Growth spurt pada anak biasanya terjadi pada usia 11,5 - 16 tahun untuk perempuan dan 13,5 - 18 tahun untuk laki-laki, bertepatan dengan masa pubertas.
Pertumbuhan badan anak yang kita bicarakan di sini parameternya adalah ukuran fisik, terdiri dari tinggi badan, berat badan, dan ukuran lingkar kepala. Pada umumnya, fase pertumbuhan dan perkembangan badan anak dibagi menjadi tiga bagian.
Yang pertama terjadi sejak anak lahir hingga berusia 3 tahun, fase kedua berlangsung ketika anak menginjak usia 3-9 tahun, dan fase yang terakhir terjadi saat anak berusia 10 tahun saat anak memasuki masa pubertas.
Pada fase pertama, biasanya pertumbuhan badan anak berlangsung dengan sangat cepat atau yang biasa disebut dengan growth spurt, yang terutama terjadi pada tahun pertama. Pada fase ini, bayi tumbuh sangat cepat sehingga ia membutuhkan asupan nutrisi yang baik.
Pada 6 bulan pertama kehidupan asupan nutrisi sepenuhnya bergantung pada ASI, sehingga tubuh sang ibu pun akan mendapatkan “natural alert” untuk memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Bayangkan, pada fase ini, rata-rata berat badan (BB) bayi dapat naik 800 hingga 1.000 gram per bulan pada 3 bulan pertama kehidupan.
Pada fase kedua, pertumbuhan badan anak cenderung melambat. Peningkatan tetap harus ada walaupun tidak secepat pertumbuhan di 3 tahun pertama. Hal ini berlangsung sampai anak menginjak usia 10 tahun yang artinya ia sudah memasuki fase ketiga.
Pada fase ini, anak kembali masuk pada tahapan growth spurt dan akan mencapai puncaknya ketika ia mengalami pubertas. Bagi anak perempuan, puncak pertumbuhan rata-rata terjadi pada usia 11,5 tahun dan kemudian melambat lalu berhenti pada usia 16 tahun sedangkan untuk anak laki-laki puncak pertumbuhan terjadi pada usia 13,5 tahun dan berhenti pada usia sekitar 18 tahun.
Semua fase di atas penting untuk dicermati agar pertumbuhan badan anak dapat berjalan optimal. Namun begitu, fase growth spurt dinilai sebagai masa yang paling krusial sehingga pada fase inilah para orangtua diminta untuk lebih memerhatikan detail pertumbuhan badan anak dari waktu ke waktu serta asupan nutrisi yang diberikan.
Pertumbuhan badan anak pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah bakat genetik dari kedua orangtua. Namun demikian, dalam perjalanannya pertumbuhan badan anak juga dapat dipengaruhi faktor lain, misalnya kondisi kesehatan anak, nutrisi, aktivitas fisik, dan juga kebiasaan tidur malam anak.
Anak yang berusia balita rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuhnya belum terbentuk dengan sempurna sehingga mereka mudah terserang diare, batuk, pilek dan berbagai penyakit infeksi lainnya.
Mengapa kesehatan anak dapat berpengaruh pada pertumbuhan badan? Karena biasanya apabila anak terserang penyakit seringkali menyebabkan penurunan berat badan akibat penyakitnya sendiri atau kesulitan asupan yang terjadi saat anak sedang sakit.
Bila stagnansi berat badan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, misalnya selama 3-6 bulan berturut-turut maka kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan tinggi badan dan lingkar kepala anak.
Yang terpenting adalah menu yang seimbang atau balance diet. Untuk menunjang pertumbuhan badannya, setiap anak harus mendapat asupan karbohidrat, lemak, dan protein serta didukung oleh berbagai jenis vitamin dan mineral secara seimbang.
Sebisa mungkin, sumber makanan harian sang anak pun bervariasi. Misalnya saja, untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat sang anak, kita bisa membuat variasi dari berbagai makanan sumber karbohidrat selain nasi seperti mie, pasta, kentang, singkong, dan lain-lain.
Begitu pula dengan protein dan lemak. Kita bisa mengombinasikan antara konsumsi daging-dagingan (sumber protein hewani) ataupun tempe (sumber protein nabati). Selain itu asupan sayur dan buah serta susu juga harus senantiasa diberikan pada anak.
Tak hanya untuk mencegah kebosanan, variasi makanan juga ditujukan agar nutrisi yang diterima anak lebih seimbang.
Apabila anak sudah menjalankan balance diet dengan tepat maka pemberian suplemen tidaklah mutlak diperlukan. Pemberian suplemen yang berlebihan dapat mengakibatkan kondisi hipervitaminosis yang disebabkan karena ada beberapa vitamin yang tidak dapat dikeluarkan secara langsung apabila tidak terpakai.
Contohnya vitamin A, D, E, dan K. Tak seperti vitamin B dan C yang akan keluar dari tubuh apabila tidak terpakai, vitamin A, D, E, dan K yang tak terpakai akan tertimbun di dalam jaringan lemak. Dan timbunan ini dalam jangka yang panjang dapat menimbulkan beragam efek samping, misalnya hati dan ginjal.
Tak hanya itu, anak pun dapat mengalami gangguan pada pencernaan apabila kelebihan vitamin E dan kelebihan vitamin K akan menyebabkan rasa mual.
Tanpa disadari, sekadar memanjat, berlari-larian, berenang, main sepeda dan sebagainya dapat membuat pertumbuhan badan anak lebih optimal. Aktivitas fsik akan melatih otot dan elastisitas tulang-tulang, terlebih jika dilakukan di bawah sinar matahari pagi.
Hal ini disebabkan karena kalsium membutuhkan vitamin D aktif yang didapatkan dari paparan sinar matahari untuk dapat terserap baik oleh tulang.
Ada beberapa anak yang gemar sekali tidur lebih larut dari yang seharusnya. Padahal, tidur malam sangatlah penting untuk pertumbuhan badan anak terutama tinggi badan. Tubuh kita mengandung growth hormone yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan serta regenerasi sel.
Hormon ini hanya bekerja di malam hari saat anak-anak berada pada fase tidur dalam. Oleh karena itu, waktu tidur yang kurang tentunya dapat memengaruhi proses kerja growth hormone.
Sebisa mungkin, anak sudah tidur pada pukul 21.00 dan bangun pada pukul 06.00 sehingga mendapat lebih banyak kesempatan pada pagi hari untuk memulai aktivitas dengan sarapan yang bernutrisi serta mendapat kesempatan terpapar sinar matahari pagi.
Setelah mengikuti beberapa langkah di atas, kini yang paling penting untuk orangtua lakukan agar pertumbuhan badan anak dapat optimal adalah memantaunya dengan menggunakan growth chart yang dikeluarkan oleh WHO. Lakukan pemantauan sejak bayi lahir hingga setidaknya anak berusia 5 tahun.
Melalui growth chart ini, Anda dapat mengetahui apabila pertumbuhan badan anak tidak sesuai dengan usianya. Apabila terjadi demikian, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak guna mendapatkan saran tindakan selanjutnya.
Fase growth spurt biasanya terjadi pada usia 11,5 - 16 tahun untuk anak perempuan dan 13,5 - 18 tahun untuk anak laki-laki. Pada fase ini, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan meningkat pesat.
Gejala growth spurt meliputi peningkatan nafsu makan, sering merasa lelah, nyeri pada tulang atau sendi, dan pertumbuhan tinggi yang cepat. Anak mungkin juga mengalami perubahan suasana hati.
Mengatasi growth spurt dengan memastikan anak mendapat nutrisi seimbang, cukup protein, kalsium, dan vitamin D. Pastikan juga anak tidur cukup dan rutin berolahraga untuk mendukung pertumbuhan.