Hepatitis, Kenali Gejalanya untuk Mencegah Komplikasinya

By Tim RS Pondok Indah

Thursday, 10 October 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Hepatitis adalah peradangan pada liver yang bisa disebabkan infeksi atau kerusakan liver. Kondisi ini dapat memicu kanker hati jika tidak ditangani dengan benar

Hepatitis, Kenali Gejalanya untuk Mencegah Komplikasinya

Hepar atau hati adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, yang berperan untuk proses metabolisme. Gangguan pada organ yang terletak di perut kanan atas ini akan memengaruhi proses menetralkan racun, penyerapan makanan, serta produksi cairan empedu. 


Keparahan gejala yang dialami ketika fungsi hati terganggu bisa berbeda-beda setiap orang, tidak semua mengeluhkan adanya gejala. Padahal, gangguan hati yang dibiarkan bisa menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya kanker hati.


Apa itu Hepatitis?

Hepatitis sebenarnya merujuk pada kondisi peradangan pada hati secara umum, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun kondisi lain yang bisa merusak sel-sel hati. Infeksi virus menjadi penyebab tersering terjadinya hepatitis, sehingga penularannya pun sangat mudah terjadi.


Selain menyebabkan gejala yang mengganggu aktivitas dan kualitas hidup penderitanya, hepatitis yang tidak ditangani dengan tepat bisa berkembang menjadi kanker hati. Oleh karena itu, mengenali gejala hepatitis sedini mungkin merupakan langkah awal yang penting dalam mengobati hepatitis. Beberapa jenis hepatitis juga bisa dicegah melalui vaksin hepatitis.


Baca juga: Pentingnya Vaksinasi bagi Orang Dewasa



Penyebab Hepatitis 

Secara umum, penyebab hepatitis bisa dibedakan menjadi infeksi dan non-infeksi.


Jenis Hepatitis Akibat Infeksi

Infeksi virus merupakan penyebab terbanyak terjadinya hepatitis. Berikut ini adalah penyebab hepatitis karena infeksi beserta jenis dan penjelasan singkatnya:


1. Virus Hepatitis A (HAV)

Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A ini kebanyakan ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Jenis hepatitis yang sering terjadi pada daerah dengan tingkat sanitasi buruk ini jarang menyebabkan komplikasi, kebanyakan kasus ini terjadi sebagai infeksi akut. Namun, hepatitis A juga bisa menyebabkan gagal hati maupun transplantasi hati, meski sangat jarang.  


2. Virus Hepatitis B (HBV)

Sebenarnya infeksi virus hepatitis B juga hampir selalu sembuh. Namun, kasus hepatitis B pada anak berisiko menetap sebagai hepatitis kronis. Penderita hepatitis B mungkin saja tidak mengeluhkan gejala apa pun, tetapi bisa menularkannya ke orang lain.


3. Virus Hepatitis C (HCV)

Hepatitis C merupakan penyebab terjadinya hepatitis kronis ke-2, setelah hepatitis B. Penderita hepatitis C bisa saja tidak mengalami gejala apapun hingga kondisinya sudah kronis dan kemungkinan sembuh lebih kecil. 


Baca juga: Turunkan Risiko Serangan Asam Urat dengan 9 Rekomendasi Makanan untuk Asam Urat Ini


4. Virus Hepatitis D (HDV)

Infeksi virus hepatitis D hanya bisa terjadi pada penderita hepatitis B. Meski jarang terjadi, hepatitis D dapat menyebabkan gejala yang parah maupun berkembang menjadi kondisi yang menyebabkan kerusakan hati secara permanen, bahkan kematian.


5. Virus Hepatitis E (HEV)

Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E ini jarang menimbulkan komplikasi dan biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Penularan virus hepatitis E terjadi melalui fekal-oral atau dengan mengonsumsi makanan maupun minuman yang telah terkontaminasi. Hepatitis E juga merupakan salah satu jenis penyakit hepatitis yang banyak ditemukan pada negara berkembang, yang sanitasinya masih buruk.


6. Virus Lain

Selain virus hepatitis, beberapa jenis virus yang juga bisa menyebabkan peradangan pada liver adalah CMV (Cytomegalovirus), EBV (Epstein-Barr virus) dan HSV (herpes simplex virus atau virus penyebab herpes).


