Operasi Kraniotomi adalah tindakan membuat lubang pada tulang tengkorak untuk mengatasi stroke dan pembekuan pembuluh darah di otak.
Bekuan darah yang terjadi akibat stroke, terutama yang volumenya besar hingga menimbulkan pergeseran posisi otak, perlu dioperasi sebagai upaya penanganannya. Operasi yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah kraniotomi (craniotomy). Mari mengenal lebih lanjut informasi tentang prosedur kraniotomi.
Operasi kraniotomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dengan membuat lubang pada tulang tengkorak atau wadah otak untuk mengurangi tekanan atau desakan di dalam otak. Prosedur bedah otak ini juga dilakukan untuk menghilangkan penyakit dan memperbaiki struktur otak yang mengalami gangguan. Jadi, operasi kraniotomi dilakukan untuk membuat akses guna mencapai bagian-bagian otak yang perlu diperbaiki.
Baca juga: Tumor Otak, Kenali dan Tangani Sedini Mungkin
Dokter bedah saraf akan menyarankan operasi kraniotomi untuk beberapa alasan, antara lain:
Pelaksanaan operasi kraniotomi pada kasus stroke biasa hanya dilakukan untuk stroke perdarahan. Tujuan tindakan pembedahan otak ini adalah untuk mengurangi tekanan dalam otak (decompressive craniotomy), memperbaiki pembuluh darah yang pecah maupun bagian otak yang terkena dampak perdarahan, maupun mengevakuasi bekuan darah maupun perdarahan dalam otak.
Operasi kraniotomi untuk kasus stroke dilakukan sebagai tindakan gawat darurat, di mana kebanyakan pasien tidak sadar. Operasi kraniotomi biasanya berlangsung sekitar 3-5 jam, bahkan lebih. Setelah operasi, pasien akan diobservasi selama beberapa hari di ruang rawat intensif sebelum kemudian dipindahkan ke ruang rawat biasa. Saat dokter menyarankan tindakan ini bagi orang terdekat Anda, berikut adalah persiapan yang perlu diketahui:
Baca juga: Bebas Saraf Terjepit
Saat pasien sudah terbius, dokter bedah saraf akan mengawali operasi kraniotomi dengan membuat sayatan di kulit kepala pasien, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan beberapa lubang (dengan diameter sebesar 1 sentimeter) menggunakan bor. Selanjutnya, tulang di antara tiap lubang akan dipotong, sehingga terbentuk suatu potongan tulang tengkorak yang dapat dilepas. Setelah itu, selaput pembungkus otak disayat serta dibuka untuk mencapai jaringan otak.
Langkah selanjutnya disesuaikan dengan penyakit atau kondisi medis pasien, baik dengan melakukan evakuasi bekuan darah, mengangkat bagian otak yang cedera, maupun memperbaiki pembuluh darah yang pecah. Semua tindakan dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak bagian otak yang normal.
Setelah operasi selesai, maka selaput pembungkus otak akan segera dijahit kembali. Pada sebagian besar kasus, potongan tulang akan dipasang kembali dan direkatkan dengan menggunakan ikatan kawat, benang, atau pelat logam kecuali pada kondisi tertentu, misal pada kasus pembengkakan otak yang hebat.
Sayatan kulit kepala ditutup dengan jahitan benang atau staples. Adakalanya juga dipasang selang (drain) untuk mengalirkan sisa-sisa darah untuk beberapa hari.
Ada beberapa tindakan operasi lain pada kepala (selain kraniotomi) yang dilakukan secara mandiri atau bersamaan dengan kraniotomi. Salah satunya adalah operasi pemasangan shunt atau selang pintas untuk mengurangi tekanan pada otak dengan cara mengalirkan cairan otak ke rongga perut, agar dapat diserap kembali oleh tubuh.
Obat-obatan yang diberikan kepada pasien setelah operasi kraniotomi bertujuan membuat pasien merasa nyaman dan mengoptimalkan penyembuhan. Salah satu obat yang digunakan adalah steroid, untuk mengatasi pembengkakan otak. Selain itu, obat anti-kejang juga bisa diresepkan untuk pasien mengatasi maupun mencegah kejang.
Pada beberapa kasus stroke yang terjadi karena kanker otak, dokter akan menambahkan kemoterapi maupun radioterapi setelah operasi kraniotomi dilakukan. Kemoterapi yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker, bisa diberikan dengan cara diminum atau melalui infus. Sementara, radioterapi dilakukan dengan menembakkan sinar X ke sel kanker untuk menghambat pertumbuhannya, tanpa menimbulkan rasa nyeri.
Operasi kraniotomi memang terkesan menyeramkan, karena perlu membuka tengkorak bahkan melibatkan otak. Namun, Anda tidak usah khawatir karena dokter telah mempertimbangkan segala risiko tindakan ini. Jadi, saat dokter menyarankan operasi kraniotomi untuk kasus stroke, manfaat pelaksanaan prosedur ini lebih besar dibandingkan dengan bila tidak dilakukan.
Setelah operasi kraniotomi, kontrol rutin ke dokter spesialis bedah saraf dilakukan untuk mengevaluasi proses pemulihan. Dokter juga bisa menyarankan beberapa terapi tambahan untuk mempercepat proses pemulihan, termasuk fisioterapi. RS Pondok Indah menyediakan semua fasilitas yang Anda perlukan, baik untuk proses operasi kraniotomi, pemulihan pascastroke, maupun fisioterapi, guna menghadirkan pelayanan kesehatan yang holistik.
Operasi kraniotomi dilakukan untuk mengakses otak melalui pembukaan tulang tengkorak, biasanya untuk mengobati kondisi seperti tumor otak, perdarahan, aneurisma, infeksi, atau cedera otak. Tujuannya adalah memperbaiki atau mengangkat masalah yang mengancam kesehatan otak.
Operasi kraniotomi biasanya memakan waktu sekitar 3-5 jam, tergantung pada kompleksitas kasus dan kondisi pasien. Namun, beberapa prosedur yang lebih rumit dapat berlangsung lebih lama. Durasi operasi juga dipengaruhi oleh lokasi dan jenis masalah di otak.
Operasi kraniotomi berpotensi berbahaya karena melibatkan otak, dengan risiko seperti infeksi, perdarahan, kerusakan saraf, pembengkakan otak, dan kejang. Namun, dengan teknik modern dan tim ahli, risiko ini dapat diminimalkan, dan operasi sering dilakukan untuk kondisi serius yang mengancam nyawa.