Anak Kekurangan Zat Besi, Atasi dengan Asupan Gizi yang Optimal

Tuesday, 25 February 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Atasi kekurangan zat besi pada anak dengan memberi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging merah, serta vitamin C untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi.

Anak Kekurangan Zat Besi, Atasi dengan Asupan Gizi yang Optimal

Zat besi merupakan salah satu nutrisi yang penting dalam masa pertumbuhan si Kecil. Sebab bila anak mengalami defisiensi zat besi, tubuh kesulitan memproduksi sel darah merah (hemoglobin) yang berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh anak pun tidak dapat berfungsi secara optimal.


Kondisi tersebut tentunya dapat berdampak negatif pada pertumbuhan, kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motorik anak. Oleh sebab itu, orang tua harus mengenali ciri anak kekurangan zat besi dan cara mengatasinya sebelum terlambat, dengan menyimak penjelasan berikut ini!


Kebutuhan Zat Besi Bayi dan Anak

Berikut ini kebutuhan zat besi pada bayi dan anak berdasarkan usianya:


  • Bayi baru lahir sampai usia 6 bulan membutuhkan: 0,27mg
  • Bayi usia 7-12 bulan membutuhkan: 11 mg
  • Anak usia 1 tahun ke atas membutuhkan: 7 mg
  • Anak usia 4-18 tahun membutuhkan: 10 mg
  • Anak usia 9-13 tahun membutuhkan: 8 mg
  • Anak laki-laki usia 14-18 tahun (remaja) membutuhkan: 11 mg
  • Anak perempuan usia 14-18 tahun (remaja) membutuhkan: 15 mg


Baca juga: Yuk, Kenali Penyakit yang Rentan Terjadi pada Balita!



Gejala Anak Kekurangan Zat Besi

Kekurangan zat besi seringkali tidak menyebabkan gejala spesifik pada tahapan awal. Namun, bila kondisi ini terus berlanjut dan kadar zat besi dalam darah si Kecil sudah sangat rendah, ia mungkin menunjukkan gejala-gejala, seperti:


  • Kulit pucat
  • Mudah lelah dan lesu
  • Emosi tidak stabil dan lebih mudah marah, atau bayi tampak lebih rewel
  • Tampak murung
  • Sakit kepala dan pusing
  • Sulit tidur di malam hari
  • Dada berdebar-debar
  • Kehilangan nafsu makan
  • Berat badan sulit naik, bahkan menurun
  • Lebih sering sakit atau terkena infeksi
  • Tangan dan kaki seringkali terasa dingin


Orangtua juga dapat memerhatikan aktivitas sehari-hari anak yang tampak lesu dan tidak bergairah serta prestasi akademik yang menurun. Kemampuan konsentrasi yang rendah (anak mudah mengantuk) juga bisa menjadi tanda anak menderita anemia defisiensi zat besi.


Jika sang buah hati mulai menunjukkan gejala-gejala kekurangan zat besi atau anemia, jangan menunda untuk segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis anak guna mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.


Baca juga: Mengenal Penyakit HFMD yang Mengintai Anak


Penyebab Anak Kekurangan Zat Besi

Penyebab defisiensi zat besi pada anak bersifat multifaktorial, meliputi beberapa faktor berikut ini:


1. Asupan Makanan yang Tidak Berkualitas

Kurangnya asupan makanan bergizi seringkali ditemukan pada anak yang picky eaters. Pengetahuan orangtua dalam menyiapkan makanan turut menjadi faktor penyebab seorang anak mengalami kekurangan zat besi.


2. Aspek Kebersihan

Pada usia anak yang sudah mulai bermain, aspek kebersihan menjadi salah satu sebab masuknya parasit yang menyebabkan anak terjangkit anemia defisiensi besi.


3. Ketidakmampuan Menyerap Zat Besi

Adapula beberapa kondisi yang menyebabkan kesulitan menyerap kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi anak, termasuk penyakit celiac, penyakit Crohn, atau konsumsi obat tertentu.


Baca juga: Radang Tenggorokan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Tips Menanganinya


Faktor Risiko Anak Kekurangan Zat Besi

Defisiensi zat besi merupakan salah satu permasalahan nutrisi yang paling umum terjadi di dunia. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko defisiensi zat besi pada anak, seperti:


  • Terlahir prematur atau terlahir dengan berat badan rendah
  • Menderita infeksi atau penyakit kronis
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  • Kebutuhan ASI yang kurang tercukupi
  • Kurang mendapatkan asupan nutrisi dan gizi saat MPASI
  • Terlalu dini disapih


Kapan Harus ke Dokter?

Anda sebaiknya segera memeriksakan si Kecil ke dokter spesialis anak bila ia mulai menunjukkan gejala, seperti:


  • Kelelahan terus-menerus
  • Kulit pucat
  • Denyut jantung cepat dan dada terasa berdebar
  • Sesak napas
  • Pusing dan sakit kepala yang tidak kunjung sembuh


Jangan menunda penanganan karena kekurangan zat besi bisa menyebabkan komplikasi yang membahayakan si Kecil.


Baca juga: Ketika Pertahanan Tubuh Anak Kurang Optimal



Dampak Anak Kekurangan Zat Besi

Kekurangan zat besi pada anak tidak boleh diabaikan. Seperti penyakit atau kondisi medis lainnya, kekurangan asupan zat besi pada anak juga berpotensi mengganggu kondisi pertumbuhan anak. Anak akan mulai mengalami penurunan nafsu makan, berat badan pun akan sulit naik dan proses tumbuh kembang si Kecil akan terganggu.


Selain itu, sistem kekebalan tubuh anak pun bisa mulai melemah, membuat si Kecil lebih mudah sakit dan rentan terkena infeksi. Bahkan, defisiensi zat besi juga bisa menyebabkan si Kecil mengonsumsi zat yang bukan makanan, seperti es batu, kertas, dan tanah.