7. Hepatitis Karena Infeksi Cacing Hati

Infeksi cacing hati, opisthorchiidae dan fasciolidae, bisa memicu terjadinya hepatitis bahkan meningkatkan risiko terjadinya kanker hati.


Baca juga: Tes Fungsi Hati, Langkah Awal Menentukan Kesehatan Hati


Jenis Hepatitis Non-Infeksi

Sedangkan penyebab hepatitis yang bukan karena infeksi, antara lain:


1. Kecanduan Alkohol

Alkohol yang dikonsumsi secara berlebih akan merusak sel-sel hati dan menyebabkan terjadinya peradangan. Kondisi yang juga dikenal dengan hepatitis alkoholik ini bisa mengganggu fungsi hati, dan berkembang menjadi gagal hati maupun sirosis jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.


2. Penyakit Autoimun

Sistem kekebalan tubuh yang mengalami gangguan dan salah mengenali sel tubuh sebagai komponen yang membahayakan tubuh, dikenal dengan kondisi autoimun. Lebih jauh lagi, penyakit autoimun bisa menyerang sel manapun dalam tubuh manusia. Jika yang diserang adalah sel hati, hepatitis autoimun akan terjadi sebagai akibatnya.


3. Konsumsi Obat-obatan Tertentu

Meski semua obat yang dijual secara bebas tergolong aman, bukan berarti Anda bisa mengonsumsi tanpa memerhatikan aturan pakai. Obat, seperti paracetamol dan vitamin A, yang dikonsumsi melebihi dosis anjuran bisa saja menyebabkan hepatitis toksik maupun kerusakan hati. 


4. Perlemakan Hati

Adanya gangguan pada sistem metabolisme tubuh, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi obat maupun menderita kondisi medis tertentu, bisa memicu penumpukan lemak di sekitar hati. Tumpukan lemak yang tidak normal ini lama-kelamaan menyebabkan hati meradang, atau mengalami hepatitis.


5. Hepatitis Karena Kondisi yang Tidak Diketahui Penyebabnya

Pada beberapa kasus, dokter bisa saja tidak menemukan penyebab hepatitis yang terjadi. Kasus serupa pernah marak diperbincangkan ketika terjadi lonjakan kasus hepatitis akut misterius yang kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Sampai kini belum diketahui pasti penyebab kondisi ini, tetapi infeksi Adenovirus dan SARS-CoV-2 diduga kuat menjadi penyebab hepatitis akut misterius.


Baca juga: Sayangi Hati Anda, Hindari Konsumsi Makanan Berbahaya


Faktor Risiko terjadinya Hepatitis

Penularan penyakit hepatitis umumnya terjadi melalui fekal-oral maupun dengan kontak darah. Yang dimaksud dengan fekal-oral adalah dengan mengonsumsi makanan maupun minuman yang terkontaminasi virus hepatitis. Sedangkan kontak darah bisa saja terjadi dengan menggunakan jarum suntik yang telah digunakan oleh penderita hepatitis secara bergantian. Selain itu, ibu yang menderita hepatitis juga bisa menularkan kondisi ini ke janinnya.


Beberapa kondisi juga meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus hepatitis. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko hepatitis yang dimaksud:


  • Kurang menjaga kebersihan, termasuk jarang, bahkan tidak pernah, mencuci tangan setiap sebelum maupun setelah menggunakan kamar kecil dan makan.
  • Mengonsumsi makanan maupun minuman yang tidak terjamin kualitasnya, baik tidak diolah sampai matang maupun terkontaminasi virus hepatitis.
  • Penggunaan barang pribadi, seperti pisau cukur dan gunting kuku, secara bergantian
  • Berhubungan seksual dengan penderita hepatitis, memiliki lebih dari 1 pasangan seksual, atau merupakan seorang homoseksual yang melakukan lelaki seks lelaki.
  • Menderita HIV
  • Merupakan penerima transfusi darah atau cuci darah, yang donornya tidak melalui proses pemeriksaan sesuai dengan standar 
  • Mengonsumsi obat, baik herbal maupun yang dijual bebas serta suplemen, melebihi dosis yang dianjurkan atau tidak sesuai dengan anjuran dokter
  • Merupakan tenaga medis atau bekerja di pusat pengolahan limbah dan air



Gejala Hepatitis 

Penyakit hepatitis bisa saja terjadi secara akut maupun menetap sebagai hepatitis kronis. Kondisi ini bahkan bisa menyebabkan komplikasi berupa kerusakan sel hati, gagal hati, sirosis, maupun kanker hati, bahkan menyebabkan kematian.


