Vaksin PCV mencegah pneumonia dengan melatih sistem imun melawan bakteri pneumokokus penyebab infeksi paru-paru, otitis, dan meningitis.
Kebanyakan penderita pneumonia pada anak bahkan masih berusia di bawah 2 tahun. Oleh karena itu, kita harus memahami bahaya dari penyakit tersebut dan bagaimana cara mencegahnya. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh kuman, virus, dan jamur. Biasanya, yang berisiko terkena pneumonia adalah anak di bawah usia dua tahun dan lansia (di atas 65 tahun).
Bayi yang baru lahir hingga usia dua tahun pun rentan terkena pneumonia karena di usia tersebut sistem imun belum berkembang secara sempurna.
Kuman penyebab pneumonia disebut pneumococcus. Kuman atau bakteri ini biasa terdapat pada anak-anak dan bersifat pembawa (carrier). Kuman ini sewaktu-waktu bisa menyerang dan menjadi penyakit ketika daya tahan tubuh berkurang.
Menurut anjuran WHO, sistem pencegahan yang terbaik sampai saat ini adalah dengan vaksinasi. Jika diobati ketika sudah terlanjur sakit, maka risikonya akan lebih besar karena banyak antibiotik yang sudah mulai resisten terhadap kuman penyakit.
Infeksi non-invasif mencakup infeksi telinga dan infeksi paru-paru tapi kuman non-bakteremia (kuman tidak masuk ke dalam pembuluh darah), sehingga infeksi terbilang masih ringan.
Infeksi ini dapat menyerang organ seperti paru-paru, dan menyebabkan meningitis (radang selaput otak), serta sepsis (kuman masuk ke dalam darah hingga menyebabkan syok). Kondisi infeksi ini lebih berbahaya sehingga bayi harus segera dirawat inap untuk diberikan antibiotik melalui infus. Bahkan, jika penyakit ini sudah masuk kepada tahap berat, maka harus segera diberikan respirator (napas buatan).
Baca juga: Waspada Pneumonia pada Anak
Orangtua harus waspada ketika bayi mereka mengalami gejala-gejala yang serupa dengan gejala pneumonia, seperti:
Gejala utamanya adalah batuk dan sesak napas, apalagi jika diikuti hidung kembang kempis—pada batuk pilek biasa tidak diikuti hidung kembang kempis. Perhatikan juga gerakan dada anak. Jika terjadi gerakan dada naik turun akibat sulit bernapas, sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Baca juga: Yuk, Kenali Penyakit yang Rentan Terjadi pada Balita!
Pemberian vaksin merupakan cara untuk mencegah datangnya serangan pneumonia. Vaksin tersebut adalah Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) yang diberikan ketika bayi berusia dua bulan, empat bulan, enam bulan, dan satu tahun (empat kali imunisasi).
Vaksin lainnya yang harus diberikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin Haemophilus Influenza type B (Hib), dengan rentang waktu yang sama dengan vaksin PCV.
Selain bayi dan anak di bawah usia dua tahun, mereka yang rentan terkena pneumonia adalah anak dengan kondisi medis yang berat, orang tua (lansia) di atas 65 tahun, anak-anak di daerah kumuh, orang-orang yang daya kekebalannya turun (misalnya yang sedang menjalani kemoterapi dan orang dengan HIV/AIDS), pasien dengan penyakit kronis (contohnya diabetes, penyakit paru-paru, penyakit jantung, kanker, penyakit ginjal), para pecandu alkohol, orang yang tinggal di daerah dengan fasilitas perawatan kronis, pasien yang limpanya tidak berfungsi, perokok, dan orang yang menggunakan implan koklea/cochlear implant (alat bantu dengar).
Sebenarnya, sosialisasi yang berkaitan dengan vaksinasi pneumonia dan keberadaannya sudah lama dilakukan. Vaksin ini terbukti dapat mengurangi 80 persen angka keaktifan pneumonia. Lakukan vaksin PCV sesegera mungkin untuk memelihara kesehatan keluarga Anda.
Vaksin pneumonia untuk bayi diberikan mulai usia 2 bulan, dengan jadwal lanjutan pada usia 4 bulan, 6 bulan, dan booster pada 12-15 bulan. Vaksin ini penting untuk melindungi bayi dari infeksi bakteri penyebab pneumonia, meningitis, dan penyakit serius lainnya.
Jika terlambat vaksin PCV, anak tetap bisa menerima vaksinasi, namun kemungkinan perlindungannya terhadap infeksi pneumokokus akan lebih rendah.
Jika tidak mendapatkan vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine), bayi atau anak berisiko lebih tinggi terkena infeksi pneumokokus, yang bisa menyebabkan pneumonia, meningitis, atau infeksi darah. Infeksi ini bisa sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak dengan sistem imun lemah.