Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD) adalah teknik bedah minimal invasive untuk mengatasi saraf kejepit tulang belakang guna meminimalisir nyeri.
Bentuk tulang belakang manusia sangat unik. Terdiri dari ruas-ruas spesifik yang memungkinkan manusia bisa bergerak meliuk-liuk. Tetapi, karena bentuk yang beruas-ruas ini, tidak jarang terjadi kondisi yang disebut Herniated Nucleus Pulposus/HNP (atau sering disebut saraf terjepit).
Di antara ruas-ruas tulang belakang, terdapat sendi (yang di belakang disebut facet joint sementara yang di depan disebut diskus intervertebral). Normalnya, diskus terdiri dari dinding (annulus) dan inti (yang berupa seperti jel).
Annulus merupakan bagian yang sangat kuat, karena berfungsi sebagai penahan beban saat kita beraktivitas. Tetapi dalam keadaan tertentu, annulus dapat pecah, ataupun robek. Robekan annulus ini menjadi jalur keluarnya saraf yang berada di belakang annulus dan menimbulkan rasa sakit yang menjalar dari bokong ketungkai bawah. Kondisi inilah yang disebut HNP.
Penyakit yang kerap dialami pada orang-orang di usia produktif ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
Selain itu, makanan, polusi, serta aktivitas sehari-hari juga dapat menjadi faktor penunjang terjadinya HNP.
Baca juga: Penanganan Minimal Invasive Untuk Cedera Panggul
Secara umum, terdapat tiga jenis HNP:
Kasus protrusion dapat ditangani dengan terapi obat atau dibantu dengan fisioterapi dan perubahan perilaku (seperti aktivitas yang dilakukan serta cara duduk). Sementara, extrusion dan sequestration perlu ditangani dengan tindakan pembedahan, salah satunya Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD).
Tindakan invasif minimal ini dilakukan dengan memasukkan alat berdiameter 6 milimeter melalui kulit menuju bantalan yang pecah atau sakit. Alat tersebut kemudian dihubungkan dengan kamera, sehingga kondisi bantalan dapat dilihat oleh dokter melalui monitor. Tindakan ini hanya memerlukan pembiusan lokal di area sekitar kulit tempat alat tersebut dimasukkan.
Di masyarakat, terdapat pemikiran bahwa operasi pada tulang belakang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Pemberian bius lokal memungkinkan dokter dapat terus berkomunikasi dengan pasien. Saat tindakan berlangsung, dokter pun akan meminta pasien untuk menggerakkan kakinya untuk memastikan tidak adanya gangguan pada saraf. Karenanya, tidak perlu lagi ada kekhawatiran bahwa operasi pada tulang belakang, khususnya dengan PELD, dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Melalui tindakan ini, inti diskus yang keluar akan diambil. Sementara, annulus yang pecah akan merapat secara alami. Karena tindakan ini invasifnya sangat minimal, tidak banyak jaringan yang cedera, dan nyeri setelah tindakan pun menjadi minim. Maka itu, pemakaian obat pengurang rasa sakit yang kuat pun dapat dihindari dan proses pemulihan bisa lebih cepat dibanding dengan operasi terbuka.
Yang perlu diingat, HNP dapat berulang jika Anda tidak mengubah perilaku aktivitas yang buruk ataupun berlebihan.
Operasi PELD (Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy) biasanya berlangsung sekitar 30-90 menit, tergantung pada tingkat keparahan kasus. Prosedur ini minim invasif, sehingga pemulihan lebih cepat dibandingkan operasi terbuka, dengan risiko komplikasi yang lebih rendah.
Keberhasilan operasi PELD untuk saraf terjepit mencapai 85-95%, tergantung kondisi pasien dan keahlian dokter. Prosedur ini efektif mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tubuh, dengan risiko komplikasi lebih rendah dibandingkan operasi tradisional.
Efek samping operasi PELD bisa meliputi nyeri ringan pascaoperasi, infeksi, perdarahan, atau cedera saraf. Meski jarang, beberapa pasien mungkin mengalami kekambuhan. Pastikan Anda mengikuti anjuran dokter untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi.
Proses pemulihan pasca operasi saraf kejepit biasanya memakan waktu 4-6 minggu, tergantung kondisi tubuh Anda. Aktivitas ringan bisa dilakukan dalam beberapa hari, tetapi hindari angkat beban berat hingga dokter menyatakan aman untuk melakukannya.