By Tim RS Pondok Indah
Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang menyebar melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi. Waspadai penyakit ini di musim banjir, simak selengkapnya!
Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Leptospira dan menyebar melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan yang terinfeksi. Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir mata, hidung, atau mulut. Penyakit ini sering muncul setelah banjir, ketika banyak orang terpapar genangan air yang mengandung bakteri.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang terdapat dalam urin hewan terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, dan babi. Saat banjir, urin ini mencemari air, tanah, dan lumpur, meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Bakteri Leptospira dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka di kulit atau melalui mata, hidung, dan mulut saat bersentuhan dengan air yang terkontaminasi.
Selain melalui kontak langsung, infeksi juga dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri leptospira.
Baca juga: 5 Jenis Penyakit Pencernaan Setelah Banjir dan Cara Mencegahnya
Gejala awal leptospirosis sering kali mirip dengan flu, seperti demam tinggi, menggigil, dan berkeringat berlebihan.
Infeksi ini sering menyebabkan nyeri otot yang parah, terutama di bagian betis dan punggung, akibat peradangan pada jaringan otot.
Banyak penderita mengalami konjungtivitis atau peradangan pada mata, yang membuat mata terlihat merah dan terasa nyeri.
Leptospirosis juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, termasuk mual, muntah, dan diare, yang berisiko menyebabkan dehidrasi.
Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyerang hati dan menyebabkan penyakit kuning, yang ditandai dengan kulit dan mata yang menguning.
Baca juga: Jaga Tubuh Tetap Sehat dan Terhindar dari Penyakit di Musim Hujan
Untuk memastikan adanya infeksi, dokter akan melakukan tes darah dan urin guna mendeteksi keberadaan bakteri Leptospira.
Tes ini bertujuan untuk melihat apakah tubuh telah membentuk antibodi terhadap infeksi leptospirosis.
Jika dicurigai terjadi komplikasi, dokter dapat melakukan tes fungsi hati dan ginjal untuk menilai tingkat kerusakan organ akibat infeksi.
Baca juga: Infeksi Kulit Akibat Banjir: Jenis, Gejala, dan Penanganannya
Pengobatan utama leptospirosis adalah antibiotik seperti doxycycline atau penicillin, yang efektif dalam membunuh bakteri penyebab infeksi.
Jika infeksi sudah parah, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan infus dan pemantauan fungsi organ.
Dokter dapat memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi demam serta nyeri otot yang dialami pasien.
Leptospirosis adalah penyakit yang sering terjadi setelah banjir akibat air yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri Leptospira. Gejalanya mirip flu pada tahap awal, tetapi bisa berkembang menjadi kondisi serius yang menyerang ginjal, hati, dan paru-paru. Deteksi dini dan pengobatan yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang berbahaya.
Baca juga: Musim Hujan Tiba, Waspada Demam Berdarah pada Anak!
Jika mengalami demam yang tidak kunjung turun setelah kontak dengan air banjir, segera periksakan diri ke dokter.
Jika nyeri otot, terutama di betis dan punggung, berlangsung lama dan semakin parah, hal ini bisa menjadi tanda leptospirosis.
Jika Anda mengalami jaundice (penyakit kuning), itu bisa menjadi tanda bahwa infeksi telah menyerang hati dan memerlukan perawatan segera.
Jika Anda mengalami gejala leptospirosis atau pernah terpapar air banjir yang berisiko terkontaminasi, segera periksa ke dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam. Diagnosis dan pengobatan yang cepat dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih serius. Jangan abaikan gejala sekecil apa pun, karena leptospirosis bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa.
Wabah leptospirosis sering terjadi setelah banjir karena kondisi lingkungan yang mendukung penyebaran bakteri Leptospira. Saat banjir, air yang terkontaminasi bakteri ini dapat menyebar ke area yang lebih luas dan dapat menginfeksi lebih banyak orang.
Leptospirosis menular melalui kontak langsung dengan bakteri Leptospira, yang umumnya terdapat dalam urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus. Penularan dapat terjadi ketika manusia terpapar air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi. Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui luka terbuka, goresan, atau melalui selaput lendir, seperti mata, mulut, atau hidung.
Bakteri Leptospira dapat bertahan hidup dalam air selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada kondisi lingkungan. Faktor-faktor seperti suhu, pH, salinitas, dan keberadaan zat organik mempengaruhi daya tahan hidup bakteri ini.