Kelainan tulang kaki anak bisa berupa kaki datar (flat feet), lutuf huruf O (bow legs), lutut huruf X (knock knees) hingga kaki masuk ke dalam. Simak selengkapnya!
Gangguan pada sistem tulang dan sendi (muskuloskeletal) kerap menimbulkan rasa sakit, mengurangi kenyamanan dan kemampuan kita untuk bergerak serta melakukan kegiatan sehari-hari.
Banyak yang menganggap gangguan atau kelainan ini kerap terjadi di usia lanjut saja. Padahal kelainan muskulosketal pun dapat terjadi sejak remaja, bahkan anak-anak.
Orang tua biasanya cukup menerima apabila terdapat perbedaan atau variasi pada bentuk muka maupun sikap tubuh anaknya. Namun hal ini tidaklah mudah apabila terdapat perbedaan atau variasi pada bentuk kaki, lutut atau gaya berjalan. Dengan berjalannya waktu, sering orang tua merasa pertumbuhan tulang kaki anaknya tampak tidak begitu “lurus”.
Kelainan tulang kaki pada anak perlu diperhatikan dengan serius, sebab dapat mengganggu tumbuh kembang si Kecil. Terdapat beberapa jenis kelainan tulang yang dapat terjadi pada sistem musculoskeletal anak-anak yang sedang tumbuh, berikut ini adalah beberapa jenis yang paling sering ditemukan:
Kaki berbentuk O atau bow legs adalah kelainan bentuk di mana kaki anak membengkok ke luar dengan kedua pergelangan kaki serta telapak kaki saling menempel. Kaki O sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti penyakit paget, rakitis, penyakit blount, dwarfisme, gangguan pertumbuhan tulang, bahkan keracunan timbal atau fluoride.
Dikenal juga sebagai genu varum, kondisi ini memang jarang menyebabkan keluhan, tetapi bisa memengaruhi gait atau cara jalan anak dan membuat anak lebih sering terjatuh.
Kaki O pada bayi terkadang bisa sembuh dengan sendirinya, biasa ketika memasuki usia 2 tahun. Namun, jika bentuk kaki tidak mengalami perbaikan hingga si Kecil berusia 3-4 tahun, maka kondisi ini perlu diperiksakan ke dokter spesialis anak.
Kaki berbentuk X atau knock knee adalah kelainan di mana kaki membengkok dengan lutut saling atau hampir bersentuhan dan pergelangan kaki mengarah ke luar.
Kaki berbentuk X kadang terjadi sebagai bagian pertumbuhan normal saat anak memasuki usia 2-4 tahun. Namun, kaki X yang tidak kunjung membaik hingga anak berusia 6-7 tahun memerlukan perhatian medis karena bisa saja disebabkan oleh rakitis, cedera tulang, infeksi tulang, atau radang sendi.
Kaki datar atau flat foot adalah kondisi ketika salah satu atau kedua telapak kaki tidak memiliki lengkungan atau hanya memiliki sedikit lengkungan. Kondisi yang dikenal juga sebagai pes planus ini dapat disebabkan oleh perkembangan tulang kaki anak yang kurang optimal atau hipermobilitas sendi.
Meskipun terlihat sepele, kondisi kaki datar dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti nyeri kaki dan tumit, nyeri punggung, bunion, kram betis, dan kaki lebih mudah cedera. Selain itu, kondisi ini juga dapat memengaruhi keseimbangan anak, sehingga anak mungkin lebih mudah terjatuh saat berjalan.
Baca juga: Optimalkan Pertumbuhan Badan Anak
Clubfoot, atau kaki pengkor, adalah kelainan di mana kaki berputar ke dalam. Umumnya, kaki pengkor merupakan kondisi bawaan dan dapat langsung diamati sejak bayi lahir.
Meskipun kondisi ini seringkali tidak menimbulkan rasa nyeri, clubfoot dapat mengganggu pertumbuhan tulang anak dan menyebabkannya susah berdiri maupun berjalan. Oleh sebab itu, dokter spesialis anak biasanya akan segera menyarankan observasi baru kemudian merencanakan penanganan untuk memperbaiki kondisi ini.
Umumnya, kondisi clubfoot ringan dapat ditangani dengan pemasangan gips ataupun penggunaan brace. Namun, pada kasus yang lebih parah, dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi lanjutan di kemudian hari.
Out-toeing ditandai dengan pergelangan kaki anak mengarah ke luar. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera, kelainan tulang, posisi kaki bayi dalam uterus, hingga posisi tidur yang kurang tepat saat bayi.
Sebagian besar anak akan sembuh dari out-toeing ringan hingga sedang pada usia 8-10 tahun. Namun, bila kondisi ini tidak kunjung membaik, maka diperlukan pemeriksaan oleh dokter.