Pada kasus kekurangan zat besi yang berkepanjangan, anak juga dapat mengalami anemia defisiensi besi, yakni kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah. Pada kasus anemia, nilai Hb akan menyebabkan kemampuan suplai oksigen ke orang-organ tubuh yang membutuhkan akan berkurang.


Padahal, tubuh sangat membutuhkan oksigen pada proses metabolisme zat gizi. Kegagalan metabolisme ini tentu akan memengaruhi pertumbuhan anak, karena untuk tumbuh tubuh membutuhkan energi dan zat gizi yang dihasilkan oleh metabolisme tersebut.


Baca juga: Bahaya Difteri pada Anak


Diagnosis Anak Kekurangan Zat Besi

Ketika buah hati mengalami anemia, maka derajat defisiensi zat besi yang dialaminya sudah parah. Kondisi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan menilai saturasi transferrin. Untuk kasus anemia, deteksi bisa dilakukan dengan melihat mata (konjungtiva) atau pada kuku anak yang terlihat sangat pucat.


Untuk mengetahui secara pasti, maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorium agar diketahui penyebabnya. Jika anak sudah dinyatakan menderita anemia defisiensi zat besi, segera bawa ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.


Baca juga: Waspada 8 Jenis Kanker pada Anak


Penanganan Anak Kekurangan Zat Besi

Penanganan kondisi ini akan ditentukan oleh dokter spesialis anak berdasarkan kausa penyebabnya. Setiap kausa memiliki terapi yang berbeda-beda. Tetapi, berikut adalah beberapa penanganan yang akan direkomendasikan oleh dokter.


1. Berikan anak makanan kaya zat besi

Untuk mencegah dan mengatasi anemia, orangtua harus mencukupi kebutuhan gizi harian anak, baik dalam hal jumlah maupun jenisnya. Berikan anak asupan bahan makanan yang kaya akan zat besi, terutama yang berasal dari produk hewani karena lebih mudah diserap oleh tubuh.


Berikut ini adalah beberapa contoh makanan yang baik untuk diberikan pada anak dengan defisiensi zat besi:


  • Telur - Telur kaya akan zat besi dan vitamin B
  • Daging sapi - Dalam 100 gram daging sapi segar mengandung 2,8 mg zat besi
  • Ikan - Salah satu ikan yang kaya akan zat besi adalah ikan baronang yang mengandung 3,8 mg zat besi per 100 gram
  • Bayam - Sayuran yang kaya akan zat besi ini dapat mengurangi gejala anemia
  • Kismis - Kismis kaya akan zat besi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi untuk mengatasi anemia


2. Kombinasikan dengan vitamin C

Pastikan anak mendapatkan asupan vitamin C yang cukup agar proses absorpsi zat besi dalam tubuh berjalan baik. Selain itu, hindari konsumsi teh, serat, dan kalsium saat makan karena dapat menghambat penyerapan zat besi.


3. Pemberian suplemen zat besi

Bila diperlukan, dokter juga bisa merekomendasikan pemberian suplemen zat besi bagi anak, hanya bila perubahan pola makan saja tidak cukup bermakna.



FAQ


Apa Tanda Anak Kekurangan Zat Besi?

Tanda anak kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi) bisa bervariasi, tetapi beberapa gejala umum meliputi:


  • Kelelahan atau mudah lelah
  • Tampak pucat pada kulit, bibir, dan gusi
  • Detak jantung yang cepat
  • Kesulitan bernapas atau sesak napas
  • Pusing dan sakit kepala
  • Tangan dan kaki yang terasa dingin
  • Nafsu makan berkurang
  • Muncul keinginan untuk memakan benda-benda yang tidak biasa (pica), seperti es atau tanah liat
  • Lebih mudah tersinggung dan sulit berkonsentrasi


Jika Anda mencurigai anak Anda kekurangan zat besi, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.


Kapan Anak Perlu Suplemen Zat Besi?

Suplemen zat besi biasanya diperlukan ketika anak didiagnosis menderita anemia defisiensi besi melalui pemeriksaan medis. Dokter spesialis anak akan menentukan dosis dan durasi pemberian suplemen berdasarkan usia anak dan keparahan kondisinya.


Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter. Hindari memberikan suplemen zat besi pada anak tanpa arahan atau pengawasan dari dokter, karena kelebihan zat besi juga dapat berdampak buruk bagi anak.


Kurang Zat Besi pada Anak Harus Makan Apa?

Anak yang kekurangan zat besi disarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi zat besi, seperti:


  • Daging sapi, hati sapi, hati ayam, dan daging ayam
  • Ikan dan makanan laut lainnya
  • Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli
  • Kacang-kacangan
  • Telur


Beberapa susu formula juga telah diperkaya dengan zat besi, yang bisa menjadi pilihan untuk diberikan bagi si kecil. Sedangkan pemberian susu sapi sebaiknya dihindari. Sebab susu sapi tinggi akan kalisum yang menghambat penyerapan zat besi.


Selain itu, anak juga disarankan mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C agar zat besi lebih mudah diserap tubuh. Hindari memberikan anak teh bersamaan dengan makanan, karena dapat menghambat penyerapan zat besi.


Bagaimana Cara Meningkatkan Zat Besi pada Anak?

Untuk meningkatkan zat besi pada anak, orang tua harus memberikan makanan dengan nutrisi seimbang pada anak. Dalam proses pemulihan, anak disarankan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dengan dibarengi makanan yang mengandung vitamin C.


Selain itu, orang tua juga harus mengonsultasikan kondisi anak dengan dokter spesialis anak untuk pemantauan secara berkala.