Kenali dan Tangani Cerebral Palsy untuk Memaksimalkan Kualitas Hidup Penderitanya

By Tim RS Pondok Indah

Monday, 07 October 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cerebral palsy adalah gangguan pada otak yang mempengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh, sering terjadi sejak lahir atau masa awal kehidupan.

Kenali dan Tangani Cerebral Palsy untuk Memaksimalkan Kualitas Hidup Penderitanya

Otak sebagai pusat dari sistem saraf memegang peran penting pada kehidupan, baik sebagai pusat kemampuan bicara, mendengar, melihat, bergerak, maupun bernapas. Gangguan pada otak, bahkan perkembangan otak, tentu akan memengaruhi kerja saraf.


Cerebral palsy merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan adanya gangguan saraf dan otot, termasuk pergerakan seseorang. Kondisi ini juga menyebabkan kecacatan, bahkan bisa memperpendek umur penderitanya. Untuk itu, ketahui informasi seputar cerebral palsy dalam artikel ini.


Apa itu Cerebral Palsy?

Cerebral palsy adalah gangguan saraf yang menyebabkan beberapa masalah pada kekuatan otot, pergerakan, maupun postur seseorang. Kondisi ini biasa terjadi karena adanya kerusakan pada struktur otak, yang lebih banyak terjadi sebelum bayi dilahirkan. Namun, anak dengan cerebral palsy atau kelumpuhan otak tidak selalu mengalami gangguan kecerdasan. 


Berdasarkan jenis kelainan gerakannya, cerebral palsy dibedakan menjadi 3 jenis utama, yakni spastik (kondisi otot lebih kaku dan mengalami kram), diskinetik (gerakan tubuh yang tidak terkendali), dan campuran keduanya. 


Gejala Cerebral Palsy

Gangguan pada perkembangan otak yang dialami pasien cerebral palsy akan menyebabkan terganggunya tumbuh kembang. Beberapa gejala cerebral palsy akan menyebabkan gangguan pada gerakan, kecerdasan, penglihatan, pendengaran, maupun kemampuan berbicara, tergantung dari bagian otak yang terdampak.


Keparahan gejala cerebral palsy bisa saja ringan, tetapi juga ada yang berat. Gejala-gejala ini akan muncul sebelum usia anak genap 2 tahun dan akan menetap seumur hidup penderitanya. Beberapa gejala cerebral palsy dapat dikelompokkan seperti berikut ini:


1. Gangguan Saraf

Kelumpuhan otak juga akan menyebabkan kerusakan saraf, yang akan menyebabkan:


  • Tidak sensitif terhadap sentuhan maupun rasa nyeri (kebas atau kebal atau baal)
  • Tidak dapat menahan saat ingin buang air kecil (inkontinensia urine)
  • Gangguan kesehatan mental, termasuk kesulitan mengontrol emosi dan gangguan perilaku
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan pendengaran
  • Kejang atau epilepsi


2. Gangguan Pergerakan dan Koordinasi

Gangguan pada otot jelas akan membuat pergerakan serta koordinasi penderita cerebral palsy menjadi terganggu. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk gangguan pergerakan serta koordinasi yang merupakan gejala dari cerebral palsy:


  • Otot yang kaku dengan refleks (dari sistem saraf) yang sangat berlebih (spastis), seperti kejang maupun tremor
  • Memiliki otot yang terlalu kaku, atau malah terlalu lemah
  • Memiliki gait (cara berjalan) yang tidak normal, seperti jalan berjinjit maupun dengan kedua kaki terbuka lebar
  • Cenderung menggunakan salah satu sisi tubuh saja saat melakukan pergerakan, misalnya merangkak menggunakan kaki dan tangan kiri, sedangkan sisi kanan diseret
  • Koordinasi otot dan keseimbangan yang buruk (ataksia)
  • Sering mengeliat
  • Kekakuan sendi atau kontraktur sendi
  • Kesulitan melakukan gerakan motorik halus, seperti mengancingkan baju atau memungut maupun menunjuk benda dengan tepat


3. Gangguan Bicara

Adanya gangguan pada otot wajah akan menyebabkan anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan berbicara (disartria). Selain itu, cerebral palsy pada anak juga akan menyebabkan gangguan makan berupa kesulitan mengisap maupun mengunyah dan gangguan menelan (disfagia), yang akan tampak sebagai ngiler (atau terus-menerus meneteskan air liur).


4. Tumbuh Kembang

  • Ukuran tubuh yang lebih kecil
  • Tidak bisa berguling, duduk, atau merangkak maupun mengalami keterlambatan perkembangan motorik
  • Gangguan kecerdasan
  • Gangguan belajar


Segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak bila ia menunjukkan gejala cerebral palsy. Meskipun kondisi ini tidak menular maupun memburuk, kerusakan pada otak yang dialami dapat memengaruhi tumbuh kembang anak secara signifikan.


