Cegah bullying dengan ajarkan empati, komunikasi terbuka, pantau pergaulan, beri contoh perilaku baik, dan libatkan anak dalam aktivitas positif.
Bullying atau perundungan (istilah bullying dalam Bahasa Indonesia) menjadi kata yang tak asing didengar akhir-akhir ini. Banyak ditemukannya kasus perundungan di berbagai wilayah di Indonesia yang menyebabkan kematian korbannya membuat Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan bahkan Presiden Republik Indonesia menaruh perhatian serius mengenai pentingnya edukasi mengenai pencegahan bullying ini.
Lalu, apa yang dimaksud dengan bullying/perundungan? Menurut psikolog Andrew Mellor, perundungan adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Perundungan tidak lepas dari adanya kesenjangan kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 26 ribu kasus perundungan pada periode tahun 2011 hingga 2017. Laporan tertinggi yang diterima KPAI adalah anak yang berhadapan dengan hukum. Kasus lain yang diterima oleh KPAI seperti masalah pendidikan serta pornografi dan cybercrime. Sulitnya memutus mata rantai kasus perundungan ini menjadi pokok permasalahan. Sebab, korban bisa menjadi pelaku dan pelaku dapat pula menjadi korban.
Diperlukan peran serta banyak pihak untuk memutus bersama mata rantai yang sudah mengakar kuat. Salah satunya peran serta dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Ada berbagai jenis perundungan, tak hanya fisik saja yang lebih mudah diidentifikasi karena terlihat luka fisiknya, tapi bahkan ada juga perundungan yang sifatnya merusak relasi sosial seseorang, antara lain:
Jenis perundungan yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain. Perundungan fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan perundungan jenis lainnya;
Perundungan yang melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus perundungan verbal termasuk jenis perundungan yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari;
Jenis perundungan bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh perundungan sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain.
Bentuk perilaku perundungan yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, ponsel, internet, situs, chatting room, e-mail, SMS, dan lain-lain. Perilaku yang termasuk antara lain menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contohnya cyber bullying yaitu perundungan lewat internet.
Berikut beberapa hal sederhana untuk mencegah terjadi perundungan di lingkungan Anda.
Jika si perundung menggoda dengan cara yang tidak Anda sukai, mengejek, atau mengancam secara fisik, kadang-kadang kontak mata dan ketenangan, serta mengatakan "tidak" dengan jelas adalah cara yang tepat untuk meredakan ketegangan. Katakan kepada si perundung bahwa Anda TIDAK suka dengan perlakuan yang Anda terima, dan tegaskan bahwa hal itu harus segera dihentikan.
Jika keadaannya tepat, cobalah tertawa untuk mengurangi ketegangan. Si perundung biasanya berusaha untuk mengalahkan orang yang mereka bully, jadi jika Anda tampak tidak takut, dia akan menyerah dan meninggalkan Anda. Jangan meminta si perundung menghentikan tindakannya dengan cara Anda berteriak kepadanya. Hal ini akan memprovokasi si perundung terus menggoda Anda untuk mendapatkan reaksi yang lebih keras.
Menantang si perundung dengan menjulukinya atau mengancam bahwa Anda akan melawan balik hanya akan memperburuk situasi. Jangan berteriak atau melangkah maju saat mendapatkan kekerasan fisik. Si perundung cenderung menanggapi dengan melakukan perundungan lebih lanjut, dan Anda akan berisiko menghadapi masalah lebih banyak atau dia semakin mem-bully Anda jika Anda terlibat dalam situasi tersebut.
Jika situasi sepertinya mengancam atau berbahaya, sebaiknya Anda segera pergi. Berbalik dan pergilah dari si perundung. Pada suatu titik, adu pendapat dengannya tidak ada gunanya. Jika Anda mengkhawatirkan keselamatan Anda, temui guru atau pembimbing yang Anda percayai untuk membantu mengatasi situasi tersebut. Hindari melakukan kontak lebih jauh dengan si perundung sampai Anda melakukan langkah-langkah lain untuk menghentikan perundungan.
Jika Anda mendapat perundungan dari seseorang lewat pesan pendek (SMS), media sosial, laman pribadi Anda, surel, atau media daring lainnya, jangan tanggapi. Jika si perundung anonim, provokasi hanya akan memperburuk situasi. Alih-alih menanggapi si perundung, lakukan tindakan-tindakan berikut:
Jika si perundung sudah membuat Anda merasa cemas saat berangkat ke sekolah, terjaga pada malam hari, atau mencampuri kehidupan Anda secara negatif, carilah pertolongan dari orang dewasa yang bisa dipercaya.
Berbicaralah dengan kepala sekolah atau pembimbing yang ada di sekolah mengenai situasi itu sehingga perundungan itu dapat dihentikan sesegera mungkin. Langkah-langkah yang akan diambil bisa berupa menghukum si perundung atau mengadakan mediasi untuk mengatasi masalah tersebut.
Ketahui bahwa ada anak-anak lain di sekolah Anda yang mengalami masalah yang sama, maka peraturan dan protokol ditempatkan untuk alasan yang baik. Jika Anda orangtua, rencanakan pertemuan dengan pengurus sekolah alih-alih mengatasi sendiri situasi tersebut.
Ajari mereka bahwa sebenarnya apa yang mereka pilih untuk dipikirkan yang akan terjadi dan apa yang orang lain katakan serta lakukan yang benar-benar menentukan bagaimana perasaan mereka. Setiap orang berhak menentukan secara kognitif bahwa kita sendirilah yang sebenarnya menentukan bagaimana perasaan kita, dan bukan orang lain yang menentukan hal itu, kecuali jika kita membiarkan orang lain melakukan itu terhadap kita.
Contohnya bila kita bingung sendiri karena hal-hal yang kurang penting karena terpaku pada empat jenis pemikiran yang tidak rasional: Suka menuntut, melebih-lebihkan, tidak tahan, dan suka memberi label serta menjelek-jelekkan.
Alasannya adalah rasa malu. Rasa malu dapat menjadi latar belakang seseorang mengalami perundungan. Anak-anak sering menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu menangani perundungan atas dirinya, atau melakukan usaha yang lebih baik daripada yang sudah mereka lakukan.
Rasa malu juga membuat mereka menyimpan rahasia, dan tidak mencari serta menerima pertolongan yang diberikan kepada mereka. Menyimpan rahasia membuat mereka mengulangi pemikiran-pemikiran yang tidak rasional sampai pada titik mereka menganggap pemikiran itu suatu kenyataan, bukannya pendapat. Pemikiran-pemikiran ini kerap kali berujung pada logika tidak rasional berupa bunuh diri yang timbul karena perundungan.
Ciri-ciri anak terkena bullying meliputi perubahan perilaku seperti menjadi pendiam, murung, kehilangan kepercayaan diri, sering mengeluh sakit fisik tanpa sebab jelas, takut atau enggan pergi ke sekolah, penurunan prestasi belajar, serta adanya tanda-tanda cedera atau barang hilang secara tiba-tiba.
Melawan bullying dimulai dengan berani melapor ke orang yang dipercaya, seperti guru, orang tua, atau atasan. Hindari konfrontasi langsung yang bisa memperburuk situasi. Jaga sikap percaya diri, bangun support system, dan dukung korban lain.
Bullying anak bisa berupa fisik (memukul, menendang), verbal (menghina, mengejek), sosial (mengucilkan, menyebar gosip), dan cyberbullying (mengganggu lewat media sosial). Semua jenis ini dapat berdampak negatif pada mental anak, sehingga penting bagi Anda untuk mengenali dan mencegahnya.