Seputar Pemeriksaan Hepatitis B yang Perlu Diketahui

By Tim RS Pondok Indah

Tuesday, 29 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Pemeriksaan hepatitis B adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang pernah, sedang, atau tidak terinfeksi virus hepatitis B. Simak penjelasannya!

Seputar Pemeriksaan Hepatitis B yang Perlu Diketahui

Hepatitis B adalah infeksi pada organ hati (liver) yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi virus ini bisa berlangsung selama 6 bulan (akut) dan lebih dari 6 bulan (kronis).


Pada sebagian penderita, hepatitis B tidak menimbulkan gejala. Jadi, untuk mengetahui seseorang mengalami kondisi ini, dibutuhkan pemeriksaan hepatitis B secara lengkap.


Pemeriksaan hepatitis B perlu dilakukan untuk memberikan penanganan sesegera mungkin. Sebab infeksi hepatitis B yang tidak ditangani dengan tepat bisa menjadi penyebab terjadinya jaringan parut pada hati (sirosis), gagal hati, bahkan kanker hati.


Apa itu Pemeriksaan Hepatitis B?

Pemeriksaan hepatitis B adalah serangkaian tes yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis B dalam tubuh. Selain untuk menegakkan diagnosis hepatitis B seseorang, pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter spesialis penyakit dalam untuk mengetahui tingkat keparahan infeksi dan menentukan rencana pengobatan yang tepat, sekaligus memantau keberhasilan pengobatan.


Baca juga: Hepatitis, Kenali Gejalanya untuk Mencegah Komplikasinya



Jenis Pemeriksaan Hepatitis B

Berikut ini adalah beberapa jenis pemeriksaan hepatitis B yang dilakukan:


1. Tes HBsAG (Hepatitis B surface antigen)

Tes HBsAG bertujuan untuk mengetahui apakah pasien sedang terinfeksi virus hepatitis B atau tidak. Pemeriksaan ini mampu mendeteksi keberadaan antigen permukaan virus hepatitis B di dalam darah.

Apabila hasil tes menunjukkan positif, maka Anda perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah infeksi baru saja terjadi (akut) atau sudah pernah terjadi.


2. Tes Anti-HBs (Hepatitis B surface antibody)

Tes anti-HBs bertujuan untuk mengetahui apakah Anda sudah kebal terhadap virus hepatitis B atau tidak. Pemeriksaan hepatitis B ini akan menunjukkan jumlah antibodi terhadap permukaan virus hepatitis B (surface antibody). 


Antibodi ini umumnya akan terbentuk jika Anda pernah terinfeksi virus hepatitis B dan sembuh, atau Anda sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis B dan telah terbentuk kekebalan.


3. Tes Anti-HBc Total (Core antibody total)

Anti-HBc adalah antibodi terhadap inti virus hepatitis B. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah Anda pernah terinfeksi virus hepatitis B, baik saat ini atau pernah sebelumnya.


Anti-HBc terdiri dari 2 jenis, yaitu:


  • IgM, yakni Immunoglobulin M yang menunjukkan infeksi baru terjadi (akut)
  • IgG, yakni Immunoglobulin G yang menunjukkan bahwa infeksi sudah pernah terjadi


Sebagai informasi, seseorang yang sudah mendapatkan vaksin hepatitis B dan kekebalan tubuhnya terbentuk tidak akan mengembangkan anti-HBc.


Baca juga: Vaksin Hepatitis B untuk Anak


4. Tes Anti-HBc IgM

Tes anti-HBc IgM merupakan tes untuk mengetahui adakah antibodi terhadap inti virus, tipe IgM, di dalam tubuh Anda. Jika hasil tes ini positif, maka Anda baru saja terinfeksi hepatitis B (kurang dari 6 bulan) sehingag membutuhkan pengobatan dari dokter.


5. Tes HBeAg (Hepatitis B e-antigen)

HBeAg adalah singkatan dari hepatitis B e-antigen. Antigen ini adalah protein dari virus hepatitis B yang beredar di dalam darah yang terinfeksi, saat virus sedang aktif berkembang biak. Jika hasil tes ini positif, artinya Anda sedang terinfeksi virus hepatitis B dan dapat menularkan virus ini ke orang lain.


Di sisi lain, hasil tes negatif menandakan bahwa Anda tidak memiliki e-antigen di dalam darah. Namun, virus hepatitis B mungkin tetap bereplikasi di dalam tubuh sehingga Anda membutuhkan perawatan dan pemantauan dari dokter.


6. Tes Anti-HBe

Anti-HBe adalah antibodi yang diproduksi oleh sistem imun tubuh sebagai respons terhadap virus hepatitis B akut. Keberadaan antibodi ini menunjukkan bahwa tubuh Anda sedang membersihkan virus hepatitis B yang pernah menginfeksi tubuh. Itu artinya, infeksi sudah mulai membaik dan Anda akan segera sembuh.


7. Tes HBV DNA (PCR)

Tes HBV DNA hanya boleh dilakukan pada seseorang yang sudah didiagnosa terinfeksi virus hepatitis B. Pasalnya, tes ini bertujuan untuk mengetahui jumlah virus di dalam tubuh Anda, tingkat keparahan penyakit hepatitis B, dan respons tubuh terhadap pengobatan yang dokter berikan. 


Baca juga: Mengenal Kelainan Hati Dari Hepatitis Sampai Kanker Hati



Mengapa Pemeriksaan Hepatitis B Diperlukan?

