Awas, Cedera Otot Tidak Selalu karena Olahraga

By Tim RS Pondok Indah

Tuesday, 26 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cedera otot dapat disebabkan karena penggunaan otot berlebihan, otot belum siap beraktivitas, hingga otot kaku atau tegang. Cegah cedera dan pengobatannya!

Awas, Cedera Otot Tidak Selalu karena Olahraga

Otot merupakan bagian yang penting dalam tubuh manusia. Bagian tubuh ini membungkus tulang, yang berfungsi melindungi tulang dari cedera serta memungkinkan terjadinya pergerakan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.


Sama seperti organ lain, otot juga bisa mengalami cedera, yang kebanyakan disebabkan oleh tarikan berlebih. Cedera otot atau muscle strain biasa ditandai dengan nyeri dan sakit, yang memiliki derajat keparahan berbeda-beda. Namun, separah apapun cedera otot yang Anda alami, sebaiknya jangan mengabaikan kondisi ini. Sebab penanganan yang tidak tepat bisa mengakibatkan otot menyusut (atrofi).


Apa itu Cedera Otot

Cedera otot adalah kondisi yang menyebabkan gangguan fungsi otot akibat aktivitas fisik maupun kecelakaan. Kondisi yang dalam bahasa awam dikenal dengan salah urat atau otot tertarik ini bisa saja terjadi pada otot mana pun, tetapi otot yang paling sering mengalami cedera adalah bagian leher, punggung, dan paha. Derajat keparahan cedera otot pun beragam, bisa ringan, sedang, maupun berat.


Umumnya cedera otot bisa ditangani secara mandiri dengan perawatan di rumah. Namun, ada beberapa gejala cedera otot yang perlu diperhatikan, karena gejala tersebut menandakan bahwa kondisi ini perlu mendapatkan penanganan langsung dari dokter. Cedera otot yang menunjukkan gejala berbahaya tidak mendapat penanganan yang tepat bisa menyebabkan kerusakan otot permanen, bahkan atrofi otot, yang mengganggu fungsi gerak.


Baca juga: Keseleo yang Tidak Kunjung Sembuh


Jenis Cedera Otot

Berdasarkan keparahannya, cedera otot bisa dibedakan menjadi 3 kelompok, yakni ringan, sedang, dan berat. Berikut ini adalah jenis cedera otot yang dimaksud:


Cedera Otot Ringan (Derajat I)

Ketika cedera hanya terjadi pada beberapa otot, sehingga tidak menyebabkan perubahan kekuatan otot.


Cedera Otot Sedang (Derajat II)

Menggambarkan kondisi cedera pada beberapa otot yang cukup banyak dengan disertai pembengkakan ringan serta memar, dan penurunan kekuatan otot.


Cedera Otot Berat (Derajat III)

Bisa diartikan sebagai robekan otot yang akan menyebabkan hilangnya fungsi otot, disertai dengan memar, bengkak, nyeri parah baik dengan atau tanpa penekanan, serta tampak ada cekungan pada area robekan ketika diperiksa.


Baca juga: Getting Back On Track: Mengatasi Cedera Olahraga Pada Kaki



Gejala Cedera Otot

Gejala cedera otot bisa berbeda-beda, tergantung keparahannya. Meski tidak selalu muncul, myalgia atau nyeri otot, bisa menjadi gejala dari kondisi ini. Secara umum, beberapa gejala cedera otot yang paling sering ditemukan, antara lain:


  • Nyeri, dengan atau tanpa penekanan ke bagian yang cedera
  • Kemerahan atau memar
  • Kram atau muscle spasm
  • Bengkak
  • Kelemahan otot yang cedera
  • Keterbatasan gerak


Meski tidak selalu parah, cedera otot dan berbagai gejala yang ditimbulkan tetap dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Jadi, apabila Anda merasakan salah satu gejala di atas, tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran olahraga. Nantinya dokter akan memberikan penanganan yang sesuai, setelah memeriksa dan memastikan kondisi Anda.


Baca juga: Berbagai Jenis Cedera Lutut, Momok Bagi Para Atlet


Penyebab Cedera Otot

Otot terdiri dari beberapa serabut otot kecil yang terjalin bersama untuk melakukan suatu pergerakan. Adanya kontraksi dan relaksasi atau peregangan serta pemendekan otot, merupakan proses terjadinya suatu gerakan tertentu. Namun, ketika otot teregang atau dipaksa bekerja secara berlebih (overused), akan terjadi robekan maupun cedera otot.


Cedera otot akut biasa disebabkan oleh kecelakaan maupun aktivitas yang melibatkan gerakan dengan peregangan otot berlebih akibat teknik yang kurang tepat. Sedangkan cedera otot kronis biasa terjadi karena melakukan gerakan yang sama secara berulang, sehingga meningkatkan ketegangan otot. 


