Macam-macam Gangguan Menstruasi yang Tidak Boleh Disepelekan

Tuesday, 24 December 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Macam-macam gangguan menstruasi meliputi tidak datang menstruasi, darah menstruasi berlebihan, nyeri menstruasi, hingga menstruasi jarang. Simak selengkapnya!

Macam-macam Gangguan Menstruasi yang Tidak Boleh Disepelekan

Menstruasi merupakan proses alami luruhnya dinding rahim (endometrium) akibat tidak terjadinya kehamilan. Normalnya, proses ini mulai terjadi pada remaja wanita berusia 8-14 tahun, selama 2-7 hari, dengan siklus 21-45 hari, dan berakhir saat wanita tersebut mengalami menopause. Lamanya periode dan siklus menstruasi bervariasi pada setiap individu.


Ada tiga hal yang berperan dalam proses terjadinya menstruasi, yakni otak, indung telur atau ovarium, serta rahim. Otak akan memberikan sinyal yang memerintahkan ovarium untuk menumbuhkan sel telur, dan menghasilkan hormon yang akan ditangkap oleh rahim untuk menghasilkan darah menstruasi.


Adanya gangguan pada otak, fungsi ovarium, kelainan anatomi rahim, atau alat kelamin lainnya berpotensi mengganggu proses menstruasi.


Jenis-jenis Gangguan Haid/Menstruasi

Gangguan menstruasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:


1. Tidak Datang Menstruasi (Amenorea)

Diambil dari Bahasa Latin, amenorea memiliki arti 'tidak menstruasi'.


Ada dua kondisi amenorea, yakni:


A. Amenorea Primer

Jika seorang wanita usia 14 tahun belum mengalami menstruasi dan belum menunjukkan tanda pertumbuhan payudara, atau jika seorang wanita belum juga menstruasi meski usianya sudah 16 tahun.


Kelainan pada amenorea primer dapat berkaitan dengan kegagalan pembentukan rahim sejak lahir, kegagalan fungsi ovarium akibat kelainan kromosom, atau kegagalan fungsi pada pusat pengatur menstruasi di otak akibat kelainan bawaan. Karenanya, wanita tersebut tidak mengalami menarche (menstruasi pertama) yang normalnya dialami pada usia 12-13 tahun.


B. Amenorea Sekunder (Acquired Amenorrhea)

Ketika seorang wanita yang sebelumnya menstruasi secara normal dan teratur, tiba-tiba berhenti menstruasi selama 3 bulan atau lebih.


Amenorea sekunder lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor yang didapat pada masa reproduksi, seperti stres, depresi, penurunan atau kenaikan berat badan yang terlalu ekstrem, overexercise atau terlalu keras berolahraga, dan efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu.


Selain itu dapat juga disebabkan oleh kehamilan, masa menyusui, atau penggunaan kontrasepsi hormonal tertentu, bahkan kanker pada organ reproduksi wanita.


Baca juga: Apakah PCOS Bisa Hamil? Harapan Memiliki Keturunan Bagi Wanita dengan PCOS



2. Darah Menstruasi Berlebihan (Menoragia)

Menorrhagia adalah gangguan menstruasi berupa keluarnya darah menstruasi secara berlebihan. Hal ini ditandai dengan penggunaan pembalut yang banyak, yakni lebih dari 5 pembalut per hari, atau durasi menstruasi yang berlangsung lebih dari 5-7 hari. Selain itu, keluarnya gumpalan darah yang sangat besar juga bisa menjadi salah satu gejala dari menorrhagia.


Salah satu penyebab gangguan menstruasi ini adalah meningkatnya penebalan permukaan dinding rahim akibat adanya pertumbuhan tumor jinak di dalam lapisan otot rahim seperti mioma/adenomiosis.


Selain itu, jenis ganggan menstruasi ini juga dapat disebabkan oleh pertumbuhan tumor jinak di dalam rongga rahim seperti polip atau penyakit keganasan pada dinding rahim, dan kelainan yang bersifat non-struktural seperti kelainan fungsi pembekuan darah, gangguan keseimbangan hormon, atau akibat penggunaan obat-obatan tertentu.


Kehilangan jumlah darah menstruasi yang banyak dalam waktu lama bisa menjadi risiko terjadinya anemia.


3. Nyeri Menstruasi (Dismenorea)

Dismenorea adalah kondisi di mana wanita mengalami nyeri luar biasa saat menstruasi. Gejalanya berupa nyeri atau kram di perut bagian bawah yang berlangsung terus menerus, dan kadang menyebar hingga ke punggung bawah serta paha.


Rasa nyeri tersebut juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, dan umumnya terjadi di hari-hari pertama menstruasi saat jumlah darah menstruasi keluar cukup banyak. Tingkatan nyeri semakin menurun saat jumlah darah menstruasi semakin berkurang jumlahnya. 


