By Tim RS Pondok Indah
Cedera ACL pasti tidak asing bagi pecinta olahraga. Kondisi yang sering dialami atlet ini sebenarnya bisa dialami siapapun, terutama yang sering beraktivitas fisik.
Di dalam sendi lutut, terdapat 3 tulang yang dihubungkan oleh ligamen. Bersama dengan posterior cruciate ligament (PCL), ACL atau anterior cruciate ligament menghubungkan tulang paha dan tulang kering. Keduanya saling bersilangan, menyerupai huruf X, dengan posisi ACL berada di depan (lebih dekat ke tulang lutut). Itulah mengapa cedera ACL juga dikenal dengan cedera ligamen lutut anterior.
ACL dan PCL memungkinkan lutut untuk menekuk dan kembali lurus. Kedua komponen ini juga bertugas mempertahankan stabilitas lutut dan tubuh, sehingga gangguan pada salah satu ligamen ini akan membuat penderitanya mengalami keterbatasan gerak maupun beraktivitas.
Cedera ACL adalah suatu kondisi yang menggambarkan kerusakan pada jaringan penghubung tulang paha bawah dan tulang kering. Robek atau meregangnya jaringan ini secara berlebih merupakan penyebab terjadinya cedera ACL.
Ketika terjadi cedera ACL, akan terdengar suara letupan dari sendi lutut yang diikuti dengan pembengkakan serta nyeri hebat saat pasien berdiri. Kondisi ini lebih sering dialami oleh atlet, terutama yang sering mengubah arah lutut maupun berhenti secara mendadak. Benturan keras pada lutut juga bisa menyebabkan cedera ACL. Keparahan cedera ACL akan berpengaruh pada penanganan yang akan diberikan oleh dokter.
Baca juga: Cedera Hamstring: Penyebab, Gejala, dan Penanganan
Secara umum, penyebab cedera ACL adalah semua gerakan atau kondisi yang menambah tekanan pada lutut. Beberapa kondisi atau aktivitas yang bisa menyebabkan tekanan berlebih pada lutut adalah sebagai berikut ini:
Baca juga: Getting Back On Track: Mengatasi Cedera Olahraga Pada Kaki
Beberapa faktor risiko cedera ACL:
Baca juga: Cara Penanganan Cedera Bulu Tangkis
Gejala cedera ACL masing-masing orang bisa berbeda, tergantung dari derajat keparahannya. Namun, secara umum, gejala cedera ACL yang sering dikeluhkan antara lain:
Jika Anda merasakan salah satu dari beberapa gejala cedera ACL, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran olahraga. Tidak perlu menunggu sampai gejala mengganggu aktivitas, penanganan awal dari dokter yang dilakukan setelah pemeriksaan akan membebaskan Anda dari keluhan tersebut.
Berdasarkan derajat keparahan rusaknya ligamen, berikut ini adalah pengelompokan cedera ACL beserta gejalanya:
Ligamen hanya mengalami peregangan atau kerusakan yang sangat minimal, sehingga tidak menyebabkan keluhan yang mengganggu aktivitas maupun fungsi lutut dalam menopang berat tubuh.
Menggambarkan peregangan yang menyebabkan ligamen lutut anterior menjadi kendur serta sedikit robek. Pada kondisi ini, pasien mulai mengalami ketidakstabilan pada lutut, atau biasa ditandai dengan pasien yang membutuhkan beberapa saat untuk membuat lutut stabil baru kemudian bisa berdiri bahkan berjalan.
Pada kondisi ini, ligamen ACL telah robek menjadi 2 bagian atau robek seutuhnya. Pasien dengan cedera ACL parah ini biasa akan mengeluhkan lututnya tidak stabil, jalan terpincang-pincang, bahkan tidak bisa berjalan.
Baca juga: Hindari Cedera Olahraga
Sebelum menentukan pengobatan, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan kondisi serta keparahan cedera ACL yang terjadi. Selain melakukan anamnesa terkait keluhan dan kegiatan sebelum keluhan terjadi, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik berupa tes Lachman dan tes Drawer guna menegakkan diagnosa cedera ACL. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakan lutut ke berbagai posisi.
Pemeriksaan penunjang berupa USG, rontgen, maupun MRI lutut juga bisa disarankan untuk memastikan derajat keparahan cedera ACL yang Anda alami. Pada beberapa kasus, pemeriksaan menggunakan artroskopi bisa dilakukan untuk memastikan diagnosa cedera ACL. Kombinasi semua pemeriksaan tersebut menjadi dasar pertimbangan untuk pengobatan cedera ACL yang akan diberikan oleh dokter.
