Penyembuhan kanker melibatkan terapi tepat seperti operasi, kemoterapi, radiasi, pola hidup sehat dan dukungan medis untuk tetap dapat beraktivitas maksimal.
Dalam beberapa tahun belakangan, angka penderita kanker payudara di Indonesia memang meningkat. Hal ini tidak perlu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Pasalnya, ada beberapa faktor.
Yang pertama adalah semakin membaiknya jaminan kesehatan di negeri ini yang memungkinkan setiap orang mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Selain itu, maraknya gerakan pemeriksaan mandiri membuat semakin banyak penderita kanker payudara yang sudah mengetahui kondisi mereka di tahap awal.
Hal lain adalah bahwa orang Asia memiliki kecenderungan mengalami kanker payudara di usia yang lebih awal (sekitar 40-an tahun) dibanding orang Amerika atau Eropa (sekitar usia 50 – 60 tahun).
Kondisi ini tentu bukan hal yang mengenakkan. Pada usia tersebut, bisa dibilang seseorang sedang mencapai puncak karier. Menjadi suatu penghambat jika saat menjalani fase puncak itu dibayangi dengan pengobatan kanker payudara.
Pada dasarnya, tentu tidak ada seorang pun yang ingin menderita penyakit, termasuk kanker payudara. Tapi ketika kondisi itu dialami, jalan terbaik adalah menjalani proses pengobatan hingga tuntas.
Dan mengenai pengobatan kanker payudara, kemajuan teknologi kesehatan memungkinkan penderita tetap bisa beraktivitas selama menjalani proses pengobatan.
Secara umum, terdapat lima jenis tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani kanker payudara.
Pemilihan tindakan yang dilakukan sangat tergantung pada kasus yang dihadapi (dengan memperhatikan stadium kanker, sifat kanker, kondisi pasien, dan lainnya).
Dari lima tindakan yang bisa dilakukan untuk menangani kanker payudara, kemoterapi bisa dibilang menjadi tindakan dengan efek yang dapat mengganggu pasien untuk beraktivitas (karena bisa menyebabkan mual dan muntah).
Beruntungnya saat ini kemoterapi sudah didukung obat-obatan yang dapat meringankan efek dari kemoterapi. Misalnya penggunaan antimual dengan formula baru atau penggunaan obat-obatan yang dapat menunjang kebugaran fisik pasien sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasa setelah menjalani kemoterapi. Pasien yang menjalani kemoterapi pun kini tidak lagi harus menginap di rumah sakit. Bahkan, ada yang hanya perlu datang ke klinik untuk mendapatkan suntikan lalu dapat kembali beraktivitas.
Terlebih jika pasien ditangani dengan tindakan yang terbaru, target therapy. Terapi ini dilakukan dengan berfokus hanya pada sel kanker sehingga tidak menimbulkan efek pada sel-sel lain (tidak menyebabkan kerontokan rambut atau menimbulkan rasa mual dan muntah). Tindakan ini memungkinkan pasien untuk dapat beraktivitas seperti biasa tanpa adanya gangguan atau hambatan yang berarti.
Yang terpenting, pasien harus menjaga kondisi kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat. Mengonsumsi asupan empat sehat lima sempurna merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Saat menjalani masa perawatan, perlu menambah porsi asupan mineral (sayur dan buah-buahan) dan protein (terutama albumin yang berfungsi memperbaiki sel rusak. Albumin bisa didapat dari putih telur).
Tidak jarang pasien menggabungkan pengobatan herbal selama menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Sampai saat ini masih diperlukan uji klinis dan penelitian lebih mendalam mengenai keampuhan kandungan herbal sebagai obat kanker.
Yang dikhawatirkan, obat-obatan herbal malah membuat tubuh pasien menjadi resisten terhadap obat-obatan untuk penyembuhan kanker atau malah membuat sel kanker menjadi tambah subur.
Perkembangan teknologi kesehatan memungkinkan tindakan operasi kanker payudara dengan tetap mempertahankan bentuk payudara. Meski telah diobati, ada kemungkinan sel kanker kembali muncul—mungkin di tempat yang lain. Karenanya penting untuk melakukan pengecekan secara berkala.
Proses penyembuhan kanker, termasuk kanker payudara, tidak hanya berdasar dari tindakan yang dilakukan. Semangat dari pasien untuk dapat sembuh juga sangat penting. Semangat ini dapat tumbuh jika pasien mendapat dukungan dari orang-orang terdekat (misal pasangan dan keluarga).
Penanganan kanker juga memerlukan waktu yang lama. Misalnya seorang pasien ditangani dengan operasi. Setelah dirawat dua hari, dia akan beristirahat selama dua bulan baru kemudian dapat kembali beraktivitas.
Setelahnya, harus menjalani kemoterapi (sekitar lima bulan) dan radiasi (sekitar satu bulan). Dan jika berjalan dengan baik, pasien ini masih harus menjalani pengobatan hormonal selama setidaknya lima tahun dan melakukan pemantauan berkala yang interval waktunya disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dalam menjalani proses itu, dukungan dari orang-orang terdekat tentu sangat dibutuhkan. Semangat pasien juga dapat tumbuh dengan mengikuti komunitas sesama penderita kanker yang sekarang banyak muncul di berbagai kota.
Pengobatan kanker payudara umumnya meliputi operasi pengangkatan tumor, kemoterapi, radioterapi, atau terapi hormon, tergantung stadium dan jenis kanker.
Efek samping radioterapi kanker payudara meliputi kulit kemerahan dan terasa panas, kelelahan, pembengkakan, serta perubahan tekstur kulit di area yang diradiasi. Kadang, pasien juga merasa nyeri. Efek ini biasanya sementara dan dapat mereda seiring waktu setelah terapi selesai.
Terapi kanker payudara yang minim gangguan aktivitas meliputi terapi hormon dan terapi target. Terapi ini bekerja langsung pada sel kanker dengan efek samping lebih ringan dibanding kemoterapi atau radioterapi, sehingga pasien bisa menjalani kegiatan sehari-hari dengan lebih nyaman.