Kemungkinan komplikasi hepatitis lebih besar pada mereka yang tidak mendapatkan penanganan dengan tepat. Sebab gejala hepatitis yang dikeluhkan setiap orang bisa berbeda, tergantung dari keparahan kondisinya. Namun, secara umum, berikut ini adalah gejala hepatitis yang sering ditemukan:


  • Demam
  • Lelah yang terasa sangat hebat tanpa dipicu aktivitas fisik berat
  • Mual dan muntah
  • Sakit perut
  • Penyakit kuning, atau kulit dan bagian putih pada mata tampak kekuningan
  • Nyeri sendi 
  • Tidak nafsu makan
  • Gatal di seluruh tubuh
  • Warna kotoran menjadi lebih pucat
  • Warna urine jadi lebih pekat, seperti teh
  • Berat badan berkurang tanpa direncanakan
  • Adanya penurunan kesadaran, bisa menjadi linglung bahkan hingga koma


Beberapa gejala hepatitis bisa saja terjadi secara bersamaan, tetapi munculnya setelah penderita melewati masa inkubasi yang berlangsung selama 2 minggu hingga 6 bulan. Bila Anda mulai merasakan salah satu dari beberapa gejala hepatitis di atas, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam. Jangan menunda, karena gejala bahkan bisa saja baru dirasakan ketika sudah terjadi gangguan fungsi hati. 


Diagnosis Hepatitis

Sebelum mengobati hepatitis, dokter akan terlebih dahulu memastikannya dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang akan dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang untuk memastikan hepatitis adalah dengan pengambilan darah guna mengetahui fungsi hati dan antibodi virus hepatitis, USG perut hingga biopsi hati.


Baca juga: Hindari Batu Empedu



Pengobatan Hepatitis

Penanganan yang dilakukan untuk mengobati hepatitis akan disesuaikan dengan usia, keparahan dan jenis hepatitis yang dialami, serta kondisi kesehatan masing-masing penderitanya. Tujuan penanganan bukan menyembuhkan melainkan mencegah kerusakan hati yang lebih parah, sebisa mungkin memulihkan sel hati yang tengah rusak serta meredakan gejala yang dikeluhkan.


  1. Pengobatan untuk hepatitis A umumnya tidak memerlukan penanganan khusus, karena kondisi ini akan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, dokter tetap akan meresepkan obat untuk mengurangi keluhan, seperti obat antimual dan antimuntah maupun pereda demam.
  2. Pengobatan untuk hepatitis B dan C biasa dilakukan dengan meresepkan obat antivirus maupun obat lain untuk meredakan keluhan. 
  3. Pengobatan untuk hepatitis D kronis dilakukan dengan peresepan obat untuk meredakan keluhan, dan obat antivirus yang digunakan dalam pengobatan hepatitis B, terutama dari golongan interferon dengan tujuan menghentikan penyebaran virus dan mencegah terjadinya kerusakan hati lebih lanjut.
  4. Pengobatan hepatitis E kurang lebih sama dengan pengobatan hepatitis A, yakni tanpa peresepan obat antivirus melainkan obat untuk meredakan gejala saja. Namun, pada beberapa kasus hepatitis E yang berat, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus.
  5. Pengobatan hepatitis karena infeksi cacing biasa dilakukan dengan peresepan obat anticacing.
  6. Pengobatan hepatitis autoimun kurang lebih sama dengan pengobatan autoimun lainnya, yakni menggunakan obat penekan kekebalan tubuh (imunosupresan).


Penyakit hepatitis yang menyebabkan kerusakan parah atau luas pada hati biasa akan menjadi pertimbangan bagi dokter untuk melakukan transplantasi hati. Namun, penanganan ini biasa merupakan upaya terakhir untuk mempertahankan fungsi hati penderita hepatitis, jika metode lain tidak memungkinkan.


