Apakah Anda sering merasa nyeri pada sendi, tulang, dan otot? Itu semua merupakan gejala reumatik, lho
Penyakit reumatik adalah nama umum untuk sekumpulan atau beberapa penyakit yang melibatkan sistem sendi, tulang dan otot, serta jaringan ikat lainnya.
Jenis penyakit yang termasuk reumatik sangat banyak, dengan penyebab yang beragam, tetapi dengan gejala yang sebagian besar didominasi nyeri sendi atau nyeri struktur-struktur sekitarnya.
Upaya menegakkan diagnosis pasien-pasien dengan keluhan yang kelihatan serupa ini sangat membutuhkan kecermatan. Oleh karena itu, penentuan pemeriksaan lanjutan (jika diperlukan) dan pilihan terapi yang tepat sesuai penyebabnya menjadi sangat penting.
Perlu diketahui pula, meskipun sebagian besar keluhannya adalah nyeri, sebagian besar obat antinyeri bukanlah pilihan pengobatan yang utama.
Dahulu, penyakit reumatik dikenal sebagai penyakit orang tua. Namun sekarang, semakin banyak kaum usia produktif yang terserang penyakit ini, bahkan bisa ditemukan pada anak-anak juga.
Beragam kelompok penyakit reumatik dapat dilihat pada tabel berikut:
Beberapa faktor risiko terjadinya reumatik termasuk di usia muda, antara lain:
Perempuan cenderung lebih banyak mengalami reumatik dibanding pria, terutama pada reumatik-autoimun akibat pengaruh hormon estrogen.
Apabila orangtua menderita reumatik, Anda memiliki risiko lebih tinggi menderita keluhan yang sama.
Seseorang dengan kondisi berat badan berlebih lebih rentan mengalami radang sendi, terutama pada lutut dan pinggul karena kedua sendi tersebut bekerja keras untuk menopang bobot tubuh.
Aktivitas tertentu dapat menjadi faktor risiko jika dilakukan berulang-ulang, baik karena kesalahan posisi maupun kesalahan pembebanan yang berlebihan
Pengaruh diet tidak banyak, namun terutama berperan pada kelompok reumatik metabolik seperti asam urat atau osteoporosis
Selain beberapa faktor penyebab di atas, banyak kejadian reumatik yang terjadi akibat sistem imun yang menyerang jaringan tubuh sendiri, sehingga tidak mudah bagi dokter untuk mengetahui penyebabnya.
Terkadang, “bakat” reumatik juga sudah ada di dalam gen tubuh kita sendiri. Faktor lingkungan yang ada di sekitar pun turut memberikan kontribusi terhadap timbulnya penyakit ini, seperti asap rokok, polusi, dan kejadian yang membuat tubuh mengalami infeksi.
Penyakit reumatik dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti x-ray, atau pemeriksaan lainnya apabila diperlukan, yang meliputi tes laju endap darah (LED), tes darah lengkap, dan tes rheumatoid factor (RF).
Sekali lagi, menentukan diagnosis pasien dengan baik menjadi tantangan terbesar bagi dokter, karena hal ini akan menentukan pilihan terapi yang terbaik pula.
Pilihan obat antinyeri atau anti-inflamasi memang menjadi bagian penting dari berbagai penyakit di atas. Namun, banyak penderita reumatik yang memerlukan terapi lain, terutama pada terapi jangka panjang.
Sebagai contoh, pada kasus rheumatoid arthritis, selain terapi dengan antinyeri/anti-inlamasi seperti steroid pada fase awal, diperlukan pula terapi jangka panjang untuk mengontrol penyakit autoimunnya dengan kelompok obat yang disebut disease modifying anti-rheumatic drug (DMARD).
Pilihan terapi ini akan berbeda dengan diagnosis penyakit yang lain, meskipun misalnya masih di kelompok yang sama, yakni reumatik autoimun.
Sebagian kasus bisa ditangani dengan terapi dalam waktu singkat, seperti kelompok penyakit reumatik jaringan lunak. Reumatik jenis ini bahkan bisa jadi sudah cukup dikendalikan hanya dengan sekali injeksi steroid saja.
Namun, tentu dengan tindakan pencegahan yang harus diperhatikan. Sebaliknya, seseorang dengan masalah reumatik autoimun umumnya memerlukan terapi jangka panjang untuk mengontrol aktivitas penyakitnya.
Selain menimbulkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari, berbagai keluhan pada penyakit reumatik ini juga dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Pada beberapa kasus, hal ini bahkan bisa menimbulkan kecacatan permanen.
Pengenalan, diagnosis, dan terapi sesegera mungkin dapat mencegah munculnya komplikasi, untuk mendapatkan hasil/respon terapi yang lebih baik.
Apabila Anda mengalami gejala reumatik yang tak kunjung mereda, segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi.
Penyakit reumatik dapat dikontrol jika pasien telaten melakukan terapi dan menghindari faktor pencetus timbulnya penyakit.