Sebelum mendapatkan penanganan dari dokter, Anda bisa mengatasi cedera ACL dengan melakukan beberapa perawatan mandiri. Upaya penanganan mandiri ini dilakukan untuk mencegah cedera ACL makin parah, serta meringankan keluhan yang dirasakan. Beberapa upaya penanganan mandiri tersebut sebenarnya sama dengan penanganan untuk kasus keseleo (sprain), yakni RICE, yang terdiri dari:
Selain itu, konsumsi obat antinyeri bisa dilakukan untuk mengatasi nyeri lutut yang terjadi, setidaknya sampai bertemu dan diresepkan obat oleh dokter.
Baca juga: Mengapa Exercise Penting Dilakukan Pasca Cedera?
Nantinya, dokter akan memberikan penanganan sesuai dengan derajat keparahan cedera ACL yang terjadi. Pada cedera ACL derajat ringan, dokter akan menyarankan beberapa penanganan selain arahan untuk kontrol rutin. Tujuan kontrol adalah untuk memantau proses pemulihan hingga akhirnya pasien bisa kembali beraktivitas seperti biasa .Beberapa penanganan yang diberikan berupa:
Sedangkan pada kasus cedera ACL yang sedang hingga berat, dokter akan menyarankan operasi sebagai pengobatan. Beberapa pertimbangan dilakukannya operasi ACL, antara lain:
Operasi ACL, atau operasi rekonstruksi ACL, dilakukan dengan mengangkat tendon yang rusak kemudian menggantikannya dengan graft. Yang dimaksud dengan graft adalah tendon yang diambil dari bagian tubuh lain, paling sering diambil dari otot paha belakang (hamstring) maupun otot lutut pasien, maupun dari donor atau orang lain.
Setelah operasi ACL, pasien tetap perlu menjalani fisioterapi. Tujuan fisioterapi di sini adalah untuk mengembalikan kekuatan otot dan pergerakan pasien, agar bisa beraktivitas dengan normal. Lamanya fisioterapi ini berbeda untuk masing-masing orang, tergantung dari keparahan cedera dan kondisinya. Namun, umumnya terapi berlangsung selama 6-12 bulan.
Atlet yang mengalami cedera ACL biasanya baru akan diperkenankan untuk kembali berkompetisi setidaknya 1 tahun setelah proses operasi, dengan catatan fisioterapi rutin dilakukan.
Meski tidak terlihat langsung oleh mata telanjang, keberadaan ACL sangat penting bagi pergerakan dan aktivitas seseorang. Oleh karena itu, kesehatannya perlu dijaga, bahkan lebih baik jika Anda bisa melakukan beberapa upaya pencegahan cedera ACL.
Jadi, jangan menunda untuk periksa ke dokter spesialis kedokteran olahraga di RS Pondok Indah bila Anda merasakan keluhan yang menyerupai gejala cedera ACL. Sebab pemeriksaan dan penanganan sedini mungkin akan menghindarkan Anda dari komplikasi ACL, seperti keterbatasan gerak dan peradangan sendi (osteoartritis) lutut.
Bahkan, atlet yang mengalami ACL terancam harus mengakhiri karirnya, jika tidak mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat dan cepat.
Selain pemeriksaan dan penanganan dari dokter spesialis yang kompeten, Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya juga menawarkan pelayanan fisioterapi yang akan membuat proses pemulihan setelah cedera ACL lebih cepat. Semua penanganan yang didesain khusus oleh tim medis kami akan memberikan kenyamanan dan hasil yang optimal bagi Anda.
Cedera ACL biasanya masih bisa berjalan, tapi akan terasa tidak stabil dan sakit. Aktivitas seperti berlari atau melompat jadi sulit.
Lari biasa umumnya tidak menyebabkan cedera ACL, tapi gerakan tiba-tiba seperti berhenti mendadak, memutar, atau melompat saat berolahraga bisa menyebabkan ACL robek
Operasi ACL tidak selalu wajib. Jika cederanya ringan atau aktivitas sehari-hari tidak terganggu, terapi fisik mungkin cukup. Namun, untuk atlet atau orang yang aktif, operasi sering disarankan agar lutut kembali stabil dan kuat.
Referensi: