Alergi pada karena reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen yang masuk ke mata. Jika terjadi iritasi lanjutan, segera konsultasikan ke dokter spesialis.
Fakta menunjukkan bahwa mata adalah organ pertama yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, sehingga penyakit alergi mata merupakan masalah mata yang umum ditemukan.
Jaringan mata yang pertama kali terpapar oleh alergen adalah konjungtiva, atau selaput kelopak mata dan permukaan mata. Pada kondisi normal, lapisan permukaan mata ini seharusnya transparan dan tidak berwarna.
Namun, saat terjadi iritasi yang menyebabkan inflamasi, mata bisa terlihat bersemu merah atau juga dikenali dengan pink eye.
Konjungtivitis alergi adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan proses inflamasi konjungtiva yang dapat disebabkan oleh faktor alergi. Umumnya proses konjungtivitis alergi melibatkan reaksi hipersensitivitas tipe 1, di mana alergen bereaksi dengan immunoglobulin (IgE), menstimulasi degranulasi sel mast (sel basofil jaringan), dan melepaskan mediator-mediator inflamasi.
Konjungtivitis alergi cukup sering dijumpai pada anak-anak. Spektrum penyakit ini sangat tergantung dengan lokasi geografis tiap-tiap negara. Di negara maju, dilaporkan bahwa 15 sampai 20 persen anak-anak menderita penyakit ini.
Sedangkan hasil survei America College of Allergy, Asthma and Immunology mendapatkan bahwa 35 persen keluarga yang diwawancarai pernah menderita alergi, dan 50 persen dari responden berhubungan dengan gejala di mata.
Konjungtivitis diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
Keratokonjungtivitis Atopik (AKC) yaitu inflamasi konjungtiva yang berat dan dihubungkan dengan dermatitis atopik. Timbul pada usia remaja dan berlanjut hingga dekade 4 atau 5, dan bisa sembuh secara spontan.
Keratokonjungtivitis Vernal (VKC) yaitu suatu proses inflamasi alergi kronik yang terjadi pada kedua mata, biasanya terjadi pada anak laki-laki. Gejalanya antara lain mata gatal, fotofobia, sekret yang mukoid, papil hingga cobblestones di konjungtiva tarsal superior, keratopati superfisial, dan shield ulcer.
Seasonal atau Perennial Allergic Conjunctivitis (SAC/PAC) yaitu proses inflamasi okular yang terjadi berdasarkan keadaan musim di negara-negara 4 musim yang umumnya terjadi karena paparan serbuk sari (pollen). Pada SAC, inflamasi akan berkurang dan bahkan hilang setelah musim pollen berakhir. Namun pada PAC, gejala akan timbul terus, dan penyebabnya diduga kuat adalah tungau (dust mite), dan bulu binatang peliharaan seperti anjing dan kucing.
Konjungtivitis yang timbul sebagai akibat paparan alergen, seperti obat mata topikal, larutan pembersih lensa kontak, debu, dan benda-benda yang tidak spesifik.
Terkadang tidak mudah untuk melakukan suatu tatalaksana yang baik karena bisa ditemukan kekurahan kornea atau sikatriks kornea. Konjungtivitis pada anak dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dan orang tua. Secara psikologis, anak-anak juga akan terganggu dalam melakukan akitvitas sehari-hari.
Pendekatan tatalaksana pasien dengan konjungtivitis alergi, terutama VKC dapat dilakukan dengan pendekatan (1) komunikasi dan edukasi pasien dan keluarga (orang tua) tentang perjalanan penyakit, lama penyakit, dan komplikasi yang mungkin terjadi, (2) pencegahan terhadap alergen dan modifikasi lingkungan, seperti menghindari debu yang ada baik di luar rumah maupun dalam rumah, mencegah sinar dan panas matahari secara langsung dengan menggunakan pelindung mata (topi atau kacamata), (3) terapi farmakalogi, dan (4) kemungkinan tindakan operatif.
Secara holistik, tatalaksana yang penting adalah dengan menghindari kontak alergen yang bisa diidentifikasi, walaupun pada kenyataannya sulit untuk diketahui. Pada kasus yang ringan, rasa gatal dan injeksi konjungtiva yang ringan dapat diterapi dengan antihistamin topikal tanpa mast cell stabiliser.
Mast cell stabiliser sendiri tidak efektif pada tatalaksana serangan akut, tetapi dapat mempunyai efek pencegahan dengan penggunaan jangka panjang untuk mencegah efek samping akibat penggunaan kortikosteroid topikal. Air mata buatan (artificial tears) dapat mengurangi jumlah alergen dan membantu mengurangi gejala klinis walaupun kecil.
Kompres dingin juga cukup bermanfaat karena memberikan rasa nyaman, dan bisa sedikit mengurangi rasa sakit. Antihistamin sistemik dapat diberikan bila dijumpai adanya edema kelopak atau gejala pada hidung.
Konsultasi dengan dokter spesialis mata dan ahli alergi sangat penting untuk mengembangkan rencana perawatan yang tepat dan memastikan kontrol yang optimal terhadap kondisi ini.
Alergi mata (konjungtivitis alergi) bisa sembuh dengan menghindari alergen penyebab, menggunakan obat tetes mata antihistamin, dan menjaga kebersihan mata. Meskipun gejalanya dapat dikendalikan dan sembuh, alergi ini bisa kambuh jika terpapar alergen lagi. Pengobatan dan pencegahan yang konsisten sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Ciri-ciri alergi mata meliputi mata merah, gatal, berair, dan terasa panas atau terbakar. Kelopak mata bisa bengkak, dan mata mungkin lebih sensitif terhadap cahaya. Gejala ini biasanya muncul setelah terpapar alergen seperti serbuk sari, debu, atau bulu hewan.
Menyembuhkan alergi mata dapat dilakukan dengan menghindari alergen, menggunakan obat tetes mata antihistamin atau dekongestan, serta menjaga kebersihan mata. Kompres dingin juga bisa membantu meredakan gejala. Dalam kasus yang lebih parah, dokter mungkin meresepkan obat antiinflamasi atau imunoterapi untuk mengurangi reaksi alergi.
Alergi mata tidak menular karena disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen, bukan oleh infeksi. Meskipun gejalanya bisa mirip dengan konjungtivitis infeksius, alergi mata hanya memengaruhi individu yang memiliki sensitivitas terhadap alergen tertentu.