Langkah Pasti Demi Buah Hati

Wednesday, 04 December 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Tahap-tahap pemeriksaan kesuburan atau fertilitas antara wanita dan pria tentu berbeda. Dimulai dari pemeriksaan darah, fisik, hingga genetik.

Langkah Pasti Demi Buah Hati

Pasangan yang telah menikah satu tahun dan berhubungan teratur tanpa alat kontrasepsi tapi belum juga dikaruniai keturunan dapat diindikasikan mengalami masalah kesuburan atau infertilitas. Oleh karenanya, ketika persoalan ini mulai menghantui Anda dan pasangan, tidak ada salahnya untuk segera melakukan pemeriksaan kesuburan.


Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini sangat penting untuk mengevaluasi dan memastikan ada-tidaknya gangguan kesuburan. Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan pada wanita (istri) selaku pemilik rahim, tapi juga harus melibatkan pasangannya (suami).


Dari hasil pemeriksaan inilah dokter akan dapat menentukan terapi dan penanganan kesuburan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasangan.


Tahap-tahap Pemeriksaan Kesuburan Wanita

Adapun pemeriksaan fertilitas pada wanita terdiri dari:


1. Pemeriksaan Darah

Guna mengetahui adanya ovulasi pada wanita, selain dari riwayat siklus menstruasinya, tes darah berupa tes hormon progesteron dapat dilakukan pada hari tertentu dalam siklus menstruasinya pasien. Tes hormon lainnya juga dapat dilakukan untuk melihat beberapa kandungan dalam darah, seperti Lutenizing Hormone/LH, Follicle Stimulating Hormone/FSH, prolaktin, dan estradiol yang juga berperan dalam proses reproduksi.


2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan dengan USG dapat menentukan ada atau-tidaknya kelainan uterus (rahim), saluran telur, serta ovarium (indung telur). Salah satu hal yang sering ditemukan pada pemeriksaan USG adalah kista ovarium.


3. Histerosalpingografi (HSG)

HSG dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rongga rahim dan saluran telur. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan sejumlah kondisi, seperti penyumbatan saluran telur, pembengkakan saluran telur, ataupun kelainan bentuk rahim.


4. Histeroskopi

Proses histeroskopi menggunakan tabung fleksibel panjang (hysteroscope), yang melewati leher rahim untuk mencapai ke dalam rongga rahim. Metode ini digunakan apabila didapatkan kecurigaan abnormalitas dalam rongga rahim dari hasil HSG ataupun USG, seperti mioma, polip, atau jaringan parut dalam rahim.


5. Laparoskopi

Laparoskopi hanya dilakukan apabila pemeriksaan sebelumnya menunjukkan kecurigaan kelainan pada organ tertentu atau jika penyebab gangguan kesuburan tidak dapat ditemukan. Masalah yang paling umum yang dapat diidentifikasi dengan laparoskopi adalah endometriosis, serta penyumbatan atau penyimpangan pada saluran tuba dan rahim.


Tahap-tahap Pemeriksaan Kesuburan Pria

Di sisi lain, pemeriksaan fertilitas pada pria umumnya meliputi:


1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik lengkap diperlukan jika memang tidak ada kondisi medis yang muncul. Struktur yang dievaluasi meliputi penis, skrotum, testis, epididimis, spermatic cord, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar Cowper’s.


2. Analisis Sperma

Analisis sperma merupakan pemeriksaan utama fertilitas pria untuk mengukur keberadaan gangguan produksi sperma atau kualitas sperma yang menyebabkan gangguan kesuburan. Parameter utama yang dilihat adalah konsentrasi, pergerakan (motilitas) sperma, dan morfologi sperma, selain dari parameter lainnya.


3. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dilakukan dengan mengukur kadar FSH dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam spermatogenesis (pembentukan sperma). Testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido.


4. Pencitraan

Pencitraan USG dapat digunakan untuk menemukan gejala gangguan kesuburan secara lebih mendalam. Bagi pria, USG testis/buah zakar dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan kongenital dan kelainan obstruktif yang menghambat transportasi sperma.


USG testis merupakan pemeriksaan non-invasif awal. Pemeriksaan ini kerap dilakukan bersamaan dengan analisis sperma dan digunakan untuk mengetahui kelainan sistem reproduksi pria termasuk testis dan struktur ekstratestikuler seperti epididimis.


5. Pemeriksaan Genetik

Pengujian genetik dapat dilakukan pada pria yang spermanya kurang serta tidak menunjukkan bukti adanya penyumbatan. Pengujian genetik dapat membantu mengidentifikasi fragmentasi DNA, kerusakan kromosom, atau kemungkinan penyakit genetik yang dapat diwariskan kepada keturunan nantinya.


Semua pemeriksaan gangguan kesuburan dapat dilakukan di RS Pondok Indah IVF Centre. Klinik ini juga memberikan layanan penunjang program kehamilan, antara lain: layanan konsultasi dokter spesialis andrologi, dokter spesialis bedah urologi dengan kompetensi fertilitas, hingga layanan akupunktur yang mendukung penanganan gangguan kesuburan Anda dan pasangan.


Fasilitas klinik yang lengkap memungkinkan semua pemeriksaan dan tindakan yang diperlukan dapat dilakukan di satu lokasi yang sama.


FAQ Pemeriksaan Kesuburan


Tes Kesuburan Wanita Sebaiknya Dilakukan Kapan?

Tes kesuburan wanita sebaiknya dilakukan jika sudah mencoba hamil selama satu tahun tanpa hasil, atau lebih cepat jika wanita berusia di atas 35 tahun. Tes juga disarankan jika ada masalah kesehatan seperti siklus menstruasi tidak teratur, nyeri saat menstruasi, atau riwayat gangguan hormon.


Tes Kesuburan Wanita Seperti Apa?

Tes kesuburan wanita meliputi pemeriksaan darah untuk mengevaluasi hormon reproduksi, USG untuk memeriksa kondisi ovarium dan rahim, serta tes pap smear untuk mendeteksi infeksi. Kadang, dokter juga akan merekomendasikan tes untuk mengukur patensi saluran tuba dan kualitas sel telur.


Tes Apa yang Dilakukan untuk Kesuburan Pria?

Tes kesuburan pria biasanya dimulai dengan analisis sperma untuk mengevaluasi jumlah, motilitas, dan bentuk sperma. Selain itu, tes hormon untuk memeriksa kadar testosteron, serta pemeriksaan fisik dan USG untuk mendeteksi masalah pada testis atau saluran reproduksi juga sering dilakukan.


Kapan Harus Tes Sperma?

Tes sperma sebaiknya dilakukan jika pasangan sudah berusaha hamil selama satu tahun tanpa hasil. Jika pria berusia lebih dari 40 tahun, atau jika ada riwayat masalah kesehatan seperti gangguan hormonal, infeksi, atau masalah reproduksi, tes ini bisa dilakukan lebih cepat.