Bedah Jantung, Diagnostik dan Operatif

Friday, 20 December 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Bedah jantung koroner dilakukan dengan bypass atau pemasangan ring untuk melancarkan aliran darah ke jantung dan mengurangi risiko serangan jantung.

Bedah Jantung, Diagnostik dan Operatif

Serangan jantung saat ini tidak mengenal usia. Tempat dan kejadiannya pun bisa di mana saja, seperti saat jalan-jalan di mal, sehabis main futsal, tenis, dan terkadang habis jalan pagi, ataupun di sebuah pesta. Saat ini, usia penderita penyakit jantung koroner semakin hari semakin muda. Penyakit ini juga tidak memandang status sosial, pendidikan, serta jabatan seseorang.


Gejala serangan jantung juga sering tidak memberikan keluhan-keluhan sebelumnya. Inilah yang menyebabkan penyakit jantung koroner disebut sebagai the silent killer disease ataupun sudden cardiac death.// Terbukti dari sebuah penelitian, hanya 49 persen dari serangan jantung yang menimbulkan keluhan nyeri dada, 24 persen kasus terjadi tanpa keluhan sebelumnya dan langsung menyebabkan kematian mendadak (sudden death), sedangkan sisanya terkadang mirip dengan gejala-gejala seperti penyakit maag atau lambung, serta masuk angin (tidak enak badan).


Jika seseorang memiliki kebiasaan memeriksakan diri secara teratur kesehatannya, seperti rutin check up laboratorium (kadar gula darah, kadar kolesterol, kekentalan darah), cek kesehatan jantung dengan pengukuran tekanan darah (tensi darah), EKG dan treadmill test, maupun CT-scan jantung, barulah dapat dipastikan keadaan sesungguhnya dari kesehatan dirinya, khususnya keadaan jantungnya.


Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit yang menyebabkan terjadinya penyempitan maupun sumbatan di pembuluh darah jantung koroner, yakni suatu pembuluh darah yang mengalirkan oksigen dan sari makanan ke otot jantung agar jantung dapat tetap berfungsi sebagai pompa darah ke seluruh tubuh.


Faktor risiko penyakit jantung koroner merupakan keadaan atau penyakit yang dimiliki seseorang yang dapat menyebabkan lebih tingginya kemungkinan orang tersebut menderita penyakit jantung koroner.


Keadaan atau penyakit yang dimaksud di antaranya adalah kebiasaan merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, adanya tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis atau diabetes mellitus, serta adanya faktor keturunan atau keluarga yang juga menderita penyakit jantung dan pembuluh darah.


Sebagai contoh, seseorang penderita kencing manis memiliki risiko 3 - 4 kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung koroner. Telah terbukti dalam penelitian bahwa para penderita diabetes banyak yang meninggal akibat penyakit jantung koroner.


Keluhan Jantung Koroner

Gejala atau keluhan pada penderita penyakit jantung koroner adalah adanya rasa nyeri di dada yang bisa timbul baik pada istirahat maupun pada saat beraktivitas, misalnya waktu berolahraga. Keluhan ini juga dapat berbentuk sesak napas atau seperti dada yang terbebani (tertindih/tertimpa) sesuatu. Biasanya, keluhan sakit dada tersebut bersifat menjalar ke arah leher seperti tercekik atau ke lengan kiri maupun ke punggung. Jika sakit dada atau sesak napas tersebut juga disertai dengan keringat dingin, sudah bisa dipastikan hal tersebut merupakan gejala serangan jantung atau tersumbatnya pembuluh darah jantung koroner.


Pertolongan cepat pada saat terjadinya serangan jantung sangat penting dilakukan untuk menghindari akibat fatal, seperti kematian atau kerusakan otot jantung yang permanen. Istilah time is muscle merupakan keadaan yang harus segera dilakukan pengobatan maupun tindakan untuk menyelamatkan otot jantung dan nyawa seseorang pada saat terjadinya serangan jantung.


Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner

Untuk mengetahui dan mendeteksi sejak dini apakah kita menderita penyakit jantung koroner atau berkecenderungan menderita penyakit jantung koroner, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan, mulai dari cek darah risiko penyakit jantung koroner, treadmill test, MSCT-Scan (multislice computerized tomography), maupun cardiac angiography atau kateterisasi jantung koroner.


RS Pondok Indah mampu melakukan tindakan PTCA/pemasangan stent (cincin) koroner primer, yaitu pemasangan stent koroner segera setelah diketahui seseorang mengalami serangan jantung. Terbukti dari penelitian, bahwa tindakan PTCA primer akan menurunkan risiko kematian seseorang yang mengalami serangan jantung secara signifikan, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.


Dengan perkembangan teknologi angiografi (alat kateterisasi) maupun jenis-jenis stent (cincin) koroner, telah banyak nyawa yang terselamatkan dari serangan jantung. Pada keadaan lain, jika hasil kateterisasi jantung koroner menunjukan banyaknya pembuluh darah yang menyempit (mungkin lebih dari 4 atau 5 tempat), pilihan operasi bedah pintas koroner atau disebut juga coronary artery bypass grafting (CABG) juga dapat dilakukan di RS Pondok Indah.


FAQ


Berapa Jam Operasi Jantung Koroner?

Operasi jantung koroner biasanya berlangsung sekitar 3-6 jam, tergantung tingkat kesulitannya. Proses ini melibatkan tim ahli bedah untuk memperbaiki aliran darah ke jantung dengan mencangkok pembuluh darah baru.


Berapa Persen Keberhasilan Operasi Bedah Jantung Koroner?

Keberhasilan operasi bedah jantung koroner sangat tinggi, mencapai sekitar 90-98%, tergantung kondisi pasien dan keahlian tim medis. Operasi ini efektif meningkatkan aliran darah ke jantung, sehingga pasien bisa hidup lebih sehat jika diikuti dengan pola hidup yang baik.


Apa Saja Resiko Operasi Jantung?

Operasi jantung memiliki risiko seperti infeksi, pendarahan, komplikasi anestesi, gangguan irama jantung, serangan jantung, hingga stroke. Meski jarang, risiko serius termasuk gagal jantung atau kerusakan organ.


Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Bedah Operasi Jantung Koroner?

Setelah operasi jantung koroner, Anda tidak boleh mengangkat beban berat, merokok, atau melakukan aktivitas fisik berat tanpa izin dokter. Hindari makanan tinggi lemak, stres berlebihan, dan abaikan jadwal kontrol.