Gerakan dalam menjalani aktivitas sehari-hari pun bisa menyebabkan cedera otot, seperti mengangkat benda yang berat, duduk lama, berjalan, maupun tidur dengan posisi yang tidak tepat. Selain itu, berapa kondisi yang menjadi penyebab cedera otot, antara lain:


1. Penggunaan Otot Berlebih

Penggunaan otot secara berlebih, bisa karena gerakan sehari-hari maupun gerakan khusus dalam melakukan olahraga, serta postur tubuh yang buruk. Contohnya, menyetrika baju, mengetik, serta memukul bola golf maupun bola tenis.


2. Otot Belum Siap Beraktivitas

Otot belum ‘panas’ atau belum siap untuk beraktivitas maupun berolahraga, karena pemanasan yang dilakukan sebenarnya merupakan upaya untuk mempersiapkan otot meregang lebih maksimal. Selain itu, pemanasan juga mengurangi beban otot selama beraktivitas.


3. Otot Kaku atau Tegang

Otot yang kurang fleksibel atau lentur sangat mudah mengalami cedera, karena otot-otot yang lebih kaku ini kurang terbiasa meregang dan bisa saja robek ketika melakukan suatu gerakan tanpa persiapan yang baik.


Baca juga: Cedera Ligamen Lutut, Cepat Kenali dan Tangani


Faktor Risiko Cedera Otot

Cedera otot memang lebih banyak terjadi ketika berolahraga, tetapi juga bisa disebabkan oleh aktivitas fisik sehari-hari.


Beberapa kondisi yang menjadi faktor risiko cedera otot adalah sebagai berikut ini:


  • Berprofesi sebagai atlet, atau rutin melakukan olahraga, yang melibatkan kontak fisik dan gerakan berulang, seperti sepak bola, basket, tenis, golf, dan bulu tangkis.
  • Pernah mengalami cedera otot maupun kondisi kesehatan yang meningkatkan risiko cedera otot.
  • Kekakuan otot, baik karena tidak rutin berolahraga, berada pada lingkungan dengan suhu yang rendah (dingin), maupun tidak melakukan peregangan yang sesuai.
  • Proporsi massa otot yang tidak seimbang, karena kondisi ini akan memberikan beban yang lebih besar pada bagian yang lebih dominan, yang berakibat pada peningkatan risiko terjadinya cedera otot.
  • Persiapan (conditioning) yang kurang optimal, sehingga otot tidak siap meregang.


Baca juga: Kenali Langkah Pencegahan Cedera Olahraga



Penanganan Cedera Otot


Penanganan Mandiri

Pengobatan cedera otot awal, khususnya yang ringan, bisa dilakukan secara mandiri di rumah dengan menerapkan teknik RICE serta konsumsi obat antinyeri. Berikut ini adalah penjelasannya:


  • Rest atau mengistirahatkan bagian otot yang cedera. Artinya, jangan melakukan aktivitas yang bisa memicu maupun memperparah gejala nyeri otot dan perbanyak istirahat, tetapi bukan berarti Anda kemudian tidak bergerak maupun beraktivitas sama sekali. 


  • Ice atau melakukan kompres dingin pada otot yang mengalami cedera. Tindakan ini berguna untuk meredakan pembengkakan dan nyeri yang sedang teradi. Lakukan kompres dingin selama 20 menit setiap 2-3 jam sekali dalam 24 jam sejak cedera terjadi, termasuk ketika sedang dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan.


  • Compression bisa dilakukan dengan membebat bagian otot yang cedera menggunakan perban elastis, tetapi pastikan tidak terlalu ketat agar aliran darah tidak terganggu. Langkah ini bisa meredakan bengkak yang terjadi.


  • Elevation atau meninggikan posisi otot yang cedera juga bisa Anda lakukan untuk meredakan bengkak. Biasanya cedera otot kaki yang paling banyak memerlukan penanganan ini, dan bisa dilakukan dengan mengganjalnya menggunakan bantal atau guling, terutama saat tidur di malam hari. 


  • Obat antinyeri yang dijual bebas juga bisa Anda konsumsi untuk membantu meredakan nyeri yang menjadi gejala cedera otot. Namun, pastikan Anda mengonsumsinya sesuai dengan aturan pakai yang tertera pada kemasan.


Penanganan Medis Lanjutan

Operasi bisa saja dilakukan untuk mengatasi cedera otot parah, hingga menyebabkan robekan otot. Jenis operasi akan ditentukan oleh dokter spesialis ortopedi sesuai dengan kondisi Anda. Pemeriksaan menggunakan USG maupun MRI bisa dilakukan untuk menilai keparahan cedera otot yang Anda alami.


Fisioterapi maupun terapi okupasi merupakan penanganan cedera otot lanjutan setelah operasi, yang bertujuan untuk mengembalikan kekuatan dan fungsi otot. Lama penyembuhan cedera otot bisa berbeda, tergantung dari bagian otot yang cedera serta keparahannya, juga kondisi kesehatan.


Umumnya cedera otot ringan akan sembuh dalam beberapa minggu, sedangkan cedera yang lebih berat biasa membaik dalam waktu 2-3 bulan. Kondisi cedera otot yang lebih serius atau memerlukan operasi, biasa baru akan pulih beberapa bulan setelah melakukan rehabilitasi medis atau fisioterapi.


