8 Jenis Cedera Atlet eSport yang Harus Diwaspadai

By Tim RS Pondok Indah

Thursday, 28 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cedera eSport dianggap sebagai gangguan pada tangan maupun pergelangan tangan saja. Padahal, kondisi ini juga bisa terjadi pada bagian tubuh lain. Simak selengkapnya!

8 Jenis Cedera Atlet eSport yang Harus Diwaspadai

eSport atau electronic sport adalah salah satu cabang olahraga yang dilakukan dengan memanfaatkan perangkat elektronik, baik dengan menggunakan telepon genggam maupun komputer, untuk bertanding dalam sebuah genre permainan. 


Atlet esport bukanlah sebatas orang yang gemar bermain game saja. Sama seperti atlet lain, atlet esport juga membutuhkan stamina yang prima serta teknik khusus untuk meraih prestasinya. Sebab, memainkan game untuk waktu yang lama di depan gawai juga melelahkan, baik secara fisik maupun psikis.


Apa itu Cedera eSport?

Bermain game dianggap sebagai kegiatan orang-orang pemalas, kekanak-kanakan, dan membuang waktu. Padahal, menggeluti esport, terutama secara profesional, sangat berisiko menyebabkan pelakunya mengalami cedera yang disebabkan oleh overused.


Cedera eSport adalah kondisi yang menyebabkan pemain esport mengalami masalah kesehatan akibat aktivitas bermain menggunakan perangkat elektronik. Tidak hanya mengandalkan kecepatan jari, atlet esport juga perlu mengandalkan taktik serta kesehatan yang prima untuk mencapai prestasi terbaiknya.


Diketahui seorang atlet esport melakukan gerakan mikro dan keterampilan motorik yang halus, setidaknya sebanyak 400 gerakan per menit, yang tanpa pencegahan, kondisi ini bisa membahayakan tubuh. Sebab gerakan ini akan memberi beban lebih pada jari, pergelangan tangan, leher, punggung dan lengan bawah. Lama-kelamaan, gerakan ini bahkan bisa menyebabkan kelemahan otot, nyeri tendon, penekanan saraf serta nyeri punggung bawah.


Baca juga: Awas, Cedera Otot Tidak Selalu karena Olahraga



Mengapa bisa Terjadi Cedera eSport?

Bila atlet olahraga umumnya mengalami cedera karena aktivitas fisik yang menguji stamina, kekuatan, dan kesehatan secara umum, atlet esport lebih banyak menggunakan gerakan motorik halus serta koordinasi mata dan tangan. Kegiatan yang memerlukan presisi dan koordinasi tinggi dalam waktu lama ini membuat atlet esports rentan mengalami cedera repetitif, kelelahan mental, serta nyeri otot.


Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang atlet esport harus memproses informasi yang diperoleh secara visual, auditori, maupun sentuhan, dengan cepat. Semua ini memerlukan stamina fisik dan mental yang kuat, termasuk dalam mempertahankan postur, kecepatan pergerakan mata, koordinasi mata dan tangan, pergerakan tangan maupun bagian tubuh atas, juga kemampuan komunikasi.


Agar stamina tetap terjaga, bahkan lebih prima, atlet esport sebaiknya tetap melakukan latihan fisik secara teratur, seperti olahraga kardiovaskular, peregangan pada bagian tubuh khusus, serta latihan beban dengan intensitas ringan. Namun, belum semua atlet esport menyadari pentingnya latihan ini. Sehingga cedera atlet esport pun masih banyak ditemukan.


Baca juga: Waspada Nyeri Tangan Akibat Main Game Berlebihan!


Jenis Cedera eSport

Kesehatan fisik maupun mental yang tidak prima bisa menyebabkan atlet esport merasakan sakit kepala, nyeri pada pundak, nyeri siku, nyeri pada pergelangan tangan, sakit punggung bawah, maupun sesak napas. Berbagai keluhan ini merupakan gejala dari cedera esport yang mungkin terjadi. Berikut ini adalah beberapa contoh cedera esport yang bisa terjadi:


1. Mata lelah

Terlalu lama menatap layar perangkat elektronik akan menyebabkan kelelahan pada mata. Pancaran sinar biru dari layar gawai, tingginya konsentrasi serta koordinasi tangan dan mata yang terjadi secara bersamaan akan membuat kerja saraf mata menjadi lebih berat, bahkan menyebabkan beberapa gejala yang dikenal dengan mata lelah.


Atlet esport yang mengalami cedera ini akan mengeluhkan adanya mata berair, mata terasa gatal, mata terasa perih, pandangan kabur, mata kering, maupun lebih sensitif terhadap cahaya.