Dismenorea berdasarkan kejadiannya dapat dibagi menjadi dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang terjadi sejak seorang wanita pertama kali mendapatkan menstruasi (menarche). Hal ini umumnya terjadi akibat produksi hormon prostaglandin yang berlebihan.


Sedangkan pada dismenorea sekunder, wanita tersebut tidak pernah mengalami nyeri haid sebelumnya. Kondisi ini seringkali dihubungkan dengan berbagai penyakit, misalnya endometriosis.


Baca juga: Kista Ovarium: Waspadai Nyeri Saat Haid


4. Menstruasi yang Jarang (Oligomenorea)

Siklus menstruasi dikatakan teratur jika menghasilkan sel telur matang (ovulasi), yang ditandai dengan panjang siklus terpendek 21 hari, dan siklus terpanjang 35 hari. Wanita dengan oligomenorea umumnya mengalami menstruasi kurang dari 8-9 kali dalam setahun, sehingga mengakibatkan gangguan kesuburan.


Oligomenorea dapat terjadi pada masa remaja akibat belum baiknya komunikasi antara otak dengan ovarium.


Selain itu, dapat terjadi pula pada masa reproduksi yang ditandai dengan gangguan perkembangan sel telur dan gangguan keseimbangan hormon. Hal ini juga bisa terjadi saat memasuki masa menopause akibat menurunnya jumlah cadangan sel telur di ovarium.


5. Kumpulan Gejala Menjelang Menstruasi (Pre-Menstrual Syndrome/PMS)

Kurang lebih dalam kurun waktu 2 minggu menjelang menstruasi, banyak wanita yang mengalami perubahan pada fisik (misalnya perut kembung atau keluhan pada saluran cerna lainnya), maupun psikisnya (perubahan suasana hati/mood). Umumnya keluhan ini tidak terlalu mengganggu.


Namun, ada beberapa kasus gejala PMS yang perubahan fisiknya cukup berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, atau perubahan psikisnya menimbulkan ketidaknyamanan di lingkungan sekitar. Kondisi ini dikenal dengan PMDD atau Premenstrual Dysphoric Disorder.


Penyebab PMDD dan PMS belum diketahui secara pasti, tetapi kondisi ini diduga karena adanya fluktuasi hormon pada siklus menstruasi yang memicu terjadinya perubahan fisik maupun psikis tersebut. Penanganan setiap jenis gangguan menstruasi berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya. Umumnya, terapi obat-obatan bisa membantu mengatasi kondisi ini.


Namun, beberapa gangguan yang mungkin memerlukan tindakan lebih invasif, seperti tindakan pembedahan atau operasi. Jika Anda mengalami gangguan menstruasi, sebaiknya konsultasikan segera ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.


Tim dokter spesialis fertilitas dan IVF RS Pondok Indah IVF Centre siap memberikan layanan profesionalnya dalam mendiagnosis dan menangani gangguan menstruasi, yang bisa saja menghambat Anda dan pasangan dalam mendapatkan keturunan.


Baca juga: Kenali Jenis Pemeriksaan dan Metode Program Kehamilan



FAQ


Apa Penyebab Utama Gangguan Menstruasi?

Penyebab utama gangguan menstruasi adalah ketidakseimbangan hormon. Selain itu, stres, perubahan berat badan drastis, gangguan tiroid, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan penggunaan alat kontrasepsi juga bisa menyebabkan terjadinya perdarahan menstruasi yang tidak normal.


Bagaimana Cara Mengatasi Menstruasi yang Tidak Normal?

Mengatasi menstruasi tidak normal bisa dengan menjaga pola makan sehat, mengelola stres, rutin olahraga, dan konsultasi dokter untuk terapi hormon atau obat, bila diperlukan.


Apa Perbedaan Oligomenorea dan Polimenorea?

Oligomenorea adalah kondisi ketika siklus menstruasi menjadi jarang, biasanya lebih dari 35 hari antara periode. Sebaliknya, polimenorea adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya, kurang dari 21 hari.


Keduanya merupakan gangguan menstruasi yang dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, stres, atau masalah kesehatan reproduksi yang lain. Jika kondisi ini terus berlanjut, konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk evaluasi lebih lanjut.


Penyakit Apa yang Mempengaruhi Menstruasi?

Beberapa penyakit yang bisa memengaruhi menstruasi meliputi sindrom ovarium polikistik (PCOS), gangguan tiroid, endometriosis, fibroid rahim, dan gangguan hormon lainnya. Penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit autoimun juga dapat memengaruhi siklus menstruasi.


Jika Anda mengalami haid yang tidak teratur atau disertai gejala lain seperti nyeri hebat, segera konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mendapat pemeriksaan, diagnosis serta pengobatan yang tepat.