In-toeing merupakan kebalikan dari kondisi out-toeing. Kondisi ini ditandai dengan pergelangan kaki anak mengarah ke dalam, terutama saat berjalan. Mirip dengan out-toeing, kondisi ini biasanya dapat membaik saat anak berusia 8-10 tahun.
Juvenile bunion adalah kondisi di mana sendi di pangkal jempol kaki bergerak keluar dari kesejajaran sehingga jempol kaki mengarah ke dalam hingga jari kaki kedua.
Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak yang memiliki ligamen yang kendur atau sendi yang longgar. Kelainan tulang kaki ini sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Saat masih bayi, kondisi ini mungkin tidak perkembangan anak secara signifikan. Namun, saat si Kecil mulai belajar berjalan dan mengenakan sepatu, bunion akan menimbulkan rasa nyeri.
Baca juga: Imunisasi Lengkap untuk Perlindungan Maksimal
Kelainan tulang kaki anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
Sebagai gambaran berdasarkan data yang ada, dari 100 persen anak usia satu tahun yang memiliki kaki datar (flat feet), ternyata hanya dua persen dari anak-anak tersebut yang pada usia 15 tahun masih memiliki kaki yang datar.
Selain itu, untuk kaki O penyebabnya bisa jadi karena posisi tidur dan/atau duduk yang salah, cara menggendong yang salah, maupun cara pemakaian popok yang tidak benar.
Kelainan pertumbuhan tulang kaki anak memang dapat disebabkan oleh faktor yang beragam. Oleh sebab itu, biasanya dokter spesialis anak akan bekerja sama dengan dokter spesialis ortopedi untuk memastikan penyebab kelainan yang terjadi agar dapat menentukan penanganan yang tepat.
Baca juga: Si Kecil Kerap Mendengkur? Kenali Bahaya Mendengkur pada Anak
Kunci dari penanganan permasalahan muskoskeletal pada anak adalah edukasi untuk orang tua. Penting untuk memantau pertumbuhan anak guna mengidentifikasi potensi kelainan tulang sejak dini. Semakin cepat kelainan tulang kaki anak disadari dan diperiksakan, maka lebih baik pula untuk pertumbuhan si Kecil.
Penanganan permasalahan tulang kaki anak bervariasi, tergantung dengan kondisi yang dialami dan tingkat keparahannya. Biasanya, dokter spesialis anak akan menganjurkan observasi berkala terlebih dahulu. Observasi berkala tetap dianjurkan minimal tiap enam bulan, untuk memastikan kondisi tersebut berangsur-angsur menjadi lebih baik sampai usia di atas dua tahun.
Dalam beberapa kasus, kondisi yang dialami anak dapat terkoreksi dengan sendirinya tanpa memerlukan terapi. Yang demikian ini dikenal sebagai variasi normal yang terdapat pada tungkai anak. Memberikan terapi khusus pada anak dengan kondisi demikian justru malah berlebihan.
Akan tetapi, untuk beberapa kasus yang menetap bahkan menjadi bertambah parah, maka akan diperlukan observasi yang lebih serius dan penanganan lanjutan dari dokter spesialis ortopedi, seperti:
Selain itu, dokter juga biasanya akan merekomendasikan perubahan kebiasaan dan gaya hidup. Misalnya, menghilangkan kebiasaan tidur tengkurap dengan kedua kaki masuk ke dalam dan penerapan diet seimbang untuk mencukupi asupan kalsium dan vitamin D3 anak.
Penanganan kelainan pertumbuhan tulang kaki yang tepat bisa mencegah kondisi ini makin parah. Jangan sampai masalah ini mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, periksakan si Kecil ke dokter spesialis anak guna mengetahui penanganan yang sesuai, sekaligus memastikan tumbuh kembangnya sesuai dengan usia.
Dokter spesialis anak di RS Pondok Indah akan melakukan pemeriksaan dan penanganan yang holistik dengan bantuan dari tim medis terkait. Kerjasama dengan dokter bedah ortopedi juga bisa dilakukan bila memang diperlukan perawatan multidisiplin.
Baca juga: Flu Singapura Pada Anak, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Kelainan pada tulang kaki bisa berupa kaki pengkor (clubfoot), kaki rata (flat feet), osteoporosis, tulang bengkok (bowlegs), atau fraktur akibat cedera.
Kelainan tulang kaki anak bisa disebabkan oleh faktor genetik, posisi janin saat kehamilan, kurangnya asupan gizi seperti kalsium dan vitamin D, infeksi, atau cedera saat lahir.
Penyembuhan kaki clubfoot biasanya memakan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan dengan terapi Ponseti (gips) diikuti penggunaan penyangga selama beberapa tahun untuk mencegah kekambuhan.