Identik Kanker Serviks, Infeksi HPV Juga Bisa Sebabkan Kutil

By Tim RS Pondok Indah

Monday, 16 December 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

HPV dikenal sebagai penyebab kanker serviks dan kutil. Cari tahu cara mencegah dan mengobati infeksi HPV dalam artikel informatif ini!

Identik Kanker Serviks, Infeksi HPV Juga Bisa Sebabkan Kutil

Sebagai salah satu virus yang ditularkan melalui kontak seksual, HPV bisa saja menyebabkan gejala pada kulit yang terinfeksi, yakni berupa kutil. Meski tidak selalu berbahaya, infeksi HPV tetap perlu ditangani dengan tepat. Sebab, komplikasi HPV bisa saja berupa kanker, baik kanker serviks (pada wanita), maupun kanker anus (pada pria).


Apa itu HPV?

Human papillomavirus (HPV) adalah salah satu jenis virus DNA yang menginfeksi permukaan kulit manusia. Beberapa jenis HPV diketahui menjadi penyebab kanker serviks. Sedangkan sisanya kebanyakan tidak bergejala, atau menyebabkan terjadinya kutil.


Baik pria maupun wanita, dari kelompok umur berapapun, memiliki risiko terinfeksi HPV. Namun, gejala yang ditimbulkan bisa berbeda-beda, tergantung lokasi terinfeksinya.


Gejala HPV

Infeksi virus HPV lebih banyak asimptomatik, atau tidak menyebabkan gejala. Dari sekitar 200 jenis virus HPV yang sudah diidentifikasi, hanya 4 jenis yang paling sering menyebabkan gejala, yakni tipe 6, tipe 11, tipe 16, dan tipe 18. 

Pada kasus yang menyebabkan keluhan, gejala HPV bisa menyebabkan kutil atau tumbuhnya daging di beberapa bagian tubuh tertentu, seperti kulit kepala, leher, lengan, maupun kelamin. Berikut ini gejala HPV berdasarkan lokasi terinfeksinya:


1. Kutil kelamin

Infeksi HPV pada alat kelamin, baik wanita maupun laki-laki, biasa menimbulkan kutil kelamin berbentuk seperti kembang kol. Selain di kulit kelamin, munculnya kutil juga bisa terjadi di dubur dan menimbulkan rasa gatal.


2. Kutil di telapak kaki (plantar warts)

Bila yang terinfeksi adalah telapak kaki, gejala HPV biasanya akan tampak sebagai kutil berbentuk benjolan keras dan terasa kasar, sehingga menimbulkan gejala berupa rasa tidak nyaman saat menapak atau menginjak bagian tumbuhnya kutil.


3. Kutil di bahu, lengan, dan jari tangan

Kutil yang tumbuh pada bagian tubuh ini akan dikenali sebagai kutil datar berupa benjolan yang terasa kasar, dengan atau tanpa rasa sakit, dan lebih mudah berdarah.


4. Kutil di daerah wajah

Berbeda dengan kutil di bagian tubuh lain, tumbuhnya kutil di wajah memiliki permukaan yang datar (flat warts). Meski bisa saja tumbuh di bagian wajah mana pun, rahang bawah menjadi lokasi paling sering tumbuh kutil wajah pada anak-anak.

Jika Anda mengalami gejala infeksi HPV berupa tumbuhnya kutil, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter spesialis kulit dan kelamin.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Kewanitaan



Penyebab HPV

Penyebab infeksi HPV adalah virus human papilloma yang ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit penderitanya. Berikut ini adalah beberapa rute penularan HPV yang bisa terjadi:


  • Kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi atau lokasi tumbuhnya kutil.
  • Kontak seksual, baik melalui hubungan seksual yang dilakukan dari vagina, seks anal atau oral, maupun penggunaan sex toy yang telah tercemar dengan HPV.
  • Dari ibu ke anak, saat proses persalinan normal.


