Langkah Modern Penanganan Gangguan Saraf

Friday, 14 March 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

TMS adalah terapi inovatif yang merangsang sel saraf otak dengan medan magnet, membantu mengatasi depresi dan gangguan neurologis secara non-invasif.

Langkah Modern Penanganan Gangguan Saraf

Mungkin Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) masih terdengar asing bagi beberapa orang. Padahal, metode terkini dalam dunia medis ini, termasuk efektif untuk menangani berbagai gangguan saraf tanpa memerlukan tindakan bedah.


Mengenal Transcranial Magnetic Stimulation

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah terapi yang menggunakan medan magnet untuk merangsang sel-sel saraf di otak. TMS dilakukan dengan menempelkan alat khusus, yang disebut coil. Nantinya, alat ini akan menghasilkan medan magnet kuat yang dapat menembus tengkorak dan merangsang area spesifik di otak, sesuai dengan tujuan terapi. Misalnya, jika seseorang mengalami depresi, coil TMS akan ditargetkan pada area otak yang bertanggung jawab atas suasana hati. Medan magnet yang dihasilkan akan memicu aktivitas sel- sel saraf di area tersebut, yang pada gilirannya dapat memperbaiki ketidakseimbangan aktivitas otak.

 

Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Terapi TMS

Sebelum menjalani TMS, pasien perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi terlebih dahulu. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan area otak yang merupakan target untuk dirangsang selama terapi ini, serta memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi yang dapat menimbulkan efek samping serius.

 

Durasi TMS per sesinya berlangsung selama 30- 40 menit. Selama sesi, pasien akan diminta untuk duduk pada kursi khusus yang telah disediakan. Alat coil TMS kemudian akan ditempelkan di kepala, tepatnya pada lokasi otak yang menjadi target. Saat stimulasi dimulai, pasien akan merasa seperti adanya ketukan ringan pada kepala. Setelahnya, beberapa pasien akan direkomendasikan untuk menjalani latihan fisioterapi, terapi wicara, atau terapi lainnya (sesuai dengan indikasi).


Jumlah sesi TMS yang dibutuhkan bervariasi, tetapi biasanya berkisar antara 5-10 sesi yang dilakukan berturut-turut. Adanya perkembangan kondisi pasien akan terus dievaluasi, sebagai upaya pemantauan efektivitas terapi TMS. Umumnya, TMS tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, beberapa pasien dapat merasakan efek samping ringan, seperti sakit kepala, nyeri otot, atau kram. Dalam kasus yang sangat jarang, kejang bisa saja terjadi, terutama pada pasien dengan riwayat kejang sebelumnya, sehingga pemeriksaan awal sangat penting.


Baca juga: Bebas Saraf Terjepit


 

Keluhan Kesehatan yang Dapat Diatasi dengan TMS

Tidak hanya untuk penyakit saraf, TMS dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi kesehatan mental. TMS memberikan pendekatan baru dengan otak sebagai target utama terapi, tanpa harus melalui proses panjang seperti terapi pengobatan. Beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan TMS antara lain: stroke, penyakit Parkinson, distonia dan ataxia, multiple sclerosis, depresi, migrain, tinnitus, substance abuse, dan pathological gambling, gangguan kecemasan, obsessive compulsive disorder (OCD), hingga gangguan kognitif, dan halusinasi.

 

TMS memiliki peran besar dalam proses recovery pasien stroke. Terapi ini membantu menstimulasi area otak yang mengontrol gerakan tubuh, memfasilitasi pemulihan motorik. Tak hanya untuk terapi motorik, TMS juga dapat membantu pemulihan gangguan bahasa, gangguan menelan, dan lainnya. Selain itu, TMS juga dapat mempercepat proses pemulihan secara umum, terlebih jika digabungkan dengan fisioterapi.

 

TMS hadir sebagai harapan baru bagi Anda yang mengalami keluhan kesehatan tertentu, terutama ketika pengobatan konvensional belum memberikan hasil yang cukup memuaskan. Sangat menarik untuk melihat bagaimana teknologi seperti ini dapat membuka jalan baru dalam penanganan penyakit saraf.

 

Meski cukup efektif, TMS tidak bisa dilakukan untuk semua pasien. Beberapa kontraindikasi absolut dari TMS adalah adanya riwayat pemasangan alat atau logam di area kepala. Namun, beberapa kondisi lain yang juga dapat membatasi penggunaan TMS, di antaranya:


  • Riwayat kejang atau epilepsi, karena TMS dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang, sehingga diperlukan evaluasi menyeluruh untuk menilai risiko sebelum memulai terapi.
  • Pasien dengan implan medis, khususnya alat pacu jantung, ICD (defibrillator internal di jantung), atau perangkat lain yang terbuat dari logam. Sebab, perangkat-perangkat ini dapat berinteraksi dengan medan magnet yang dihasilkan oleh TMS, sehingga memerlukan penilaian khusus sebelum terapi dilakukan.


Baca juga: Multiple Sclerosis: Penyakit Autoimun yang Merusak Saraf 


 

Apakah TMS Solusi yang Tepat?

TMS adalah metode revolusioner yang menawarkan solusi baru dalam menangani berbagai gangguan saraf, tanpa memerlukan pembedahan. Dengan kemampuannya merangsang otak secara langsung, TMS memberikan pendekatan yang lebih cepat dan efektif, terutama bagi pasien yang tidak merespons pengobatan konvensional secara positif.


Seiring berkembangnya teknologi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa TMS memiliki indikasi yang semakin luas untuk berbagai penyakit. Selain itu, parameter protokol TMS terus dikembangkan, dan kombinasi terapi TMS dengan alat stimulasi lain semakin banyak diterapkan untuk memberikan hasil yang lebih baik. Dengan terus berkembangnya teknik dan pendekatan baru, diharapkan TMS dapat memberikan manfaat yang lebih besar dalam pengobatan penyakit saraf di masa mendatang.

 

Meskipun begitu, TMS tidaklah sempurna dan mungkin bukan solusi untuk semua orang. Jadi, selalu pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi sebagai langkah pertama sebelum memutuskan TMS sebagai bagian dari terapi Anda. Pelaksanaan terapi TMS bersamaan dengan metode lain dapat menjadi solusi bagi berbagai kondisi neurologis yang sulit ditangani sebelumnya. Dengan semakin banyaknya penelitian dan kemajuan dalam terapi TMS, kita dapat berharap metode ini akan menjadi bagian penting dari pengobatan modern di masa depan.