Cara mengetahui (diagnosis) tumor otak dapat dilakukan dengan MRI atau CT Scan kepala. Terdapat beragam pemeriksaan lainnya juga yang perlu dilakukan.
Tumor otak merupakan kondisi di mana ada pertumbuhan abnormal dari jaringan otak yang mengganggu fungsi otak. Kondisi ini biasanya menjadi salah satu kekhawatiran pada kebanyakan orang. Jadi, apa saja gejala tumor otak yang wajib diwaspadai? Dan bisakah tumor otak dideteksi sejak dini? Mari membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut di bawah ini.
Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal dari jaringan otak atau medulla spinalis yang mengganggu fungsi otak. Berdasarkan sifat pertumbuhan sel nya ,tumor otak dapat dibedakan menjadi yang bersifat ganas (kanker) atau jinak. Sedangkan berdasarkan sel asalnya, tumor otak bisa dibedakan menjadi tumor otak primer (berasal dari sel otak) atau metastasis/sekunder (berasal dari organ lain dan menyebar ke otak).
Penderita tumor otak memiliki kemungkinan besar untuk sembuh apabila tumor otak dideteksi dini atau saat masih dalam stadium awal.
Tumor otak yang bersifat jinak dan dapat disembuhkan dengan operasi pengangkatan tumor. Akan tetapi, tumor otak yang ganas berkemungkinan menyebar ke jaringan lain dan memiliki kemungkinan kambuh yang lebih besar setelah pengobatan.
Gejala tumor otak dapat bervariasi, tergantung pada usia dan kondisi penderita sekaligus ukuran, lokasi, serta laju pertumbuhan tumor tersebut. Secara umum, gejala tumor otak dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni gejala umum dan gejala spesifik.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang seringkali ditemui pada tahap awal munculnya tumor otak.
Gejala umum tumor otak timbul karena peningkatan tekanan dalam rongga tengkorak. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tumor itu sendiri, pembengkakan jaringan sekitar tumor, atau karena sumbatan aliran cairan otak (hidrosefalus).
Gejala yang sering timbul mencakup:
Gejala adanya tumor bisa ditandai dengan nyeri kepala muncul pada pagi hari dan berkurang pada siang hari, nyeri kepala yang berangsur-angsur bertambah berat, nyeri kepala disertai muntah (projectile), atau kejang hingga penurunan kesadaran.
Baca juga: Kenali Gejala Sakit Kepala, Tangani dengan Tepat
Tumor yang mengenai bagian otak besar yang mengontrol kekuatan otot dapat mengakibatkan kelumpuhan tubuh pada satu sisi. Tumor pada bagian otak besar yang bertanggung jawab terhadap fungsi bahasa menyebabkan gangguan bicara dan pengertian bahasa.
Tumor yang mengenai otak kecil mengakibatkan kesulitan berjalan. Tumor pada bagian tengah otak dapat mengenai saraf penglihatan yang mengakibatkan gangguan lapang pandang, hingga kehilangan penglihatan.
Baca juga: Red Flag pada Sakit Kepala, Apa yang Perlu Diketahui?
Gejala tumor otak bisa sangat bervariasi tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Gejala umum termasuk sakit kepala yang semakin parah dan tidak kunjung hilang, perubahan penglihatan, mual dan muntah, kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, masalah keseimbangan, kejang, dan perubahan kepribadian atau perilaku. Memahami dan mengenali gejala-gejala ini adalah langkah pertama dalam mendeteksi adanya tumor otak.
Jika gejala mencurigakan muncul, langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan neurologis oleh dokter. Pemeriksaan ini mencakup evaluasi fungsi saraf seperti kekuatan otot, koordinasi, refleks, penglihatan, dan pendengaran. Pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi bagian otak yang mungkin terkena dampak oleh tumor.
Imaging atau pencitraan medis adalah alat utama dalam diagnosis tumor otak. Teknik pencitraan seperti CT scan (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat memberikan gambaran detail dari struktur otak dan membantu mendeteksi keberadaan, ukuran, dan lokasi tumor. MRI biasanya lebih disukai karena memberikan detail yang lebih baik tentang jaringan otak.
Jika pencitraan menunjukkan adanya tumor, langkah berikutnya adalah biopsi otak untuk mengonfirmasi diagnosis. Dalam prosedur ini, sampel kecil dari jaringan tumor diambil dan diperiksa di laboratorium untuk menentukan apakah tumor tersebut jinak atau ganas (kanker). Biopsi ini dapat dilakukan melalui prosedur bedah terbuka atau dengan menggunakan teknik invasif minimal.
Tes darah tidak dapat mendeteksi tumor otak secara langsung, tetapi dapat memberikan petunjuk tambahan tentang kondisi kesehatan umum dan membantu mengevaluasi fungsi organ tubuh lainnya. Tes darah dapat digunakan untuk menilai adanya infeksi, peradangan, atau gangguan lainnya yang mungkin berhubungan dengan gejala yang dialami.
EEG adalah tes yang merekam aktivitas listrik di otak dan dapat membantu mendeteksi gangguan otak seperti kejang yang sering dikaitkan dengan tumor otak. Prosedur ini melibatkan pemasangan elektroda pada kulit kepala untuk merekam gelombang otak dan menganalisis pola aktivitas listrik yang tidak normal.
