Terapi endovaskular invasif minimal adalah metode yang digunakan dalam penanganan stroke untuk mengatasi penyumbatan dan perdarahan pada pembuluh darah di otak.
Stroke adalah kondisi darurat yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu sehingga menyebabkan kerusakan jaringan otak. Jenis stroke bisa dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu stroke yang terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah (stroke iskemik) atau akibat kebocoran pembuluh darah (stroke hemoragik).
Selain itu, ada pula mini stroke atau serangan iskemik sementara (Transient Ischemic Attack/TIA), yang disebabkan oleh penyumbatan sementara pada pembuluh darah otak. TIA dapat memperlihatkan gejala stroke ringan dengan hasil pemeriksaan yang normal. Namun, kondisi sering kali menjadi peringatan dini sebelum stroke terjadi.
Pada artikel ini akan dibahas bagaimana terapi endovaskular invasif minimal dapat menangani stroke iskemik maupun stroke hemoragik secara efektif. Dengan terapi ini, dokter dapat mengatasi penyumbatan atau pendarahan penyebab stroke tanpa memerlukan operasi besar. Stroke dapat ditangani secara cepat dan langsung pada penyebabnya. Keunggulan lainnya adalah risiko komplikasi yang lebih rendah dan masa pemulihan pasien yang lebih cepat.
Stroke iskemik biasanya terjadi akibat gumpalan darah dan penumpukan lemak di pembuluh darah otak. Sementara itu, penyebab stroke hemoragik terbanyak adalah pecahnya aneurisma, yaitu pembuluh darah yang menggelembung dan mudah pecah akibat dindingnya yang lemah. Stroke hemoragik juga bisa terjadi akibat kelainan bentuk pembuluh darah, yaitu arteriovenous malformation (AVM).
Terapi endovaskular invasif minimal digunakan untuk menangani stroke, baik stroke iskemik maupun hemoragik, yaitu dengan:
Baca juga: Aneurisma Otak, Bom yang Tidak Selalu Disadari Kehadirannya
Terapi endovaskular invasif minimal dilakukan oleh dokter spesialis radiologi intervensi, yang sudah terlatih secara khusus untuk menangani kasus ini.
Prosedur minimal invasif ini dilakukan dengan cara memasukkan kateter (seperti selang kecil) melalui sayatan kecil pada kulit, biasanya pada pangkal paha. Kateter selanjutnya akan diarahkan ke pembuluh darah di kepala yang akan menuju otak.
Sebelum melakukan tindakan untuk menangani stroke, dokter akan melakukan angiografi serebral untuk memetakan pembuluh darah di otak sekaligus melihat pembuluh darah yang bermasalah. Caranya adalah dengan menyuntikkan zat kontras ke pembuluh darah otak melalui kateter yang sudah dimasukkan.
Setelah zat kontras tersebar, dokter dapat melihat di monitor peta pembuluh darah otak dan masalah yang terjadi, seperti perdarahan, penyumbatan pembuluh darah, atau kelainan pembuluh darah, seperti aneurisma atau AVM. Dari situ, dokter dapat menentukan terapi yang tepat, apakah itu trombolisis (pelarutan gumpalan darah) atau embolisasi (penghentian perdarahan).
Baca juga: Evaluasi Akurat Saat Golden Period
Sebagai kondisi darurat medis, stroke memerlukan penanganan yang cepat. Salah satu prinsip utama dalam penanganan stroke adalah "Time is Brain", yang menekankan pentingnya waktu. Semakin lama otak kekurangan suplai darah, semakin besar kerusakan yang terjadi. Kerusakan otak permanen, kecacatan jangka panjang, atau bahkan kematian bisa terjadi.
Terapi endovaskular invasif minimal memiliki beberapa keunggulan dalam menangani stroke, di antaranya:
Baca juga: Minimalkan Risiko Stroke dengan MRA
Risiko stroke berulang cukup tinggi dalam 12 bulan pertama setelah serangan awal, terutama pada pasien yang pernah mengalami TIA. Sekitar 8–12% pasien mengalami stroke kedua dalam 1 tahun setelah serangan pertama. Sementara itu, pasien yang mengalami TIA memiliki risiko sebesar 5–7% untuk terkena serangan stroke dalam 1 minggu setelah serangan TIA.
Oleh karena itu, manajemen pencegahan yang tepat sangat penting. Langkah pencegahan ini melibatkan diagnosis dan terapi yang tepat oleh dokter spesialis radiologi intervensi dan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang kompeten, terutama dalam penggunaan media kontras dan proteksi radiasi.
Terapi endovaskular invasif minimal adalah solusi modern untuk mengatasi stroke, baik stroke iskemik maupun hemoragik. Prosedur ini tidak hanya efektif, tetapi juga meminimalkan risiko efek samping dan mempercepat pemulihan.
Untuk mendeteksi stroke, pendekatan sederhana seperti Face, Arm, Speech Test (FAST) sering digunakan. Jika Anda melihat seseorang menunjukkan gejala wajah tidak simetris, kelemahan pada lengan, atau bicara cadel, segera cari bantuan medis ke IGD rumah sakit terdekat.
RS Pondok Indah menyediakan layanan terapi endovaskular invasif minimal dengan tim medis yang berpengalaman untuk membantu menangani stroke secara cepat dan efektif.
Baca juga: Cegah Stroke Sekarang!
Terapi endovaskular invasif minimal dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke pembuluh darah, biasanya di kaki atau lengan, untuk mencapai area yang membutuhkan perbaikan. Dibandingkan dengan prosedur bedah tradisional, teknik ini dapat membantu memperlebar arteri yang menyempit atau memperbaiki aneurisma tanpa memerlukan sayatan besar.
Perbedaan kedua prosedur medis ini terletak pada teknik yang digunakan dan dampaknya pada pasien. Prosedur bedah atau terapi endovaskular bersifat invasif minimal dan memanfaatkan kateter tanpa sayatan besar. Jadi, penggunaan teknik ini membantu meminimalisir risiko infeksi dan komplikasi sekaligus mempercepat proses pemulihan.
Di sisi lain, bedah vaskular tradisional melibatkan pembedahan terbuka dengan sayatan lebih besar untuk mengakses pembuluh darah langsung. Biasanya, prosedur ini digunakan untuk menangani kasus yang lebih kompleks.
Waktu optimal dilakukannya terapi endovaskular bergantung pada kondisi pasien, tetapi terapi ini maksimal dilakukan dalam waktu enam hingga delapan jam sejak gejala stroke pertama muncul. Idealnya, tindakan medis ini dilakukan secepat mungkin atau berdasarkan rekomendasi dokter.