Batuk, Kondisi yang Mengganggu Meski tidak Selalu Mengancam

By Tim RS Pondok Indah

Friday, 02 August 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Batuk memang bisa dialami siapa saja, tapi dengan penyebab yang belum tentu sama. Jadi, mari kupas tuntas tentang batuk di sini, supaya tidak salah langkah!

Batuk, Kondisi yang Mengganggu Meski tidak Selalu Mengancam

Semua manusia memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri dari bahaya benda asing, termasuk kuman penyebab penyakit. Beberapa respon tersebut antara lain berkedip, bersin, dan batuk. Masing-masing respon tersebut memiliki tujuan masing-masing, tak terkecuali batuk.


Batuk merupakan kondisi yang umum terjadi. Semua kelompok usia bisa saja mengalami kondisi ini, tergantung faktor risiko yang dimiliki masing-masing orang. Batuk umumnya tidak berbahaya, tetapi bisa saja merupakan gejala dari kondisi yang memerlukan pertolongan medis. Jadi, kupas tuntas tentang batuk dalam artikel ini, supaya tidak salah langkah!


Apa itu Batuk?

Batuk adalah bentuk respon alami tubuh untuk melindungi saluran pernapasan, khususnya paru-paru, dari kuman maupun benda asing serta membersihkan jalan napas. Beberapa kondisi bisa memicu terjadinya batuk, baik karena kuman penyebab penyakit, peningkatan produksi dahak, adanya benda asing, bahkan kanker. 


Anda tidak perlu menyembuhkan batuk, tetapi kondisi yang menyebabkan penyakit dengan gejala batuk. Sebab batuk adalah gejala, bukannya suatu penyakit.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan


Mekanisme Terjadinya Batuk

Ketika ada zat yang mengiritasi atau memicu batuk masuk ke dalam tenggorokan, saraf-saraf pada bagian ini akan mengirimkan sinyal ke otak untuk mengeluarkan zat ini. Upaya diawali dengan perintah dari otak untuk membuka pita suara, agar udara yang masuk lebih banyak, kemudian diikuti dengan penutupan epiglotis serta kontraksi otot dada dan perut ini akan mengeluarkan udara dari paru-paru secara paksa dan cepat, yang dikenal dengan batuk.


Jenis Batuk

Umumnya, batuk bukanlah kondisi yang berbahaya, karena dapat sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu. Namun, ada beberapa batuk yang terjadi hingga berbulan-bulan dan merupakan gejala dari kondisi medis serius.

Agar tidak salah dan bisa mendapatkan penanganan yang sesuai, kenalilah berbagai jenis-jenis batuk.


Berdasarkan Lama Terjadinya

Berikut adalah beberapa jenis batuk berdasarkan lama terjadinya:


1. Batuk Akut

Dapat dikategorikan sebagai batuk akut apabila terjadi kurang dari 3 minggu. Umumnya batuk akut tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan medis. Kondisi ini umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, atau bisa dipercepat dengan beberapa penanganan rumahan.


2. Batuk Subakut

Batuk subakut terjadi selama 3-8 minggu. Kondisi ini biasanya merupakan komplikasi dari batuk akut yang terjadi berkepanjangan karena penanganan yang tidak sesuai.


3. Batuk Kronis

Dapat dikategorikan sebagai batuk kronis apabila terjadi lebih dari 8 minggu. Batuk kronis merupakan kondisi yang memerlukan perhatian dan pemeriksaan langsung dari dokter. Hal ini dikarenakan kebanyakan merupakan gejala dari kondisi medis kronis yang perlu diobati langsung oleh dokter.


Oleh sebab itu, apabila Anda menderita batuk yang berkepanjangan, segera periksakan diri ke dokter spesialis paru dan pernapasan untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.


Berdasarkan Sifatnya

Sedangkan berdasarkan sifatnya atau ada tidaknya produksi dahak, batuk bisa dibedakan menjadi:


1. Batuk Produktif (Berdahak)

Kebanyakan adalah batuk akut atau yang terjadi karena infeksi. Selain mengatasi penyebab terjadinya infeksi, biasa jenis batuk ini akan diatasi dengan peresepan obat pengencer dahak.


2. Batuk Kering (Tidak Berdahak)

Biasanya merupakan batuk kronis dan terjadi karena iritasi. Kondisi tersering yang memicu terjadinya jenis batuk ini adalah karena merokok. Selain itu, efek samping dari beberapa obat juga bisa menyebabkan batuk kering. Beberapa kasus infeksi virus juga bisa membuat penderitanya mengalami batuk kering.