Tes neuropsikologis dilakukan untuk mengevaluasi fungsi kognitif dan mental, seperti memori, pemecahan masalah, perhatian, dan kemampuan bahasa. Hasil dari tes ini dapat memberikan informasi tambahan tentang dampak tumor pada fungsi otak dan membantu merencanakan strategi pengobatan yang sesuai.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan pungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrospinal (cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel cairan dengan jarum yang dimasukkan di antara tulang belakang. Analisis cairan ini dapat membantu mendeteksi sel tumor atau tanda-tanda infeksi.
Dokter akan melakukan pemeriksaan neurologis mendalam untuk mendiagnosis tumor otak. Pencitraan otak biasanya dilakukan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala atau CT-scan kepala.
Selain itu bila diperlukan akan dilakukan pemeriksaan pencitraan lainnya. Ragam cara pemeriksaan:
Gambaran otak yang dihasilkan MRI lebih detail dibandingkan pemeriksaan CT-scan. MRI dengan kontras akan menghasilkan data tambahan mengenai tumor yang ditemukan.
Pemeriksaan MRA penting untuk melihat jumlah dan sumber pendarahan tumor, yang nantinya dapat membantu dokter bedah dalam proses operasi.
Alat ini mengukur interaksi gelombang radio dengan zat kimia dalam darah juga memberikan gambaran grafik zat-zat tertentu pada lokasi yang dicurigai, sehingga memberikan petunjuk jenis tumor yang ada.
Pemeriksaan ini juga dilakukan setelah operasi untuk menentukan apakah kelainan yang ditemukan merupakan tumor atau jaringan parut setelah operasi.
Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Demensia
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat jumlah darah yang melewati bagian otak. Tumor yang tumbuh cepat mempunyai aliran darah yang semakin meningkat. Perfusion MRI digunakan untuk menentukan bagian tumor yang akan dibiopsi dan melihat daerah tumor setelah tindakan operasi.
Tipe MRI baru ini melihat bagian-bagian otak yang bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi tertentu. Pasien diminta untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti menggerakkan tangan, atau berpikir.
CT scan digunakan sebagai alternatif MRI bila MRI tidak dapat dilakukan pada individu tertentu, seperti orang dengan alat pacu jantung, implan logam, atau orang yang takut akan ruang sempit dan bunyi bising yang terjadi saat MRI.
Dilakukan untuk melihat pembuluh darah dengan menyuntikkan zat kontras. CTA memberikan gambaran pembuluh darah dalam dan sekitar tumor yang lebih detil dibandingkan dengan MRA.
Pemeriksaan dengan menyuntikkan zat gula radioaktif ke dalam darah. Karena tumor tumbuh lebih cepat dari sel normal, maka sel tumor menyerap gula lebih banyak. Dengan pemindai PET Scan, akan terlihat bagian-bagian tubuh dengan aktivitas yang meningkat (tumor).
Selain untuk melihat sebaran tumor, PET Scan juga digunakan untuk evaluasi setelah tindakan operasi, membedakan apakah bagian yang abnormal pada MRI merupakan tumor atau jaringan parut setelah operasi.
Baca juga: Menjaga Daya Ingat Tetap Kuat
Pemeriksaan khusus yang kadang dilakukan pada pasien tumor otak adalah pemeriksaan cairan serebrospinal, yaitu dengan cara mengambil cairan melalui pungsi lumbal. Pungsi lumbal adalah teknik mengambil cairan otak melalui punggung.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk melihat apakah ada penyebaran tumor ke cairan otak atau selaput otak (meningen). Hal ini penting untuk menentukan perlunya kemoterapi pada kasus-kasus tumor otak.
Selain pemeriksaan tersebut di atas, terkadang dilakukan pemeriksaan khusus lain, seperti EEG, EMG, rontgen dada, atau angiografi. Pemeriksaan ini dikerjakan bila ada indikasi seperti kejang, kelainan saraf tepi, atau keluhan khusus lainnya.
Jika Anda mencurigai ada tumor otak, segera konsultasikan dengan dokter spesialis neurologi yang berfokus pada gangguan sistem saraf untuk evaluasi awal dan diagnosis. Jika tumor terdeteksi, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis bedah saraf (neurosurgeon) yang memiliki keahlian dalam mengoperasi tumor otak.
Tumor otak bisa dideteksi lewat MRI atau CT scan, yang memberikan gambaran jelas tentang kondisi otak. Dokter juga akan memeriksa gejala seperti sakit kepala kronis, kejang, atau perubahan perilaku.
Gejala tumor otak bisa berupa sakit kepala hebat, mual, muntah, penglihatan kabur, kejang, serta perubahan perilaku atau memori. Pusing dan kesulitan berbicara juga bisa muncul.
Sakit kepala karena tumor otak biasanya terasa intens, sering muncul di pagi hari, semakin parah seiring waktu, dan tidak hilang dengan obat biasa. Kadang disertai mual, muntah, atau penglihatan kabur. Jika gejala ini terjadi, segera periksa ke dokter.
Selain itu, onkologis, yang menangani kanker, mungkin juga akan terlibat untuk memberikan terapi radiasi atau kemoterapi. Pendekatan multidisiplin ini, yang melibatkan ahli radiologi dan patologi, memastikan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif.
Tumor otak bisa sembuh tanpa operasi jika jinak dan ukurannya kecil. Pengobatan lain seperti terapi radiasi atau kemoterapi dapat membantu. Namun, untuk tumor yang lebih besar atau ganas, operasi sering kali diperlukan.