By Tim RS Pondok Indah
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pemikiran obsesif sehingga memicu suatu perilaku repetitif.
Ada sebagian orang yang memang teliti dan terbiasa melakukan suatu hal secara teratur, bahkan memeriksa ulang hasil pekerjaannya. Kebiasaan ini memang baik, tetapi ketika dilakukan secara berlebih hingga mengganggu aktivitas, sebaiknya memeriksakan diri ke tenaga ahli untuk mendapatkan penanganan, karena kondisi ini bisa menjadi pertanda bahwa Anda mengalami OCD.
OCD mungkin terdengar sepele. Bahkan penderitanya bisa tampak konyol saat menunjukkan ritual yang merupakan gejala OCD. Padahal, kondisi ini berisiko menyebabkan penderitanya mengalami gangguan kesehatan fisik, bahkan percobaan bunuh diri, saking frustasinya dengan OCD yang dialami.
Obsessive compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pemikiran obsesif (yang sebenarnya tidak diinginkan oleh penderitanya), sehingga memicu suatu perilaku repetitif (yang tampak seperti ritual). Seringkali, pasien OCD mengeluhkan terhambatnya aktivitas akibat perilaku kompulsif yang mereka alami.
Kondisi ini merupakan suatu kondisi yang menetap seumur hidup, dengan gejala yang bisa saja hilang timbul. Penanganan OCD yang tepat dapat mengendalikan gejala yang dialami penderitanya.
Baca juga: Anxiety Disorder, ketika Kecemasan Sudah Mengganggu Keseharian
Umumnya gejala akan mulai muncul saat pasien memasuki masa remaja hingga usia dewasa muda, tetapi ada beberapa pasien yang mengalaminya sedari waktu anak-anak. Gejala dan tanda OCD yang muncul akan menetap, bahkan memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Perburukan gejala juga bisa terjadi ketika pasien mengalami stres yang berat.
Orang yang mengalami OCD akan memiliki gejala obsesif, kompulsif, maupun keduanya. Yang dimaksud dengan obsesif adalah gangguan pikiran yang terjadi secara berulang dan menimbulkan kecemasan. Sedangkan perilaku kompulsif adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang guna mengurangi rasa cemas atau takut akibat pikiran obsesif.
Pikiran obsesif ini bisa muncul secara tiba-tiba ketika penderita sedang melakukan sesuatu, yang dikenal dengan intrusive thought, dan akan membebani jika tidak dilaksanakan. Beberapa contoh gejala berupa pikiran obsesif, antara lain:
Penderita OCD akan melakukan perilaku kompulsif, yakni kegiatan yang dilakukan berulang-ulang guna mengurangi rasa cemas atau takut akibat pikiran obsesif. Hanya dengan melakukan perilaku kompulsi, penderita OCD baru bisa merasa lega untuk sesaat. Namun, gejala obsesif bisa muncul kembali dan membuat penderita OCD mengulangi perilaku kompulsif. Yang kondisi ini akan berulang seperti sebuah ritual.
Berikut ini adalah beberapa contoh gejala perilaku kompulsif yang sering dijumpai pada penderita OCD:
Sebenarnya pemikiran obsesif dan perilaku kompulsif adalah suatu hal yang wajar, serta sangat mungkin dialami oleh seseorang pada suatu waktu dalam hidupnya.
Namun, yang membedakan kondisi ini dengan OCD adalah bahwa pemikiran obsesif yang dialami pasien OCD sebenarnya tidak diinginkan, dan perilaku kompulsif yang mereka lakukan untuk memenuhi pemeriksan obsesif tersebut sebenarnya bukanlah tindakan yang dinikmati.
Bila merasakan gejala seperti di atas atau obsesi dan kompulsi sudah mengganggu kehidupan Anda, segera konsultasikan kondisi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa.
Berkonsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa bukan berarti Anda gila atau lemah. Pengobatan OCD yang tepat dari ahli justru dapat membantu meningkatkan kualitas hidup Anda.
Baca juga: Panic Attack: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Hingga kini belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab terjadinya OCD, tetapi teori yang dipercaya memicu terjadinya kondisi bergantung dari 3 faktor utama, meliputi:
Meski penyebab pastinya belum diketahui, ada beberapa kondisi yang telah ditemukan memiliki andil besar pada risiko seseorang mengalami OCD. Beberapa faktor risiko OCD tersebut adalah sebagai berikut ini:
Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Generasi Sandwich
Untuk memastikan diagnosis OCD dokter spesialis kesehatan jiwa akan melakukan beberapa pemeriksaan, dari anamnesa psikiatri, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang.