3. Tenggorokan Gatal dan Batuk

Meski semua batuk bisa disertai dengan tenggorokan gatal, tetapi alergi merupakan penyebab tenggorokan gatal dan batuk yang paling sering ditemukan. Selain itu, adanya lendir pada tenggorokan (postnasal drip) maupun naiknya asam lambung ke tenggorokan juga bisa memicu jenis batuk ini.


Baca juga: Waspada Pneumonia pada Anak



Selain beberapa jenis batuk di atas, ada juga beberapa penggolongan lain berdasarkan:


Berdasarkan Suara Batuknya

  • Batuk rejan (batuk keras dan terjadi secara terus-menerus atau whooping) yang terjadi pada penderita pertusis (whooping cough)
  • Mengi (wheezing yang merupakan suara nyaring seperti siulan saat mengembuskan napas) seperti yang dialami oleh penderita asma maupun infeksi yang sampai menyebabkan sumbatan saluran pernapasan
  • Menggonggong (barking sound) yang terjadi pada penderita croup


Berdasarkan Waktu Munculnya Batuk

  • Batuk siang hari atau batuk yang terjadi saat terjaga (pagi-sore)
  • Batuk nokturnal, ketika batuk hanya terjadi saat malam hari
  • Batuk dengan disertai muntah, kebanyakan dialami oleh anak-anak karena batuk yang hebat hingga memicu refleks muntah 


Baca juga: Jangan Anggap Remeh Batuk Pilek pada Anak!


Gejala Batuk

Batuk sendiri sebenarnya merupakan suatu gejala, bukannya penyakit. Jadi, tidak ada gejala batuk. Namun, kemunculan batuk biasa akan disertai dengan beberapa gejala lain, sesuai dengan kondisi yang mendasarinya. Beberapa gejala yang biasa muncul menyertai batuk, antara lain:


  • Sakit tenggorokan
  • Gatal di tenggorokan
  • Nyeri menelan
  • Suara serak
  • Pilek
  • Sesak napas
  • Demam
  • Lemas


Kapan Harus ke Dokter?

Meski batuk merupakan hal yang lumrah, Anda tetap perlu memeriksakannya ke dokter, bila disertai dengan berbagai gejala berikut:


  • Tidak kunjung membaik setelah lebih dari 1 minggu
  • Sudah mengganggu pekerjaan maupun sekedar untuk melakukan aktivitas sehari-hari
  • Sesak napas hebat
  • Nyeri dada
  • Nyeri ulu hati (sakit maag)
  • Dahak kental berwarna kuning kehijauan
  • Batuk berdarah
  • Keringat di malam hari
  • Sulit tidur
  • Demam tinggi
  • Berat badan turun secara drastis tanpa direncanakan
  • Benjolan di dagu, leher, maupun ketiak


Jika Anda merasakan salah satu dari beberapa gejala di atas menyertai batuk, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter spesialis paru dan pernapasan. Jangan menunggu sampai gejala mengganggu aktivitas, penanganan awal dari dokter yang dilakukan setelah pemeriksaan akan membebaskan Anda dari keluhan tersebut.


Penyebab Batuk

Secara umum, batuk disebabkan oleh paparan zat yang mengiritasi saluran napas, seperti berikut ini:


  • Asap rokok
  • Debu
  • Bulu kucing, anjing, maupun hewan peliharaan lain
  • Bau yang menyengat atau kuat, termasuk parfum atau alkohol
  • Serbuk sari
  • Kapang atau jamur yang tumbuh dalam ruangan
  • Obat-obatan tertentu, seperti obat hipertensi golongan ACE inhibitor


Penyebab Batuk Akut

Penyebab batuk juga bisa diketahui berdasarkan lama terjadinya. Umumnya batuk akut disebabkan oleh adanya infeksi pada saluran napas, baik atas maupun bawah. Beberapa gangguan kesehatan yang menyebabkan batuk akut, meliputi:


  • Infeksi saluran napas atas, mulai dari sinus (sinusitis), hidung (rhinitis), hidung dan tenggorokan (flu), tenggorokan (faringitis), hingga pita suara (laringitis)
  • Infeksi saluran napas bawah, termasuk bronkus (bronkitis) dan paru-paru (pneumonia atau paru-paru basah)
  • Kondisi medis lain, antara lain alergi, batuk rejan (pertusis), infeksi COVID-19, dan asam lambung (GERD)


Penyebab Batuk Sub-Akut

Beberapa kondisi penyebab batuk akut bisa memanjang dan menyebabkan terjadinya batuk sub-akut. Salah satu kondisi yang seringkali memiliki komplikasi batuk subakut adalah ISPA yang berkepanjangan, entah disebabkan oleh rhinovirus, sinusitis, batuk setelah infeksi, asma, maupun postnasal drip (PND, atau lendir dari hidung yang mengalir turun ke tenggorokan).


