Waspadai Leptospirosis, Penyakit Berbahaya Pasca Banjir

By Tim RS Pondok Indah

Wednesday, 12 March 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang menyebar melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi. Waspadai penyakit ini di musim banjir, simak selengkapnya!

Waspadai Leptospirosis, Penyakit Berbahaya Pasca Banjir

Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Leptospira dan menyebar melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan yang terinfeksi. Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir mata, hidung, atau mulut. Penyakit ini sering muncul setelah banjir, ketika banyak orang terpapar genangan air yang mengandung bakteri.


Penyebab Leptospirosis


1. Kontaminasi Urin Hewan pada Air Banjir

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang terdapat dalam urin hewan terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, dan babi. Saat banjir, urin ini mencemari air, tanah, dan lumpur, meningkatkan risiko penyebaran penyakit.


2. Masuk Melalui Luka Terbuka atau Selaput Lendir

Bakteri Leptospira dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka di kulit atau melalui mata, hidung, dan mulut saat bersentuhan dengan air yang terkontaminasi.


3. Konsumsi Makanan atau Air yang Terkontaminasi

Selain melalui kontak langsung, infeksi juga dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri leptospira.


Baca juga: 5 Jenis Penyakit Pencernaan Setelah Banjir dan Cara Mencegahnya



Gejala Leptospirosis


1. Demam Tinggi dan Menggigil

Gejala awal leptospirosis sering kali mirip dengan flu, seperti demam tinggi, menggigil, dan berkeringat berlebihan.


2. Nyeri Otot, Terutama di Betis dan Punggung

Infeksi ini sering menyebabkan nyeri otot yang parah, terutama di bagian betis dan punggung, akibat peradangan pada jaringan otot.


3. Mata Merah dan Iritasi

Banyak penderita mengalami konjungtivitis atau peradangan pada mata, yang membuat mata terlihat merah dan terasa nyeri.


4. Mual, Muntah, dan Diare

Leptospirosis juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, termasuk mual, muntah, dan diare, yang berisiko menyebabkan dehidrasi.


5. Kulit dan Mata Menguning (Jaundice)

Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyerang hati dan menyebabkan penyakit kuning, yang ditandai dengan kulit dan mata yang menguning.


Baca juga: Jaga Tubuh Tetap Sehat dan Terhindar dari Penyakit di Musim Hujan


Diagnosis Leptospirosis


1. Pemeriksaan Darah dan Urin

Untuk memastikan adanya infeksi, dokter akan melakukan tes darah dan urin guna mendeteksi keberadaan bakteri Leptospira.


2. Tes Serologi (Antibodi Leptospira)

Tes ini bertujuan untuk melihat apakah tubuh telah membentuk antibodi terhadap infeksi leptospirosis.


3. Pemeriksaan Fungsi Hati dan Ginjal

Jika dicurigai terjadi komplikasi, dokter dapat melakukan tes fungsi hati dan ginjal untuk menilai tingkat kerusakan organ akibat infeksi.


Baca juga: Infeksi Kulit Akibat Banjir: Jenis, Gejala, dan Penanganannya



Penanganan Leptospirosis


1. Antibiotik untuk Membunuh Bakteri

Pengobatan utama leptospirosis adalah antibiotik seperti doxycycline atau penicillin, yang efektif dalam membunuh bakteri penyebab infeksi.


2. Rawat Inap untuk Kasus Berat

Jika infeksi sudah parah, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan infus dan pemantauan fungsi organ.


3. Obat Penurun Demam dan Pereda Nyeri

Dokter dapat memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi demam serta nyeri otot yang dialami pasien.


Leptospirosis adalah penyakit yang sering terjadi setelah banjir akibat air yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri Leptospira. Gejalanya mirip flu pada tahap awal, tetapi bisa berkembang menjadi kondisi serius yang menyerang ginjal, hati, dan paru-paru. Deteksi dini dan pengobatan yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang berbahaya.


Baca juga: Musim Hujan Tiba, Waspada Demam Berdarah pada Anak!


Kapan Harus ke Dokter?


1. Demam Tinggi Lebih dari Dua Hari Setelah Terpapar Air Banjir

Jika mengalami demam yang tidak kunjung turun setelah kontak dengan air banjir, segera periksakan diri ke dokter.


2. Nyeri Otot Parah yang Tidak Membaik

Jika nyeri otot, terutama di betis dan punggung, berlangsung lama dan semakin parah, hal ini bisa menjadi tanda leptospirosis.


3. Kulit atau Mata Menguning

Jika Anda mengalami jaundice (penyakit kuning), itu bisa menjadi tanda bahwa infeksi telah menyerang hati dan memerlukan perawatan segera.


Jika Anda mengalami gejala leptospirosis atau pernah terpapar air banjir yang berisiko terkontaminasi, segera periksa ke dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam. Diagnosis dan pengobatan yang cepat dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih serius. Jangan abaikan gejala sekecil apa pun, karena leptospirosis bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa.



FAQ


Mengapa Wabah Leptospirosis Sering Terjadi Setelah Banjir?

Wabah leptospirosis sering terjadi setelah banjir karena kondisi lingkungan yang mendukung penyebaran bakteri Leptospira. Saat banjir, air yang terkontaminasi bakteri ini dapat menyebar ke area yang lebih luas dan dapat menginfeksi lebih banyak orang.


Leptospirosis Menular Lewat Apa?

Leptospirosis menular melalui kontak langsung dengan bakteri Leptospira, yang umumnya terdapat dalam urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus. Penularan dapat terjadi ketika manusia terpapar air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi. Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui luka terbuka, goresan, atau melalui selaput lendir, seperti mata, mulut, atau hidung.


Berapa Lama Bakteri Leptospirosis Hidup dalam Air?

Bakteri Leptospira dapat bertahan hidup dalam air selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada kondisi lingkungan. Faktor-faktor seperti suhu, pH, salinitas, dan keberadaan zat organik mempengaruhi daya tahan hidup bakteri ini.