Jaga Kesehatan Telinga di Usia Produktif

Wednesday, 16 October 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Bagian telinga dibagi menjadi luar, tengah, dan dalam. Setiap bagian telinga memiliki gangguan pendengaran yang kerap mengintai. Waspadai gangguannya di sini.

Jaga Kesehatan Telinga di Usia Produktif

Bagian-bagian Telinga dan Masalah Pendengarannya

Secara anatomi, telinga sebagai organ pendengaran manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian: luar, tengah, dan dalam. Setiap bagian memiliki permasalahan tersendiri.


1. Telinga Luar

Permasalahan pada bagian ini paling umum terkait dengan kotoran telinga (ear wax). Kotoran telinga merupakan kumpulan sel kulit mati yang bercampur dengan kelenjar minyak di kulit menjadi bentuk yang tampak seperti zat lunak berwarna kuning hingga cokelat.


Kotoran telinga secara medis dikenal dengan istilah serumen, yang terdapat pada sepertiga liang telinga. Serumen ini memiliki banyak fungsi, antara lain mencegah masuknya binatang kecil ke dalam telinga, serta menjaga sterilisasi liang telinga. Serumen juga bertindak sebagai pelembab alami yang mencegah kekeringan kulit liang telinga. Serumen akan mengalami proses regenerasi dan pembersihan secara alami, sehingga sebaiknya proses ini tidak diganggu.


Jika Anda melakukan intervensi dari proses alami serumen, seperti membersihkan telinga dengan cotton bud, mengorek telinga dengan jari, atau penggunaan earphone yang masuk hingga ke bagian dalam telinga, dapat menyebabkan serumen terdorong ke dalam, menggumpal, dan menumpuk sehingga mengakibatkan berbagai penyakit dan mengganggu pendengaran.


Perilaku-perilaku ini akan mendorong kotoran telinga dari tempat seharusnya, bahkan sampai menutupi gendang telinga. Belum lagi penyakit-penyakit lain seperti infeksi telinga luar (otitis eksterna), jamur pada telinga, sampai risiko pecahnya gendang telinga. Dan lagi, liang telinga yang terlalu kering dapat membuat kulit di bagian ini menjadi iritasi yang berakibat rasa gatal.


2. Telinga Tengah 

Gendang telinga merupakan selaput tipis yang membatasi telinga luar dan telinga tengah. Selain berfungsi untuk proteksi agar menjaga rongga telinga steril, gendang telinga juga menghantarkan suara yang diterima dari luar ke dalam rumah siput (koklea). Saat tertutup kotoran, getaran yang seharusnya diterima gendang telinga menjadi terhalang. Pendengaran pun menjadi terganggu, hal ini disebut sebagai tuli konduksi/tuli hantaran.


Telinga tengah sendiri merupakan rongga di dalam gendang telinga. Di dalam rongga tersebut terdapat tulang pendengaran yang menjadi penghantar suara dari gendang telinga ke dalam rumah siput. Rongga ini berhubungan ke dalam rongga hidung melalui saluran yang disebut saluran Eustachius.


Tuli konduksi pun dapat terjadi jika ruangan yang harusnya berisi udara ini terisi oleh cairan, misalnya lendir ingus yang masuk melalui saluran Eustachius ke rongga telinga tengah. Hal ini biasanya terjadi ketika naik pesawat atau lift (posisi turun) atau perilaku membuang ingus saat hidung tersumbat.


Lendir yang mengisi rongga tengah akan menghambat peran tulang pendengaran dalam mengantarkan getaran yang diterima dari gendang telinga. Pendengaran pun jadi menurun.


Selain itu, ingus yang berisi virus dan kuman dapat menyebabkan radang telinga tengah (otitis media). Penyakit ini dapat menyebabkan telinga meradang, infeksi, bahkan pecahnya gendang telinga. Gendang telinga yang pecah memerlukan tindakan operasi.


Kelainan lain yang dapat terjadi pada telinga tengah adalah otosklerosis. Otosklerosis adalah penyakit pengapuran pada sendi tulang pendengaran. Penyakit ini mengakibatkan kakunya tulang dan dapat membuat gangguan pendengaran tipe konduksi yang berat. Solusi penyakit ini adalah operasi penggantian tulang pendengaran menggunakan prostesis/tulang buatan.


3. Telinga Dalam

Pada bagian telinga dalam, salah satu permasalahan yang kerap pada kelompok usia produktif adalah sudden deafness (tuli mendadak)—penurunan kualitas pendengaran yang terjadi secara mendadak tanpa adanya permasalahan pada sistem hantaran. Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan pada koklea (rumah siput).


Seperti halnya organ di seluruh tubuh, rumah siput memerlukan oksigen yang dibawa oleh sel darah. Terganggunya suplai oksigen menyebabkan rumah siput membengkak.


Belum diketahui dengan pasti penyebab terjadinya gangguan ini, meski ada kemungkinan dipicu oleh stres, kolesterol, atau pembekuan darah. Penyakit ini biasanya ditangani dengan pemberian obat antiinflamasi yang kuat.


Organ rumah siput berhubungan secara langsung dengan organ keseimbangan yang disebut kanal semi-sirkuler. Organ ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan seseorang secara simetris yang terdapat di dalam kedua telinga. Vertigo atau pusing berputar dapat terjadi akibat kerusakan dari struktur kanal semi-sirkuler.


Permasalahan lain yang kerap terjadi adalah akibat bising. Para pekerja yang berada di lingkungan bising, berisiko tinggi mengalami hal ini. Sayangnya, meski sudah ada anjuran menggunakan pelindung telinga tapi banyak pekerja yang tidak memakainya. Terpapar suara bising dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada telinga.


Jika hanya sesekali, seperti ketika menonton konser, telinga dapat melakukan perbaikan alami dari kerusakan tersebut. Tapi jika berlangsung terus-menerus, kerusakan menjadi permanen. Ketika terjadi kerusakan permanen, alat bantu dengar (ABD) menjadi satu-satunya solusi untuk membantu pendengaran.


Pemeriksaan Pendengaran

Gaya hidup, terutama di kota besar, yang akrab dengan lingkungan bising membuat pemeriksaan pendengaran menjadi hal yang penting dilakukan. Pemeriksaan ini setidaknya dilakukan rutin setiap tiga hingga lima tahun sekali.


Sementara bagi yang berprofesi di lingkungan yang bising, perlu melakukannya sekali setiap tahun. Audiometri merupakan pemeriksaan standar untuk pendengaran. Sementara untuk pemeriksaan mandiri, dapat memanfaatkan aplikasi audiometri yang saat ini banyak tersedia untuk smartphone (meski akurasinya rendah karena sistem tersebut tanpa kalibrasi).