Faktor Risiko HPV

Meski kebanyakan terjadi karena kontak langsung, ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang tertular HPV. Beberapa kondisi merupakan faktor risiko infeksi HPV, antara lain:


  • Menerapkan kebiasaan seksual yang tidak sehat, termasuk memiliki lebih dari 1 pasangan seksual maupun sering bergonta-ganti pasangan seksual
  • Berhubungan seksual secara anal (melalui dubur), termasuk kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL)
  • Menderita penyakit menular seksual, seperti gonore atau chlamydia
  • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, terutama penderita HIV/AIDS
  • Memiliki luka terbuka di kulit


Diagnosis HPV

Agar penanganan yang tepat dapat dilakukan, dokter spesialis kulit dan kelamin akan menegakkan diagnosis HPV dengan melakukan sejumlah pemeriksaan. Dimulai dengan anamnesis untuk mengumpulkan informasi terkait infeksi HPV, termasuk gejala, riwayat aktivitas seksual yang tidak sehat, serta kondisi medis yang pernah maupun tengah dialami.


Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter sesuai dengan hasil anamnesis bertujuan untuk melihat adanya kutil maupun gejala infeksi HPV yang dikeluhkan pasien. Namun, kutil bisa saja tidak tumbuh di kulit. Bahkan infeksi HPV pada kelamin wanita berisiko menyebabkan kanker serviks (kanker leher rahim). 


Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai kemungkinan infeksi HPV berkembang menjadi kanker serviks, termasuk tes inspeksi visual asam asetat (IVA), Pap smear, tes HPV DNA.


Sedangkan untuk kasus infeksi HPV pada kelamin pria, tidak ada skrining khusus yang bisa dilakukan. Pap smear anus (anal Pap smear/anal Pap test) yang dilakukan setiap 2-3 tahun sekali hanya akan disarankan untuk mereka yang berisiko mengalami infeksi HPV dan bukan merupakan penderita HIV/AIDS. Sedangkan untuk penderita HIV/AIDS, pemeriksaan disarankan untuk dilakukan lebih sering, yakni 1-2 tahun sekali.


Baca juga: Mengenal Apa Itu ThinPrep untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Lebih Akurat



Penanganan HPV

Kebanyakan kasus infeksi HPV dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan penanganan khusus. Namun, untuk mengobati kutil yang muncul, dokter dapat memberikan pengobatan HPV berupa:


1. Pemberian obat oles

Dokter spesialis kulit dan kelamin dapat memberikan obat oles yang bertujuan untuk mengikis lapisan kutil secara bertahap.


2. Pengangkatan kutil

Pengangkatan kutil hanya akan dilakukan ketika pengobatan dengan salep atau krim tidak berhasil. Berikut ini adalah beberapa metode operasi kutil yang bisa dilakukan:


  • Krioterapi atau membekukan kutil dengan cairan dingin
  • Kauter atau memotong kutil dengan dibakar
  • Terapi sinar laser
  • Operasi


Meski bisa dihilangkan, penanganan HPV yang dilakukan oleh dokter tidak bisa membunuh virus HPV. Jadi, kemungkinan kambuhnya kutil masih bisa terjadi bila HPV masih ada di dalam tubuh.


Komplikasi HPV

Meski kebanyakan bisa sembuh sendiri, infeksi HPV dapat menyebabkan komplikasi sehingga perlu ditangani dengan tepat. Beberapa komplikasi HPV yang tidak mendapatkan penaganan dengan sesuai adalah sebagai berikut ini:


  • Luka di mulut dan saluran pernapasan atas, baik di lidah, tenggorokan, laring, atau hidung.
  • Gangguan kehamilan dan persalinan, pada wanita hamil yang menderita infeksi HPV dengan kutil kelamin, termasuk pertumbuhan kutil kelamin yang menghalangi jalan lahir, perdarahan, maupun penularan infeksi HPV ke bayi saat dilahirkan.
  • Gangguan pada organ reproduksi, seperti erosi serviks.
  • Kanker, termasuk kanker serviks, kanker penis, kanker anus, kanker lidah, dan kanker pada saluran pernapasan atas. 


Pencegahan HPV

Langkah utama untuk mencegah penularan infeksi HPV adalah melakukan vaksinasi HPV. Selain dengan melengkapi status vaksinasi HPV, berikut ini adalah upaya pencegahan infeksi HPV yang bisa Anda lakukan:


  • Menerapkan perilaku seksual yang sehat, yakni dengan setia hanya pada 1 pasangan seksual, dan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks dengan pasangan yang belum diketahui status infeksi HPV nya
  • Menjaga kebersihan dengan tidak menyentuh kutil secara langsung, atau segera mencuci tangan jika tidak sengaja menyentuhnya
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan lebih dini, sehingga bisa lebih cepat mendapatkan penanganan yang sesuai
  • Tidak menggunakan alat pribadi, terutama pakaian dalam, secara bergantian


Baca juga: Mengenal Kanker Ovarium, dari Penyebab Hingga Penanganannya



Mengingat gejala HPV tidak selalu spesifik, Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Pondok Indah cabang terdekat, terutama bagi yang memiliki risiko tinggi. 