Deteksi dini cerebral palsy sangatlah penting untuk memastikananak mendapat terapi yang tepat, sehingga kualitas hidup anak dapat ditingkatkan.


Baca juga: Skoliosis, Salah Satu Kelainan Struktur Tulang Belakang



Penyebab Cerebral Palsy

Cerebral palsy tidak terjadi karena kesalahan atau kecacatan pada genetik salah satu orang tua saja, melainkan karena kombinasi beberapa faktor. Secara umum, penyebab gangguan perkembangan otak ini dapat dibedakan menjadi faktor yang terjadi selama masa kehamilan, saat persalinan, maupun sesaat setelah bayi dilahirkan. 


Pada Masa Kehamilan

Berikut ini adalah beberapa penyebab cerebral palsy pada masa kehamilan :


  • Kelainan genetik yang memiliki peran penting dalam perkembangan otak
  • Infeksi saat hamil yang menular pada janin, seperti cacar air, rubella, sifilis, herpes, toksoplasmosis, maupun infeksi cytomegalovirus
  • Bayi lahir dengan ukuran kepala yang lebih kecil (mikrosefalus)
  • Gangguan aliran darah ke otak janin
  • Perbedaan golongan darah rhesus antara ibu dan bayi


Pemeriksaan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan bisa menjadi salah satu langkah pencegahan cerebral palsy. Apabila Anda sedang mengandung, lakukanlah kontrol kehamilan rutin sesuai dengan arahan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.


Setelah Proses Kehamilan

Sedangkan beberapa penyebab cerebral palsy setelah proses persalinan:


  • Kurangnya suplai oksigen pada otak bayi (asfiksia) selama proses persalinan
  • Kelahiran sungsang, yaitu lahir dengan kaki keluar terlebih dahulu
  • Penyakit kuning (kernikterus)
  • Radang pada otak (ensefalitis) atau selaput otak (meningitis) bayi
  • Cedera kepala yang cukup parah, contohnya pada kasus shaken baby syndrome atau terjatuh


Faktor Risiko Cerebral Palsy

Meski tidak bisa dipastikan, karena cerebral pasly terjadi karena gabungan dari beberapa faktor, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya cerebral palsy. Beberapa faktor risiko cerebral palsu yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:


  • Kebiasaan buruk ibu saat hamil, seperti merokok, mengonsumsi alkohol maupun menyalaghunakan narkoba
  • Komplikasi kehamilan, termasuk preeklampsia
  • Infeksi cairan ketuban atau korioamnionitis, maupun infeksi lain yang diderita ibu saat hamil
  • Persalinan prematur
  • Kelahiran bayi kembar
  • Berat badan bayi lahir rendah, atau kurang dari 2,5kg
  • Infeksi yang dialami bayi baru lahir, seperti meningitis, ensefalitis, perdarahan otak, maupun sakit kuning


Baca juga: Cara Mengatasi Kelainan Tulang dengan Limb Lengthening & Reconstruction



Diagnosis Cerebral Palsy

Umumnya dokter akan mencurigai cerebral palsy saat kontrol tumbuh kembang, sebelum anak genap berusia 1 tahun. Selain memeriksa kondisi kesehatan pasien secara umum, dokter juga akan menilai tumbuh kembang, kemampuan melihat, kemampuan mendengar juga kemampuan berbicara penderita cerebral palsy.


Untuk menegakkan diagnosis, dokter kemudian akan menyarankan beberapa pemeriksaan penunjang, yang meliputi:


  • Tes darah untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang menyebabkan gejala pasien 
  • USG, CT-Scan, maupun MRI untuk mengetahui area otak yang mengalami kerusakan
  • EEG atau rekam otak untuk melihat aktivitas listrik otak


Penanganan Cerebral Palsy

Tujuan pengobatan cerebral palsy bukanlah menyembuhkan kondisi ini, melainkan menjaga kualitas hidupnya dan mengusahakan penderitanya dapat menjalani kehidupan senormal mungkin. Oleh sebab itu, seringkali penderita cerebral palsy membutuhkan perawatan seumur hidup.


Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, dokter akan melakukan beberapa terapi cerebral palsy, termasuk fisioterapi, terapi wicara, maupun terapi okupasi.


Selain itu, dokter juga akan meresepkan obat-obatan pelemas otot sebagai penanganan cerebral palsy, tergantung dari luasnya kekakuan otot yang dialami pasien. Bila lokasi kekakuan otot terbatas, suntik botox bisa dilakukan tiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk kekakuan otot yang lebih luas, dokter spesialis anak bisa saja meresepkan baclofen, diazepam, maupun dantrolene.