Baca juga: Cedera Hamstring: Penyebab, Gejala, dan Penanganan


Pencegahan Cedera Otot

Supaya tidak mengalami cedera otot, Anda bisa melakukan beberapa upaya pencegahan, termasuk:


  • Berolahraga sesuai dengan kemampuan, intensitas dan durasi bisa dinaikkan secara perlahan dan bertahap
  • Selalu melakukan pemanasan sebelum berolahraga, yang ditutup dengan pendinginan setelahnya
  • Melakukan perubahan posisi atau gerakan dengan tepat, yang tidak memberikan beban maupun tarikan berlebih pada otot
  • Minum air cukup, supaya tidak dehidrasi
  • Konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat sebelum berolahraga maupun melakukan aktivitas fisik dengan intensitas berat agar cadangan energi cukup


Yang jelas, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran olahraga jika cedera otot yang terjadi tidak kunjung membaik, bahkan disertai dengan kesemutan maupun mati rasa, setelah melakukan beberapa penanganan mandiri. Sebab, bisa saja keluhan yang sedang terjadi memerlukan penanganan medis, yang bila tidak ditangani dengan tepat bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan membatasi gerak Anda.


Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah - Bintaro Jaya merupakan pilihan yang tepat bagi Anda untuk menyembuhkan cedera otot yang terjadi. Tidak hanya mendapat penanganan dari dokter spesialis kedokteran olahraga yang kompeten, tenaga kesehatan di SMIRC juga sudah terlatih untuk mengoptimalkan proses pemulihan, sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan Anda. 



FAQ


Apakah Cedera Otot Bisa Sembuh dengan Sendirinya?

Cedera otot ringan umumnya bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu, terutama jika segera diistirahatkan dan diberi kompres dingin. Namun, jika cederanya parah, seperti robekan otot besar, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis kedokteran olahraga karena mungkin memerlukan penanganan khusus.


Apakah Cedera Otot Boleh Dipijat?

Pada tahap awal cedera otot, hindari memijat area yang terdampak karena dapat memperparah cedera yang dialami. Untuk meredakan nyeri dan pembengkakan yang dialami, terapkan teknik RICE sedini mungkin. Selanjutnya, untuk membantu proses pemulihan, konsultasikan ke dokter spesialis kedokteran olahraga.


Apa yang Harus Dilakukan Jika Cedera Otot?

Apabila Anda mengalami cedera otot, segera terapkan teknik RICE, yakni rest, ice, compression, dan elevation. Dalam kata lain, segera istirahatkan otot yang cedera, kompres dengan es, angkat bagian tubuh yang cedera, dan hindari aktivitas berat untuk beberapa hari hingga rasa nyeri berkurang atau hilang. Jika nyeri berlanjut atau bahkan bertambah parah, periksakan kondisi Anda ke dokter untuk diagnosis dan perawatan lebih lanjut.


Referensi:

  1. Nahon R, Lopes JS, et al,. Use of Anti-Inflammatory Drugs for the Treatment of Delayed Onset Muscle Soreness: A Systematic Review and Meta-Analysis. Authorea Preprints. 2024. (https://essopenarchive.org/doi/full/10.22541/au.170664615.56497650). Diakses pada 17 Juli 2024.
  2. Akgol Gur ST, Dogruyol S, et al,. Topical capsaicin versus topical ibuprofen in acute musculoskeletal injuries: a randomized, double-blind trial. Hong Kong Journal of Emergency Medicine. 2023. (https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1024907920975368). Diakses pada 17 Juli 2024.
  3. Shi C, Ye Z, et al,. Multidisciplinary guidelines for the rational use of topical non-steroidal anti-inflammatory drugs for musculoskeletal pain (2022). Journal of Clinical Medicine. 2023. (https://www.mdpi.com/2077-0383/12/4/1544). Diakses pada 17 Juli 2024.
  4. SantAnna JP, Pedrinelli A, et al,. Muscle injury: pathophysiology, diagnosis, and treatment. Revista brasileira de ortopedia. 2022. (https://www.scielo.br/j/rbort/a/6DfKjzHq3RWrQxGGF57L4kv). Diakses pada 17 Juli 2024.
  5. American College of Orthopaedic Surgeons. Sprains, Strains, and Other Soft-Tissue Injuries. (https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/sprains-strains-and-other-soft-tissue-injuries/). Direvisi terakhir Juni 2020. Diakses pada 17 Juli 2024.
  6. Cleveland Clinic. Muscle Strain. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22336-muscle-strains). Direvisi terakhir 28 Januari 2022. Diakses pada 17 Juli 2024.
  7. Harvard Health Publishing. Muscle Strain. (https://www.health.harvard.edu/a_to_z/muscle-strain-a-to-z). Direvisi terakhir 15 Maret 2023. Diakses pada 17 Juli 2024.
  8. Mayo Clinic. Muscle Strain. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/muscle-strains/symptoms-causes/syc-20450507). Direvisi terakhir 11 Oktober 2022. Diakses pada 17 Juli 2024.