Baca juga: Kunci Hindari Kanker Hati: Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan


FAQ


Apakah Penyakit Hepatitis Itu Berbahaya?

Tanpa penanganan yang tepat, penyakit hepatitis dapat berkembang menjadi kronis dan membahayakan penderitanya. Penyakit ini juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati.


Apakah Penyakit Hepatitis Bisa Menular?

Penyakit hepatitis, terutama hepatitis B dan C, bisa menular. Virus yang menyebabkan penyakit ini dapat menyebar melalui darah, air liur, cairan tubuh, atau kontak seksual.


Apakah Penyakit Hepatitis Bisa Sembuh dengan Sendirinya?

Hepatitis bisa sembuh dengan sendirinya, tergantung jenisnya. Hepatitis A dan E seringkali bisa sembuh tanpa pengobatan khusus, hanya memerlukan istirahat dan pola makan sehat. Namun, hepatitis B dan C membutuhkan perawatan medis yang tepat untuk mencegah kondisi menjadi kronis dan merusak fungsi organ hati. Apabila Anda merasakan gejala hepatitis, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam agar mendapatkan penanganan yang tepat. 


Hepatitis Jenis Apa yang Paling Berbahaya?

Di antara lima jenis hepatitis yang dapat menyerang, hepatitis B dan C dianggap sebagai jenis yang paling berbahaya. Tanpa perawatan yang tepat, keduanya dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang, termasuk sirosis dan kanker hati. Terlebih lagi hepatitis B dan C seringkali tidak menunjukkan gejala awal, sehingga bisa berkembang tanpa disadari. 


Mengingat komplikasi hepatitis yang bisa menyebabkan hepatitis kronis, pengerasan organ hati (fibrosis hati), sirosis hati, gagal hati, maupun kanker hati, akan lebih baik jika Anda menerapkan upaya pencegahan kondisi ini. Vaksin hepatitis A dan B cukup efektif dalam mencegah kondisi peradangan pada hati ini. Anda yang memiliki faktor risiko terutama lebih dihimbau untuk melakukan upaya ini. 


Bila ragu, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam mengenai status vaksin maupun perlunya vaksin hepatitis bagi kondisi Anda. Untuk anak-anak juga tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter spesialis anak guna memastikan status vaksin hepatitis yang dimiliki si kecil.


Namun, bagi Anda yang tengah mengalami keluhan menyerupai gejala hepatitis, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah. Dokter spesialis kami akan memeriksa dan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda. 


Pemeriksaan rutin pun bisa menjadi upaya pencegahan untuk menjaga kesehatan organ yang terletak di perut kanan atas ini. Sebab tidak semua hepatitis menunjukkan gejala pada tahap awalnya. Jadi, tidak ada salahnya memeriksakan kondisi kesehatan Anda dengan paket pemeriksaan di Executive Medical Check Up RS Pondok Indah cabang terdekat sebagai bentuk menyayangi hati.




Referensi:

  1. Dietz-Fricke C, Tacke F, et al,. Treating hepatitis D with bulevirtide–Real-world experience from 114 patients. Jhep Reports. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2589555923000174). Diakses pada 2 Juli 2024.
  2. Shen C, Jiang X, et al,. Hepatitis virus and hepatocellular carcinoma: recent advances. Cancers. 2023. (https://www.mdpi.com/2072-6694/15/2/533). Diakses pada 2 Juli 2024.
  3. World Health Organization. Hepatitis. (https://www.who.int/health-topics/hepatitis#tab=tab_1). Diakses pada 2 Juli 2024.
  4. Center for Disease Control and Prevention. Viral Hepatitis Basics. (https://www.cdc.gov/hepatitis/about/index.html). Direvisi terakhir 7 Februari 2024. Diakses pada 2 Juli 2024.
  5. Cleveland Clinic. Viral Hepatitis. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4245-hepatitis-viral-hepatitis-a-b--c). Direvisi terakhir 6 Januari 2020. Diakses pada 2 Juli 2024.
  6. Penn Medicine. Hepatitis. (https://www.pennmedicine.org/for-patients-and-visitors/patient-information/conditions-treated-a-to-z/hepatitis). Direvisi terakhir 2 Juli 2022. Diakses pada 2 Juli 2024.