Namun, dalam kondisi kesehatan mental, kriteria diagnostik berdasarkan DSM-5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition), memegang peran penting dalam proses diagnosis OCD. Kriteria ini menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan menderita OCD jika memiliki sejumlah kriteria pikiran obsesif, berupa:
Pikiran obsesif tersebut kemudian menyebabkan perilaku kompulsif, yang menurut DSM-5 bisa dikenali sebagai:
Dokter juga akan menilai apakah gejala di atas sudah mengganggu prestasi di sekolah, kualitas pekerjaan, hubungan sosial dengan orang lain, atau aktivitas rutinnya. Dari penilaian ini, dokter bisa menentukan derajat keparahan OCD yang dialami oleh pasien.
Selain itu, dokter juga bisa menyarankan pemeriksaan penunjang, berupa tes darah untuk mengetahui hitung darah lengkap, mengetahui fungsi kelenjar tiroid, dan riwayat penggunaan alkohol atau NAPZA. Pemeriksaan penunjang ini bisa menyingkirkan kondisi medis lain yang dapat memengaruhi pikiran dan perilaku.
Baca juga: Gadget dan Kesehatan Mental
Pengobatan yang dilakukan untuk penderita OCD bukanlah untuk menyembuhkan, melainkan untuk meringankan serta mengelola gejala yang terjadi. Dengan demikian, pasien dapat beraktivitas tanpa adanya hambatan.
Cara mengatasi OCD untuk tiap pasien bisa saja berbeda, karena dokter spesialis kesehatan jiwa akan memberikan pengobatan sesuai dengan keparahan dan kondisi kesehatan secara umum. Namun, umumnya penanganan dilakukan dengan peresepan obat-obatan serta terapi perilaku kognitif.
Terapi psikologis berupa terapi perilaku kognitif (cognitive behaviour test atau CBT) akan melatih pasien berhadapan dengan kondisi yang memicu gejala OCD. Jika biasanya kondisi ini dihindari, konselor akan mengajarkan kiat menghadapinya, sehingga gejala OCD bisa dikendalikan.
Umumnya CBT merupakan pilihan penanganan OCD yang pertama dilakukan. Namun, jika upaya ini tidak membuahkan hasil, dokter akan meresepkan obat-obatan antidepresan mengatasi gejala OCD. Obat ini akan bekerja dengan cara menyeimbangkan kadar senyawa kimia di otak, yakni serotonin, yang memicu terjadinya gejala OCD, sehingga gejala bisa diredakan.
Penderita OCD yang tidak mendapatkan penanganan dengan tepat bisa mengalami komplikasi. Beberapa komplikasi OCD bisa terjadi berupa:
Oleh karena itu, penanganan yang sesuai untuk OCD sangat penting dilakukan, sebagai upaya pencegahan komplikasi maupun untuk mengendalikan gejalanya. Sebab gejala OCD sendiri bisa sangat mengganggu kehidupan penderitanya.
OCD bukan hanya tentang kebersihan, melainkan gangguan mental yang ditandai oleh pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang berulang, seperti memeriksa, menghitung, atau merapikan. Tidak hanya kebersihan, penderita OCD bisa terobsesi dengan hal lain, seperti keamanan maupun keteraturan.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) biasa berkembang sebelum usia 25 tahun. Biasanya, kondisi ini berkembang pada usia 8 hingga 12 tahun, atau pada dewasa muda, sekitar usia 18 hingga 25 tahun.
OCD tidak menular. Kondisi ini merupakan gangguan mental yang disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan biologis, bukan infeksi virus atau bakteri. Meskipun seseorang dapat menunjukkan gejala OCD, gangguan ini tidak bisa ditularkan kepada orang lain.
OCD bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik. Stres berlebihan akibat OCD dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, dan masalah pencernaan. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk kesehatan fisik.
OCD dapat memengaruhi ingatan melalui keraguan dan stres berlebih. Akibatnya, penderita OCD sulit untuk percaya pada ingatan atau keputusan sendiri. Kecemasan yang terus-menerus dari OCD juga dapat mengganggu konsentrasi dan proses penyimpanan informasi, sehingga memengaruhi daya ingat penderitanya.
Memang tidak ada salahnya mengerjakan sesuatu dengan teratur, atau melakukan pemeriksaan ulang terhadap hasil pekerjaan Anda. Namun, jika kebiasaan ini justru menghambat prestasi di sekolah maupun tempat kerja, atau mengganggu aktivitas Anda, konsultasikan kondisi ini ke dokter spesialis kesehatan jiwa untuk pemeriksaan dan penanganan yang sesuai.
Selain penanganan yang diberikan untuk menjaga kesehatan mental Anda, termasuk mengatasi OCD yang diderita, RS Pondok Indah memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif, yakni kondisi kesehatan fisik tiap pasien. Pelayanan ini akan dilakukan oleh dokter spesialis berpengalaman dengan bantuan tenaga medis kompeten dan fasilitas medis berteknologi terkini.
Referensi: