Mengenal Operasi Miom, dari Indikasi Hingga Manfaatnya

By Tim RS Pondok Indah

Monday, 17 February 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Operasi miom merupakan pengobatan untuk benjolan di rahim. Meski tidak selalu, operasi miom juga bisa menjadi upaya untuk meningkatkan keberhasilan program hamil.

Mengenal Operasi Miom, dari Indikasi Hingga Manfaatnya

Miom atau fibroid rahim adalah pertumbuhan benjolan pada dinding rahim yang tidak ganas atau tidak berisiko menjadi kanker. Kondisi yang memiliki istilah medis leiomioma atau fibroid rahim ini memang tidak berbahaya, tetapi bisa membuat penderitanya mengeluhkan nyeri menstruasi yang hebat, perdarahan di luar siklus menstruasi, hingga masalah kesuburan. Oleh karena itu, miom perlu ditangani dengan tepat sebelum menyebabkan masalah lebih lanjut.


Penanganan Miom 

Umumnya, miom yang kecil dan tidak menyebabkan keluhan, atau terjadi menjelang masa menopause, memang tidak perlu ditangani. Namun, ketika kondisi ini menyebabkan keluhan, diperlukan penanganan yang sesuai dengan beberapa faktor yang akan dipertimbangkan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan.


Dokter bisa saja menyarankan pengobatan dengan meresepkan obat-obatan maupun melakukan operasi miom atau miomektomi.


Baca juga: Endometriosis, si Penyebab Nyeri Hebat Saat Menstruasi


Apa itu Operasi Miom?

Operasi miom adalah prosedur bedah untuk mengangkat miom. Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk mengurangi gejala yang mengganggu dan mencegah komplikasi yang dapat disebabkan oleh miom.


Gejala yang sering dialami oleh penderita miom meliputi nyeri menstruasi yang hebat, perdarahan di luar siklus menstruasi, periode menstruasi yang memanjang, dan masalah kesuburan. Dengan mengangkat miom, operasi ini dapat membantu mengatasi perdarahan menstruasi berlebih serta meningkatkan peluang kehamilan bagi wanita berusia subur.


Lalu, apakah miom harus dioperasi? Jawabannya adalah tidak selalu harus dioperasi, tergantung dari ukuran, jumlah, dan letak miom. Selain itu, usia dan rencana kehamilan juga menjadi pertimbangan apakah miom memerlukan operasi sebagai penanganan yang akan dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan.


Baca juga: Kista Ovarium yang Mengintai Perempuan



Jenis Operasi Miom

Berdasarkan pendekatan sayatan, operasi miom bisa dibedakan menjadi 3 jenis utama, yakni:


1. Miomektomi terbuka

Miomektomi terbuka, atau miomektomi abdominal, yakni sayatan operasi dilakukan di perut untuk mengangkat miom. Dokter akan memilih metode ini sebagai operasi untuk mengangkat miom yang berukuran sangat besar atau jumlahnya sangat banyak.


2. Miomektomi laparoskopik

Miomektomi laparoskopik, atau robotik minimal invasif, dengan melakukan 2-3 sayatan kecil di perut yang berukuran tidak lebih dari 2 cm. Kemudian, dokter akan memasukkan selang tipis elastis sebagai alat untuk operasi.


Anda yang memiliki miom yang ukurannya kecil atau jumlahnya sedikit akan lebih disarankan menjalani operasi miom dengan teknik ini.


3. Miomektomi histeroskopi

Miomektomi histeroskopi, atau miomektomi transvagina, dapat dilakukan tanpa sayatan. Pada tindakan ini, dokter akan memasukkan memasukkan selang elastis yang dilengkapi dengan kamera dan lampu kecil dari vagina. Jenis operasi miom ini lebih dipilih untuk mengatasi miom yang berukuran kecil dan jumlahnya sedikit.


Selain mengangkat miom, dokter juga bisa melakukan ablasi endometrium untuk menghancurkan miom berukuran kecil dan terletak di bagian dalam rahim. Tindakan bedah ini bukan untuk menghilangkan miom, melainkan menghancurkan lapisan rahim untuk wanita yanbg mengalami perdarahan menstruasi berlebih akibat miom.


Dokter spesialis kebidanan dan kandungan akan menentukan jenis operasi miom yang sesuai, setelah memeriksa dan mempertimbangkan kondisi Anda.


Baca juga: Nyeri Haid: Kenali yang Normal dan Tidak Normal


Indikasi Operasi Miom

Dokter kandungan akan menyarankan pasien untuk menjalani miomektomi jika kondisi ini menyebabkan berbagai keluhan seperti di bawah ini:


  • Perubahan siklus menstruasi, termasuk perdarahan di luar siklus menstruasi
  • Perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari biasanya
  • Nyeri panggul
  • Muncul benjolan di perut 
  • Mengalami gangguan BAK, yakni jadi sering kencing karena merasa tidak tuntas saat BAK
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Mengalami gangguan kesuburan, yang biasa dikeluhkan dengan sulit hamil
  • Nyeri perut bagian bawah maupun merasa tertekan atau terasa berat di perut bawah 


Selain bermanfaat untuk meredakan keluhan yang ditimbulkan akibat miom, operasi miom juga merupakan pilihan bagi wanita yang masih berada di usia subur dan masih berencana untuk hamil di kemudian hari.