2. Sakit kepala tegang 

Posisi duduk maupun tubuh yang kurang ergonomis selama berlatih maupun bertanding untuk waktu yang lama akan membuat otot atlet esport tegang. Selain itu, ketegangan yang bisa memengaruhi kesehatan mental pemain olahraga elektronik ini juga bisa meningkatkan risiko terjadinya sakit kepala tegang.


Jenis sakit kepala yang paling sering dialami oleh atlet esport ini akan dirasakan sebagai nyeri tumpul atau sensasi seperti diikat kain dengan kencang pada dahi, bagian samping dan belakang kepala. Nyeri juga bisa dirasakan hingga ke leher dan pundak. 


3. Carpal Tunnel Syndrome

Sindrom carpal tunnel merupakan cedera yang paling sering dialami oleh atlet esport. Kondisi ini terjadi akibat gerakan berulang, terlebih pada posisi pergelangan tangan tertekuk, dalam jangka waktu lama. Akibatnya, akan terjadi penekanan pada saraf yang berada pada pergelangan tangan.


Cedera ini akan menyebabkan penderitanya mengeluhkan kesemutan, kebas atau mati rasa, hingga nyeri pada pergelangan tangan.


Baca juga: Kenali Perbedaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Trigger Finger, dan DeQuarvain!


4. Nyeri punggung bawah

Duduk dalam posisi yang sama untuk waktu lama, ditambah dengan tekanan mental yang lebih besar, ketika bertanding akan meningkatkan risiko atlet esport mengalami ketegangan pada otot punggung, khususnya punggung bawah.


Nyeri punggung bawah biasa bermula dari leher dan menjalar hingga ke punggung bawah.


5. Gamer’s thumbs

Gerakan berulang pada jari tangan, khususnya jempol, juga bisa menyebabkan gesekan di tendon yang lama-kelamaan menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan pada tendon ibu jari atau tenosinovitis juga bisa menyebabkan penebalan selubung tendon, yang bahkan memerlukan operasi jika kondisi sangat parah.


Penderita gamer’s thumbs akan mengeluhkan adanya nyeri, bengkak, kemerahan, serta kesulitan menggerakkan jempolnya.


6. Mouse shoulder (biceps tendinitis)

Penekanan, getaran, penggunaan atau gerakan berulang, dan posisi tubuh yang sama untuk jangka waktu lama pada tendon bahu akan menyebabkan peradangan. Bila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa berakhir sebagai robeknya tendon yang hanya bisa diatasi dengan operasi.


Untuk itu, Anda sebaiknya tidak mengabaikan nyeri bahu depan yang terasa makin parah saat mengangkat tangan lebih tinggi dari kepala, nyeri bahu yang dipicu dengan gerakan meraih ke belakang (seperti saat akan meraih sabuk pengaman), nyeri yang terasa dari bahu hingga ke siku, maupun adanya suara atau sensasi seperti ada yang patah di bahu. 


7. Mouse elbow (epicondylitis)

Gerakan berulang pada lengan bawah, termasuk memencet dan menggerakkan mouse dapat menyebabkan cedera pada tendon di bagian tubuh ini. Penderita kebanyakan mengeluhkan kondisi ini sebagai nyeri pada siku bagian luar, atau nyeri yang menjalar hingga ke pergelangan maupun telapak tangan. 


8. Skiatika (piriformis syndrome)

Duduk dalam waktu lama, ditambah posisi duduk yang kurang tepat, akan memicu terjadinya cedera pada saraf skiatika, yang merupakan saraf terpanjang yang berasal dari tulang belakang dan bercabang hingga ke kaki.


Kondisi ini ditandai dengan nyeri tajam maupun nyeri yang terasa seperti terbakar pada punggung bawah yang menjalar ke kaki, kaki terasa lemas, kesemutan, mati rasa, serta keterbatasan gerak.


Baca juga: Jangan Sepelekan Nyeri Leher! Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya!



Penanganan Cedera eSport

Penanganan cedera yang dialami atlet esport akan disesuaikan dengan jenis, keparahan dan kondisi medis tiap orangnya. Untuk itu, dokter akan melakukan pemeriksaan yang sesuai. Barulah kemudian dokter bisa memberikan penanganan, berupa:


  • Penerapan prinsip RICE untuk cedera akut
  • Peresepan obat analgesik dan antiperadangan
  • Prosedur operasi untuk mengatasi robekan maupun putusnya tendon atau ligamen
  • Terapi komplementer, baik berupa fisioterapi atau rehabilitasi medis, maupun akupuntur


Baca juga: Kenali Jenis Sakit Kepala, Tangani dengan Tepat


Pencegahan Cedera eSport

Meski sebagian besar cedera esport bisa disembuhkan dengan penanganan yang tepat, Anda tetap lebih disarankan untuk melakukan berbagai upaya pencegahan dengan menerapkan berbagai langkah berikut ini:


  1. Melakukan pemanasan sebelum bermain
  2. Melakukan peregangan pada bagian dada, lengan, telapak tangan, dan jari
  3. Mengistirahatkan mata selama 20 detik setelah bermain selama 20 menit
  4. Memperhatikan postur tubuh saat bermain, pastikan posisi sudah ergonomis
  5. Menerapkan pola hidup sehat, dengan olahraga rutin, istirahat cukup, menjalankan pola makan sehat


Selain itu, yang tidak kalah penting adalah senantiasa merasakan tanda dan gejala bahwa tubuh sudah mencapai batas maksimalnya. Jadi, ketika sudah lama berada di depan gawai untuk berlatih maupun bertanding, dan mulai merasa nyeri atau keluhan lain, jangan menunda untuk memeriksakan kondisi ke dokter spesialis ortopedi Sebab jika diabaikan, kondisi ini bisa berlanjut dan risiko cedera jadi lebih parah sangat tinggi.


RS Pondok Indah - Bintaro Jaya telah memiliki Sport Medicine, Injury & Recovery Center yang dilengkapi dengan fasilitas medis terkini untuk memaksimalkan penanganan cedera esport Anda, dibawah pengawasan dokter spesialis ortopedi yang bekerjasama dengan dokter spesialis kedokteran olahraga. Semua ini kami hadirkan untuk mengoptimalkan proses pemulihan Anda, sehingga dapat kembali berprestasi seperti sedia kala, bahkan lebih baik.


Baca juga: Osteoarthtritis, Nyeri Sendi yang Mengganggu



FAQ

Bisakah Anda Cedera Karena eSports?

Ya, cedera bisa terjadi dalam eSports, terutama akibat penggunaan otot secara berulang dalam waktu lama. Cedera umum meliputi carpal tunnel syndrome (CTS), tendinitis, nyeri leher, punggung, dan mata tegang (digital eye strain).


Cedera eSports bisa terjadi karena postur yang buruk, kurang istirahat, atau peralatan yang tidak ergonomis. Apabila Anda seorang atlet eSports ataupun gamer, disarankan untuk beristirahat secara teratur dan menjaga postur saat bermain untuk mencegah cedera.


Kenapa Tangan Pro Player eSports Sakit?

Tangan pro player eSports sering terasa sakit karena gerakan berulang, seperti menekan tombol atau menggerakkan mouse, yang dapat menyebabkan stres pada otot dan tendon. Faktor lain, seperti durasi bermain yang panjang, postur buruk, dan kurangnya peregangan juga memperburuk kondisi ini.


Apakah eSports Menuntut Fisik?

Meskipun tidak seintens olahraga fisik tradisional, eSports tetap menuntut fisik. Atlet eSports membutuhkan refleks cepat, koordinasi tangan-mata yang presisi, serta stamina untuk duduk dan fokus selama berjam-jam. Selain itu, postur tubuh yang buruk dan stres fisik akibat bermain lama dapat memengaruhi kesehatan jika tidak ditangani dengan baik.



Referensi:

  1. Bartolo KB, Kiefer AW, et al,. Leveling Up: An Overview of Common Esports Injuries. Current Physical Medicine and Rehabilitation Reports. 2024. (https://link.springer.com/article/10.1007/s40141-024-00444-8 ). Diakses pada 21 November 2024.
  2. Kurniawan AA, Darusman KR, et al,. Comparing health risks and musculoskeletal issues between professional and casual mobile esports players: a cross-sectional descriptive study in Jakarta. Frontiers in Sports and Active Living. 2024. (https://www.frontiersin.org/journals/sports-and-active-living/articles/10.3389/fspor.2024.1372979/full). Diakses pada 21 November 2024.
  3. Cleveland Clinic. Eye Strain. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21059-eye-strain). Direvisi terakhir 14 Juli 2023. Diakses pada 21 November 2024.
  4. Cleveland Clinic. Tenosynovitis. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23448-tenosynovitis). Direvisi terakhir 31 Mei 2022. Diakses pada 21 November 2024.
  5. Cleveland Clinic. Q&A: Top Esports Injuries and How to Prevent Them. (https://consultqd.clevelandclinic.org/qa-top-esports-injuries-and-how-to-prevent-them). Direvisi terakhir 16 Oktober 2024. Diakses pada 21 November 2024.
  6. Mayo Clinic. Tension headache. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tension-headache/symptoms-causes/syc-20353977). Direvisi terakhir 26 September 2023. Diakses pada 21 November 2024.
  7. OrthoInfo. Biceps Tendinitis. (https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/biceps-tendinitis/). Direvisi terakhir November 2024. Diakses pada 21 November 2024.