Penyebab Batuk Kronis

Sedangkan beberapa penyebab batuk kronis, antara lain:


  • Alergi
  • Asma
  • Bronkitis kronis
  • TBC (tuberkulosis)
  • Paru-paru berisi cairan (edema paru)
  • PPOK (penyakit paru obstruktif kronis)
  • Postnasal drip
  • Kelainan pada tenggorokan, termasuk gangguan pada pita suara
  • GERD
  • Gagal jantung 
  • Merokok
  • Paparan polusi, baik lokasi kerja maupun tempat tinggal


Baca juga: Radang Amandel, Kapan Harus Dibuang?


Penanganan Batuk

Batuk umumnya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas. Umumnya, kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu, individu dapat mencoba berbagai bentuk penanganan rumahan dahulu sebelum harus berkonsultasi dengan dokter.


Penanganan Mandiri

Umumnya batuk bisa diatasi dengan beberapa penanganan rumahan, seperti:


  1. Istirahat cukup, sangat baik sebagai upaya meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bisa lebih cepat pulih.
  2. Minum air putih lebih banyak akan mengencerkan dahak dan membuatnya lebih mudah dikeluarkan.
  3. Minum air hangat, termasuk teh herbal hangat, air madu hangat, maupun campuran teh herbal hangat dengan madu dan lemon. Anda juga boleh mengonsumsi obat batuk alami maupun permen pelega tenggorokan untuk meredakan batuk.
  4. Kumur menggunakan larutan air garam hangat, untuk meredakan tenggorokan gatal dan batuk.
  5. Mengganjal kepala dengan bantal ekstra agar posisi kepala lebih tinggi saat tidur, untuk meredakan sesak napas yang mungkin menyertai batuk.
  6. Menggunakan pelembab udara (bila diperlukan), jika memang Anda berada dalam ruangan atau lingkungan yang kelembabannya rendah. Karena kadar air yang rendah di udara bisa memicu terjadinya batuk.


Penanganan Medis

Jika sudah melakukan beberapa upaya penanganan batuk di rumah, tetapi kondisi tidak kunjung membaik, bahkan makin parah, setelah 1 minggu, maka sudah saatnya Anda memeriksakan diri ke dokter spesialis paru dan pernapasan. Selain anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti kultur dahak, x-ray atau CT-Scan dada, spirometri, tes darah, dan swab tenggorok dan hidung.


Bila batuk dicurigai karena naiknya asam lambung ke tenggorokan, dokter juga akan menyarankan pemeriksaan menggunakan endoskopi. Beberapa pemeriksaan lain juga akan disesuaikan dengan gejala penyerta dan kondisi yang dicurigai menyebabkan terjadinya batuk.


Penanganan batuk akan disesuaikan dengan jenis dan penyebabnya, serta gejala yang terjadi. Secara umum, tujuan pengobatan batuk dibedakan menjadi, pengobatan kondisi yang menyebabkan batuk dan pengobatan untuk meredakan batuk maupun gejala lain yang menyertai.


Beberapa contoh pengobatan umumnya yang diberikan untuk mengatasi penyebab batuk adalah:


  • Antibiotik untuk kasus infeksi saluran napas yang disebabkan oleh bakteri
  • Obat asam lambung untuk batuk yang merupakan gejala dari GERD
  • Antihistamin untuk mengatasi batuk yang terjadi akibat alergi
  • Obat anti-TB juga akan diresepkan bila batuk disebabkan oleh TBC
  • Kortikosteroid hirup dengan tujuan penggunaan sebagai pelebar jalan napas bagi pasien asma
  • Pelebar bronkus untuk mengatasi batuk sebagai gejala PPOK


Baca juga: Lindungi Pernapasan dari Gangguan di Udara


Obat-Obatan

Obat untuk mengobati batuk dibedakan menjadi 3 kelompok, yakni:


  • Ekspektoran, untuk meredakan batuk berdahak dan melegakan pernapasan dengan cara melumasi tenggorokan, sehingga dahak lebih mudah dikeluarkan
  • Mukolitik, untuk mengencerkan dahak menjadi bagian yang lebih kecil, sehingga mudah dikeluarkan dan batuk berdahak pun bisa membaik
  • Antitusif, untuk meredakan batuk kering dengan cara menekan refleks batuk yang ada di otak


Beberapa obat lain juga bisa saja diresepkan dokter untuk meredakan gejala penyerta batuk, seperti obat penurun panas dan dekongestan (untuk mengatasi hidung tersumbat).



FAQ Batuk


Apa yang Harus Dilakukan Jika Batuk Terus Menerus?

Apabila batuk tidak kunjung sembuh, penderita disarankan untuk:


  • Minum banyak air
  • Menghindari makanan pedas, keras, dan renyah
  • Menghindari minuman bersoda dan beralkohol
  • Menggunakan humidifier atau pelembab udara untuk ruangan


Selain itu, penderita juga disarankan memeriksakan diri ke dokter apabila batuk tidak kunjung sembuh setelah 3 minggu atau mengeluarkan darah atau dahak kuning kehijauan saat batuk.


Berapa Lama Untuk Sembuh dari Batuk?

Waktu yang dibutuhkan untuk sembuh dari batuk dapat bervariasi, tergantung dari penyebab dan kondisi penderita. Biasanya, batuk yang disebabkan infeksi bakteri ataupun virus influenza dapat sembuh dalam 2-3 minggu.


Bagaimana Posisi Tidur Agar Tidak Batuk Terus?

Pada kebanyakan orang, berbaring dapat memperparah batuk. Jadi, disarankan untuk tidur dengan dengan posisi kepala lebih tinggi daripada tubuh. Posisi ini dapat mencegah bahkan mengurangi keparahan batuk. Hindari tidur posisi telentang dengan posisi kepala dan tubuh yang sejajar.


Apa Penyebab Batuk Sampai Muntah?

Batuk sampai muntah seringkali menjadi salah satu masalah yang dihadapi mereka yang menderita batuk kronis atau batuk berkepanjangan. Kondisi ini terjadi karena adanya rangsangan refleks muntah yang terjadi ketika batuk. Anak juga lebih sering mengalami batuk hingga muntah karena banyaknya lendir yang masuk ke dalam lambung.


Meski merupakan kondisi yang umum ditemui, batuk tidak bisa diabaikan. Terlebih bila kondisi ini dialami oleh anak, lansia, maupun mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Sebab, golongan ini akan lebih mungkin mengalami batuk kronis, bahkan komplikasi. Oleh karena itu, periksakanlah ke dokter spesialis paru dan pernapasan di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk mendapat penanganan yang sesuai.


Selain pelayanan yang nyaman dan cepat, RS Pondok Indah telah dilengkapi dengan berbagai alat dengan teknologi terkini untuk menyembuhkan batuk yang Anda alami. Berbagai fasilitas ini juga kami hadirkan untuk mendukung pengetahuan serta kemampuan dokter spesialis kami, sehingga pengobatan yang diberikan bisa maksimal dan Anda lebih cepat pulih.


Referensi:

  1. Turner RD, Birring SS. Measuring cough: what really matters?. Journal of Thoracic Disease. 2023. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10183488/). Diakses pada 24 Juni 2024.
  2. Zhang M, Morice AH, et al,. Antitussive efficacy of the current treatment protocol for refractory chronic cough: our real-world experience in a retrospective cohort study. Therapeutic Advances in Respiratory Disease. 2023. (https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/17534666231167716). Diakses pada 24 Juni 2024. 
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Memahami Batuk. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2522/memahami-batuk). Direvisi terakhir 8 Juni 2023. Diakses pada 24 Juni 2024.
  4. American Lung Association. Learn About Cough. (https://www.lung.org/lung-health-diseases/warning-signs-of-lung-disease/cough/learn-about-cough). Direvisi terakhir pada 18 Januari 2024. Diakses pada 24 Juni 2024.
  5. Cleveland Clinic. Cough. (https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/17755-cough). Direvisi terakhir 22 Januari 2022. Diakses pada 24 Juni 2024.
  6. Harvard Health Publishing. That Nagging Cough. (https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/that-nagging-cough). Direvisi terakhir 7 April 2022. Diakses pada 24 Juni 2024.
  7. Mayo Clinic. Cough. (https://www.mayoclinic.org/symptoms/cough/basics/definition/sym-20050846). Direvisi terakhir 13 Juni 2020. Diakses pada 24 Juni 2024.
  8. Penn Medicine. Cough. (https://www.pennmedicine.org/for-patients-and-visitors/patient-information/conditions-treated-a-to-z/cough). Direvisi terakhir 3 Mei 2023. Diakses pada 24 Juni 2024.