Baca juga: Apakah Penderita Kista Ovarium Bisa Hamil? Cek Informasinya di Sini



Persiapan Operasi Miom

Setelah diperiksa dan dinyatakan perlu menjalani operasi miom, dokter biasa akan menginstruksikan Anda untuk melakukan beberapa persiapan berikut ini:


  • Puasa 6-8 jam sebelum operasi dijadwalkan
  • Hentikan konsumsi obat maupun suplemen yang bisa memicu terjadinya perdarahan, atau sesuaikan dengan arahan dokter
  • Pastikan untuk didampingi kerabat sebelum, selama dan setelah prosedur miomektomi dilakukan


Pada hari operasi miom dijadwalkan, dokter maupun petugas medis akan melakukan beberapa persiapan, meliputi:


  • Pemasangan selang infus di tangan maupun lengan
  • Memasang selang kencing 
  • Memasang alat untuk memantau tanda vital, yang meliputi denyut jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah dan kadar oksigen, sebelum hingga operasi selesai dilakukan


Baca juga: Jangan Anggap Sepele Gangguan Menstruasi


Prosedur Operasi Miom

Prosedur pembedahan miom kurang lebih memakan waktu 2-3 jam, tergantung dari keparahan dan kondisi miom. Dokter bisa saja memberikan bius total, lokal, maupun regional. Pemilihan jenis bius ini akan disesuaikan dengan kondisi Anda. Setelah obat bius bekerja, barulah dokter akan melakukan operasi, sesuai dengan jenis operasi yang telah ditentukan sebelumnya. Namun, secara umum, berikut ini adalah prosedur operasi miom yang akan dilakukan:


  • Dokter akan melakukan sayatan maupun memasukkan alat khusus dari dalam vagina
  • Setelah ditemukan, dokter akan mengangkat miom yang menyebabkan keluhan
  • Kemudian dokter akan menjahit kembali sayatan yang dibuat sebelumnya


Baca juga: Apakah PCOS Bisa Hamil? Harapan Memiliki Keturunan Bagi Wanita dengan PCOS


Setelah Operasi Miom

Setelah operasi miom selesai dilakukan, wanita yang menjalani prosedur ini akan dipindahkan ke ruangan pemulihan. Ketika kondisi sudah dinyatakan stabil, tidak ditemukan komplikasi dari operasi, Anda akan diperbolehkan pulang atau dipindahkan ke ruangan rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut selama 1-2 malam. Selama perawatan maupun untuk obat pulang, dokter akan meresepkan obat antinyeri.


Flek atau perdarahan ringan mungkin akan Anda temukan beberapa hari hingga 6 minggu setelah operasi miom. Kondisi ini adalah hal yang wajar, Anda tidak perlu panik. Namun, jika perdarahan sangat banyak atau terjadi lebih dari 6 minggu, Anda sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan sesegera mungkin.


Anda bisa melakukan beberapa tips maupun pantangan pasca operasi miom agar cepat pulih:


  1. Melakukan aktivitas dengan intensitas yang berat, termasuk mengangkat benda yang lebih berat dari 3 kg
  2. Mengonsumsi obat yang mengandung hormon, tanpa pengawasan dokter
  3. Hindari konsumsi makanan manis, yang mengandung hormon estrogen, maupun daging merah, serta makanan pemicu miom yang lain
  4. Jangan melakukan hubungan seksual selama setidaknya 6 minggu setelah prosedur miomektomi


Baca juga: Apakah Kanker Serviks Bisa Disembuhkan?


Komplikasi Operasi Miom

Seperti operasi lain, operasi miom juga bisa menyebabkan beberapa komplikasi. Meski tidak selalu terjadi, komplikasi operasi miom bisa saja berupa:


  • Perdarahan hebat
  • Infeksi 
  • Kerusakan jaringan, pembuluh darah, maupun organ di sekitar area operasi
  • Perlengketan jaringan dalam rongga perut
  • Komplikasi kehamilan maupun persalinan di kemudian hari


Meski jarang, ketika terjadi perdarahan hebat selama operasi miom, dokter spesialis kebidanan dan kandungan bisa saja sampai harus melakukan operasi pengangkatan rahim, bahkan telurnya juga ikut diangkat, dengan menjalani miomektomi abdominal sebagai solusinya.


Selain itu, beberapa kanker sering disalahartikan sebagai miom yang bersifat jinak, yang mana ketika dioperasi, justru meningkatkan risiko perkembangan dan penyebaran kanker jadi lebih cepat.