Selain pemeriksaan, dokter kulit kami akan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda, termasuk pemberian vaksin HPV, jika diperlukan. Dengan demikian, infeksi HPV dapat dicegah sehingga tidak menyebabkan keluhan yang mengganggu, bahkan hingga menyebabkan komplikasi.


FAQ


Apakah HPV Menyebabkan Gatal Tanpa Kutil?

Dalam beberapa kasus, infeksi virus HPV (Human Papillomavirus) dapat menyebabkan gejala seperti gatal, meskipun tanpa kutil yang terlihat. Infeksi HPV sering kali tanpa gejala, tetapi beberapa tipe virus bisa menyebabkan iritasi atau gatal di area genital.


Kutil HPV Seperti Apa?

Kutil yang disebabkan oleh HPV biasanya tampak sebagai benjolan kecil yang berbentuk daging atau berwarna kecoklatan/merah muda. Kutil HPV terkadang menimbulkan rasa gatal atau nyeri. Selain itu, kutil kelamin akibat infeksi HPV biasanya memiliki bentuk mirip kembang kol dan cenderung tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi bisa menular.


Apakah HPV Bisa Hilang Sendiri?

Dalam beberapa kasus infeksi ringan, HPV bisa hilang dengan sendirinya. Sistem kekebalan tubuh seringkali dapat mengatasi infeksi ini dalam waktu beberapa bulan hingga dua tahun. Namun, pada beberapa orang, HPV dapat tetap aktif dan menyebabkan masalah kesehatan lebih serius, seperti menimbulkan kanker serviks atau kanker lainnya.


Apakah Virus HPV Bisa Hilang dengan Sabun?

Sabun tidak dapat menghilangkan virus HPV. Sebab HPV pada dasarnya adalah virus yang menginfeksi lapisan kulit atau membran mukosa, sedangkan sabun hanya membantu membersihkan kuman di permukaan kulit.


Referensi:

  1. Bruni L, Albero G, et al,. Global and regional estimates of genital human papillomavirus prevalence among men: a systematic review and meta-analysis. The Lancet Global Health. 2023. (https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00305-4/fulltext). Diakses pada 9 Desember 2024.
  2. Oyouni AA. Human papillomavirus in cancer: Infection, disease transmission, and progress in vaccines. Journal of infection and public health. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1876034123000564). Diakses pada 9 Desember 2024.
  3. Williamson AL. Recent developments in human papillomavirus (HPV) vaccinology. Viruses. 2023. (https://www.mdpi.com/1999-4915/15/7/1440). Diakses pada 9 Desember 2024.
  4. World Health Organization. Human Papillomavirus and Cancer. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/human-papilloma-virus-and-cancer). Direvisi terakhir 5 Maret 2024. Diakses pada 9 Desember 2024.
  5. American Cancer Society. What Is HPV (Human Papillomavirus)? (https://www.cancer.org/cancer/risk-prevention/hpv/what-is-hpv.html). Direvisi terakhir 30 April 2024. Diakses pada 9 Desember 2024.
  6. Centers for Disease Control and Prevention. About HPV. (https://www.cdc.gov/hpv/about/index.html). Direvisi terakhir 3 Juli 2024. Diakses pada 9 Desember 2024.
  7. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peran Infeksi Human papilloma Virus (HPV) Pada Kejadian Kanker Serviks. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2884/peran-infeksi-human-papilloma-virus-hpv-pada-kejadian-kanker-serviks). Direvisi terakhir 26 Oktober 2023. Diakses pada 9 Desember 2024.
  8. National Cancer Institute. HPV and Cancer. (https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/infectious-agents/hpv-and-cancer). Direvisi terakhir 18 Oktober 2023. Diakses pada 9 Desember 2024.
  9. Cleveland Clinic. HPV (Human Papillomavirus). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11901-hpv-human-papilloma-virus). Direvisi terakhir 21 Oktober 2024. Diakses pada 9 Desember 2024.
  10. Mayo Clinic. HPV infection. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hpv-infection/symptoms-causes/syc-20351596). Direvisi terakhir 12 Oktober 2021. Diakses pada 9 Desember 2024.