Operasi untuk penanganan cerebral palsy hanya dilakukan bila kelainan otot menyebabkan gangguan pada tulang maupun keterbatasan gerak. Agar penderita cerebral palsy dapat lebih leluasa bergerak, dokter bisa menyarankan operasi bedah tulang maupun pemotongan salah satu saraf sensorik pada sumsum tulang belakang (selective dorsal rhizotomy atau SDR).


Hasil pengobatan untuk masing-masing penderita cerebral palsy bisa sangat bervariasi, tergantung dari keparahan gejala dan secepat apa kondisi ini terdeteksi serta mendapatkan penanganan. 


Umumnya, makin parah gejala dan makin telat penanganan diberikan, kemungkinan kecacatannya makin besar, bahkan harapan hidupnya pun makin buruk. Sedangkan untuk kasus yang terdiagnosis dini dengan gejala ringan sampai sedang, kemungkinan penderitanya untuk menjalani hari-hari yang berkualitas masih mungkin dicapai.


Untuk itu, selalu pantau tumbuh kembang anak dengan melakukan kontrol rutin ke dokter spesialis anak. Di RS Pondok Indah, kami menghadirkan dokter spesialis yang kompeten dengan berbagai fasilitas medis berteknologi terkini dalam memaksimalkan perawatan kesehatan Anda dan orang tersayang, termasuk untuk mendeteksi dan penanganan cerebral palsy.



FAQ Cerebral Palsy


Cerebral Palsy Terbagi Menjadi Berapa Jenis?

Cerebral palsy terbagi menjadi 3 jenis utama, yakni:


  • Spastik, yang menyebabkan kekakuan otot
  • Diskinetik, yang memengaruhi gerakan tidak terkendali
  • Ataksik, yang memengaruhi keseimbangan dan koordinasi


Masing-masing jenis ini memiliki gejala yang berbeda, namun semuanya disebabkan oleh kerusakan otak yang mempengaruhi perkembangan kemampuan gerak dan postur penderitanya.


Kapan Cerebral Palsy Terdeteksi?

Cerebral palsy biasanya bisa terdeteksi dalam 2 tahun pertama kehidupan anak. Gejalanya bisa terlihat sejak bayi mulai menunjukkan keterlambatan perkembangan motorik, seperti kesulitan duduk, merangkak, atau berjalan. Pemeriksaan tumbuh kembang bayi oleh dokter spesialis anak sangatlah penting untuk deteksi dini kondisi ini.


Cerebral Palsy Ringan Apakah Bisa Sembuh?

Sayangnya, cerebral palsy ringan tidak dapat sembuh sepenuhnya, tetapi gejalanya bisa dikelola. Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita. Penanganan yang tepat juga memungkinkan penderita cerebral palsy ringan untuk hidup lebih mandiri dan produktif.


Referensi:

  1. Dar H, Stewart K, et al,. Multiple motor disorders in cerebral palsy. Developmental Medicine & Child Neurology. 2024. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/dmcn.15730). Diakses pada 3 Oktober 2024.
  2. Arnaud C, Ehlinger V, et al. Public health indicators for cerebral palsy: A European collaborative study of the Surveillance of Cerebral Palsy in Europe network. Paediatric and Perinatal Epidemiology. 2023. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/ppe.12950). Diakses pada 3 Oktober 2024.
  3. Dlamini MD, Chang YJ, et al,. Caregivers' experiences of having a child with cerebral palsy. A meta-synthesis. Journal of Pediatric Nursing. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882596323002294). Diakses pada 3 Oktober 2024.
  4. Rouabhi A, Husein N, et al,. Development of a bedside tool to predict the diagnosis of cerebral palsy in term-born neonates. JAMA pediatrics. 2023. (https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/article-abstract/2800550). Diakses pada 3 Oktober 2024.
  5. Centers for Disease Control and Prevention. About Cerebral Palsy. (https://www.cdc.gov/cerebral-palsy/about/index.html). Direvisi terakhir 14 Mei 2024. Diakses pada 3 Oktober 2024.
  6. Cleveland Clinic. Cerebral Palsy. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8717-cerebral-palsy). Direvisi terakhir 16 Agustus 2023. Diakses pada 3 Oktober 2024.
  7. Johns Hopkins Medicine. Cerebral Palsy. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/cerebral-palsy). Diakses pada 3 Oktober 2024.
  8. Mayo Clinic. Cerebral Palsy. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cerebral-palsy/symptoms-causes/syc-20353999). Direvisi terakhir 28 September 2023. Diakses pada 3 Oktober 2024.