Baca juga: Apakah Kanker Ovarium Bisa Sembuh? Simak Opsi Penanganan Kanker Ovarium 


Pencegahan Komplikasi Operasi Miom

Anda tidak perlu khawatir dengan risiko operasi miom, karena ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh dokter. Beberapa upaya untuk mencegah risiko komplikasi operasi miom berupa:


  • Konsumsi tablet besi atau vitamin penambah darah
  • Obat hormonal, seperti pil KB
  • Terapi untuk mengecilkan ukuran miom 


Agar lebih maksimal, Anda sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk menentukan penanganan miom, termasuk jenis operasinya, dan supaya hasilnya pun bisa lebih optimal. 


Di RS Pondok Indah, dokter spesialis kami sudah berpengalaman dalam melakukan berbagai tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan Anda dan orang terkasih, termasuk melakukan operasi miom. Jadi, jangan berpikir dua kali untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan di RS Pondok Indah cabang terdekat jika Anda merasakan gejala miom.


Baca juga: Unexplained Infertility, Bisakah Hamil Secara Alami?



FAQ


Apakah Miom Perlu Diangkat?

Tidak semua miom perlu diangkat atau dioperasi. Kondisi yang memerlukan operasi adalah saat miom menyebabkan gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti nyeri hebat, perdarahan berlebihan, atau masalah kesuburan. Namun, jika miom yang tidak menimbulkan masalah dan berukuran kecil, dokter spesialis kebidanan dan kandungan bisa menyarankan opsi pengobatan lain tanpa tindakan operasi.


Apa Efek Setelah Operasi Miom?

Pasca operasi miom, efek yang mungkin timbul termasuk nyeri di area perut, perdarahan ringan, dan kelelahan. Beberapa wanita mungkin mengalami perubahan pada siklus menstruasi atau kesulitan hamil dalam waktu tertentu. Efek samping lain bisa berupa infeksi atau masalah terkait anestesi, meskipun jarang terjadi.


Berapa Lama Rahim Pulih Setelah Operasi Miom?

Pemulihan rahim setelah operasi miom biasanya memakan waktu 4 hingga 6 minggu. Selama periode ini, pasien dianjurkan untuk beristirahat dan menghindari aktivitas berat untuk mendukung proses pemulihan operasi miom.


Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Operasi Miom?

Setelah operasi miom, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang terlalu berat atau intensif selama 4 hingga 6 minggu. Selain itu, pasien juga dilarang melakukan hal-hal ini pasca operasi:


  • Mengangkat benda yang lebih berat dari 3 kg
  • Mengonsumsi obat yang mengandung hormon, tanpa pengawasan dokter
  • Hindari konsumsi makanan manis, yang mengandung hormon estrogen, maupun daging merah, serta makanan pemicu miom yang lain
  • Jangan melakukan hubungan seksual selama setidaknya 6 minggu setelah prosedur miomektomi


Miom Sudah Diangkat Apa Bisa Tumbuh Lagi?

Meskipun sudah diangkat, miom memiliki risiko tumbuh kembali. Beberapa wanita mungkin mengalami miom lagi di masa depan, terutama jika mereka mengalami menopause. Oleh sebab itu, pemantauan rutin setelah operasi tetap dianjurkan.




Referensi:

  1. Dumitrașcu MC, Nenciu CG, et al,. Laparoscopic myomectomy–The importance of surgical techniques. Frontiers in Medicine. 2023. (https://www.frontiersin.org/journals/medicine/articles/10.3389/fmed.2023.1158264/full). Diakses pada 12 Februari 2025.
  2. Gnanachandran C, Penketh R, et al,. Myomectomy benefits, risks, long-term outcomes, and effects on fertility and pregnancy outcomes: a literature review. Journal of Gynecologic Surgery. 2023. (https://www.liebertpub.com/doi/full/10.1089/gyn.2022.0127). Diakses pada 12 Februari 2025.
  3. Chen Y, Fu M, et al,. Effect of the enhanced recovery after surgery protocol on recovery after laparoscopic myomectomy: a systematic review and meta-analysis. Gland Surgery. 2022. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9177272/). Diakses pada 12 Februari 2025.
  4. Jeldu M, Asres T, et al,. Pregnancy Rate after Myomectomy and Associated Factors among Reproductive Age Women Who Had Myomectomy at Saint Paul’s Hospital Millennium Medical College, Addis Ababa: Retrospective Cross‐Sectional Study. International journal of reproductive medicine. 2021. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1155/2021/6680112). Diakses pada 12 Februari 2025.
  5. American College of Obstetricians and Gynecologists. Uterine Fibroids. (https://www.acog.org/womens-health/faqs/uterine-fibroids). Direvisi terakhir Juli 2022. Diakses pada 12 Februari 2025.
  6. Cleveland Clinic. Myomectomy. (https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/15448-myomectomy). Direvisi terakhir 11 Januari 2023. Diakses pada 12 Februari 2025.
  7. Johns Hopkins Medicine. Myomectomy. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/myomectomy-hysteroscopic-laparoscopic-abdominal). Diakses pada 12 Februari 2025.
  8. Mayo Clinic. Myomectomy. (https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/myomectomy/about/pac-20384710). Direvisi terakhir 28 Juni 2022. Diakses pada 12 Februari 2025.