Postpartum depression adalah depresi yang dialami ibu setelah melahirkan, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan kelelahan yang berlebihan.
Satu bulan setelah bersalin, beliau merasa baik-baik saja, namun ibu muda tersebut mulai memperlihatkan perilaku yang tidak biasa. Ia menjadi sensitif, pemarah, mencemaskan hal-hal yang tidak penting, keceriaannya berganti dengan kemurungan, dan mudah merasa lelah.
Merawat bayi sambil membesarkan ketiga kakaknya memang bukan hal yang mudah. Belum lagi menjalani malam-malam yang melelahkan dan mengganggu kualitas tidurnya. Apa yang sebenarnya dialami olehnya?
Kasus seperti yang dialami ibu tersebut banyak terjadi pada wanita yang baru melahirkan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan baby blues syndrome (BBS). Statistik menyatakan angka kejadian BBS pada wanita pasca melahirkan tidak kurang dari 80 persen.
Sekalipun gangguan ini dikategorikan ringan dan umumnya akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu, kita perlu waspada akan kemungkinan terjadinya post-partum depression (PPD) atau depresi pasca kelahiran.
Gangguan tersebut pada awalnya menyerupai BBS, namun intensitas keluhan jauh meningkat dan menimbulkan disabilitas yang bermakna pada kehidupan sehari-hari. Gangguan mood (suasana perasaan) turut menyertainya, sehingga dapat membuat seseorang mengalami kesedihan yang ekstrem.
Wanita yang mengalami PPD akan kehilangan kemampuannya untuk mengurus bayi yang baru dilahirkannya, keluarganya, bahkan dirinya sendiri. Karena beratnya gangguan ini, wanita yang mengalaminya memerlukan pengobatan yang adekuat.
Kasus PPD setidaknya mencapai angka 15 persen per tahunnya. Apabila angka kelahiran di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik pada tahun 2015 adalah 4,8 juta, maka jumlah mereka yang berisiko mengalami PPD adalah sekitar 720.000 ibu per tahunnya.
Gangguan ini dapat muncul segera setelah melahirkan atau umumnya antara seminggu hingga satu bulan pasca melahirkan.
PPD tidak disebabkan oleh penyebab tunggal, namun lebih merupakan hasil dari berbagai kombinasi faktor-faktor fisik dan emosional. PPD juga tidak diakibatkan oleh sesuatu hal yang tidak atau dilakukan oleh sang ibu.
Sesaat setelah melahirkan, kadar hormon-hormon (estrogen dan progesteron) dalam tubuh seorang ibu akan mengalami perubahan yang dramatis. Hal tersebut akan memberikan dampak pada perubahan biokimiawi di otak yang akan mencetuskan mood swings (alam perasaan yang tidak menentu).
Selain itu, banyak ibu yang tidak dapat beristirahat dengan baik, sementara fisiknya membutuhkan pemulihan setelah proses persalinan. Gangguan tidur tersebut dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan kelelahan yang berlebihan, yang tentunya dapat memberikan kontribusi pada gejala-gejala PPD.
Beberapa gejala yang umum dialami oleh penderita PPD termasuk di bawah ini:
Apabila ditemukan setidaknya lima gejala di atas selama dua minggu atau lebih, maka perlu mendapat pertolongan secepatnya. Karena gangguan ini dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan fisik dan mental sang ibu, bayinya, dan bahkan dapat menjadi ancaman bagi hubungan rumah tangga.
Ada beberapa kelompok wanita yang memiliki risiko lebih besar untuk mengalami PPD karena memiliki hal-hal di bawah ini:
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menangani kondisi tersebut, yakni:
Suatu penanganan yang melibatkan profesional dalam bidang kesehatan mental (konselor, psikolog, psikiater atau pekerja sosial). Terdapat dua tipe konseling yang terbukti cukup efektif dalam menangani PPD:
Pengobatan dengan anti-depresi bekerja untuk mengembalikan keseimbangan kimiawi bagian otak yang meregulasi suasana perasaan. Anti-depresi baru akan memperlihatkan hasilnya setelah digunakan selama beberapa minggu dengan teratur.
Umumnya anti-depresi cukup aman bila digunakan saat menyusui, namun penderita PPD perlu berkonsultasi dengan psikiaternya untuk memahami risiko dan keuntungan anti-depresi.
Baby blues berlangsung singkat, biasanya 1-2 minggu setelah melahirkan, dengan gejala ringan seperti sedih dan cemas. Depresi postpartum lebih parah dan berlangsung lebih lama, memengaruhi kemampuan merawat bayi dan diri sendiri.
Postpartum depression bisa berlangsung berbulan-bulan hingga setahun, tergantung pada tingkat keparahan dan penanganannya. Penting mencari bantuan medis jika gejala berlangsung lebih dari dua minggu.
Depresi postpartum tidak bisa sembuh sendiri. Biasanya butuh penanganan seperti terapi atau obat. Jika dibiarkan, kondisi bisa memburuk, jadi penting untuk mencari bantuan profesional.