Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal secara rutin, setidaknya satu kali seminggu untuk memastikan tidak ada spora jamur maupun alergen lain yang terdapat di perabot. 
  • Menjaga kelembapan udara sekitar, khususnya ruang kerja maupun kamar tidur. 
  • Mencuci seprai dan sarung bantal minimal satu kali seminggu. 
  • Mengenakan masker jika udara terlalu dingin. 


Pencegahan dan pengobatan asma jangka panjang adalah kunci utama mengendalikan asma, terutama mencegah serangan asma. Jadi, jangan tunda hingga asma makin parah. Segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis paru & pernapasan di RS Pondok Indah cabang terdekat bila Anda mencurigai tengah mengalami gejala asma atau berisiko tinggi menderita asma. Dengan demikian, dokter bisa memeriksa dan memberikan penanganan terbaik, sesuai dengan kondisi Anda. 


Baca juga: Batuk Pilek, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya



FAQ


Apakah Asma Berbahaya Jika Dibiarkan?

Asma yang tidak diobati dapat menjadi kondisi yang berbahaya. Jika dibiarkan, serangan asma yang kambuh dapat mengakibatkan kesulitan bernapas, penurunan oksigen dalam darah, bahkan kematian akibat gagal napas.


Penyakit asma yang tidak terkontrol juga dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya, mulai dari mengganggu kegiatan sehari-hari, menimbulkan gangguan tidur, hingga menyebabkan penurunan kesehatan mental.


Apa Gejala yang Paling Umum Muncul pada Anak dengan Asma?

Gejala asma pada anak paling umum mencakup:


  • Batuk, terutama di malam hari
  • Napas pendek
  • Mengi
  • Dada terasa berat
  • Kesulitan beraktivitas fisik


Gejala asma yang muncul dapat memengaruhi kualitas hidup dan tumbuh kembang anak secara signifikan. Oleh sebab itu, jika gejala asma anak terjadi secara berulang, bahkan memburuk, segera periksakan si Kecil ke dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.


Apa Penyebab Asma di Malam Hari?

Asma di malam hari paling sering dipicu oleh perubahan suhu dan kelembapan udara saat malam. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat memicu kondisi ini, seperti debu, tungau, dan bulu hewan peliharaan yang menempel di tempat tidur.


Apakah Penderita Asma Harus Pengobatan Uap?

Tidak semua penderita asma memerlukan atau cocok dengan pengobatan uap. Namun, pengobatan uap, atau nebulizer, diperlukan untuk penderita yang mengalami serangan asma parah atau kesulitan menggunakan inhaler. Sebab, nebulizer dapat membantu mengantarkan obat bronkodilator dan kortikosteroid ke saluran pernapasan dengan lebih efisien.


Penggunaan nebulizer biasanya disarankan oleh dokter spesialis paru & pernapasan berdasarkan tingkat keparahan asma, respon terhadap pengobatan, dan kondisi masing-masing pasien.




Referensi:

  1. Savin IA, Zenkova MA, et al,. Bronchial Asthma, Airway Remodeling and Lung Fibrosis as Successive Steps of One Process. International Journal of Molecular Sciences. 2023. https://www.mdpi.com/1422-0067/24/22/16042). Diakses pada 9 April 2025. 
  2. Toumpanakis D, Usmani OS. Small airways in asthma: Pathophysiology, identification and management. Chinese Medical Journal Pulmonary and Critical Care Medicine. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2772558823000397). Diakses pada 9 April 2025. 
  3. World Health Organization. Asthma. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/asthma). Direvisi terakhir 6 Mei 2024. Diakses pada 9 April 2025.  
  4. Centers for Disease Control and Prevention. Controlling Asthma. (https://www.cdc.gov/asthma/control/index.html). Direvisi terakhir 22 Januari 2024. Diakses pada 9 April 2025. 
  5. Cleveland Clinic. Asthma. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6424-asthma#symptoms-and-causes). Direvisi terakhir 19 Januari 2022. Diakses pada 9 April 2025. 
  6. Mayo Clinic. Asthma. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/diagnosis-treatment/drc-20369660). Direvisi terakhir 8 Maret 2025. Diakses pada 9 April 2025.