Pemeriksaan hepatitis B berperan penting dalam mendeteksi dan mengatasi infeksi virus HBV. Sebab, banyak orang yang terinfeksi virus hepatitis B tidak terlihat sakit. Deteksi dini membantu mencegah penyebaran virus ke orang lain dan mencegah terjadinyanya komplikasi serius, seperti sirosis hingga kanker hati.


Baca juga: Tes Fungsi Hati, Langkah Awal Menentukan Kesehatan Hati


Kapan Pemeriksaan Hepatitis B Perlu Dilakukan?

Pemeriksaan hepatitis B perlu dilakukan jika Anda mengalami gejala yang mengindikasikan adanya peradangan pada organ hati, seperti:


  • Mudah lelah
  • Mual dan muntah
  • Urine berwarna gelap
  • Demam
  • Nyeri sendi
  • Sakit perut
  • Bagian putih mata dan kulit menguning


Tes ini juga harus dilakukan apabila Anda mengalami paparan langsung dengan darah atau cairan tubuh orang lain yang mengalami infeksi hepatitis B.


Selain itu, pemeriksaan hepatitis B juga dianjurkan bagi orang yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti tenaga kesehatan, memiliki riwayat transfusi darah, menggunakan jarum suntik secara bergantian, dan memiliki perilaku seksual yang tidak aman atau melakukan hubungan seksual dengan lebih dari 1 orang.


Baca juga: Pentingnya Vaksinasi untuk Orang Dewasa


Apa Bahaya Terlambat Mendiagnosis Hepatitis B?

Terlambat mendiagnosis hepatitis B dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius, seperti sirosis dan kanker hati. Tanpa pengobatan yang tepat, virus ini dapat berkembang menjadi infeksi kronis yang berlangsung bertahun-tahun, meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang.


Pada ibu hamil, hepatitis B yang tidak terdeteksi berpotensi menular kepada bayi saat proses persalinan. Tidak hanya demikian, hepatitis B juga dapat memicu timbulnya komplikasi pada kehamilan, seperti diabetes gestasional, plasenta lepas sebelum waktunya (solusio plasenta), pre-eklampsia, dan kelahiran prematur.


Jadi, jangan anggap sepele penyakit hepatitis B. Jika Anda mengalami gejala hepatitis B, antara lain urine berwarna gelap, demam, nyeri sendi, sakit perut, nafsu makan berkurang, muntah, tubuh terasa lelah, serta bagian putih mata dan sakit kuning, segera konsultasikan ke dokter spesialis penyakit dalam dan lakukan pemeriksaan hepatitis B di RS Pondok Indah cabang terdekat. Sebab dokter akan memberikan penanganan yang sesuai bagi kondisi Anda, dengan dibarengi penerapan pola hidup sehat.


Baca juga: Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik



FAQ


HBsAg Positif itu Hepatitis Apa?

HBsAg positif menandakan bahwa seseorang sedang terinfeksi Hepatitis B. Namun, untuk mengetahui apakah infeksi baru saja terjadi (akut) atau sudah lama (kronis) diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis penyakit dalam.


Pemeriksaan Lab Hepatitis B Apa Saja?

Pemeriksaan laboratorium utama untuk Hepatitis B meliputi:


  • HBsAg: Menunjukkan infeksi aktif
  • Anti-HBs: Menandakan imunisasi atau pemulihan dari infeksi
  • Anti-HBc (total dan IgM): Menunjukkan infeksi saat ini atau sebelumnya
  • HBeAg dan Anti-HBe: Menilai tingkat penularan dan aktivitas virus
  • Viral load (DNA HBV): Mengukur jumlah virus dalam darah
  • Tes fungsi hati (AST, ALT): Menilai kerusakan hati, membantu menentukan fase infeksi, dan merencanakan penanganan yang sesuai


Apa Pemeriksaan Fisik untuk Hepatitis B?

Pemeriksaan fisik pada Hepatitis B meliputi:


  • Inspeksi, berupa pengamatan adanya tanda sakit kuning (jaundice) di mata dan kulit,
  • Palpasi atau perabaan, khususnya pada area perut, untuk mendeteksi pembesaran hati atau limpa, maupun adanya nyeri perut baik dengan atas tanda penekanan
  • Perkusi, atau mengetuk menggunakan jari, pada area perut untuk memastikan adanya pembesaran hati maupun limpa
  • Auskultasi, atau mendengarkan menggunakan stetoskop, guna menilai adanya perubahan bising usus. Namun, pemeriksaan ini tidak begitu spesifik untuk kasus hepatitis B.


Apakah Penderita Hepatitis B Kronis Bisa Hidup Normal?

Penderita hepatitis B kronis dapat hidup normal, tetapi hal ini tergantung pada tingkat keparahan dan pengobatan yang mereka jalani. Dengan menjalani gaya hidup sehat, pengobatan yang konsisten, dan pengawasan medis dari dokter spesialis penyakit dalam, penderita hepatitis B kronis dapat menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa.




Referensi:

  1. Bonino F, Colombatto P, Brunetto MR. HBeAg-negative/anti-HBe-positive chronic hepatitis B: a 40-year-old history. Viruses. 2022. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9416321/). Diakses pada 22 April 2025.
  2. Centers for Disease Control and Prevention. Testing for Hepatitis B. (https://www.cdc.gov/hepatitis-b/testing/index.html). Direvisi terakhir 31 Januari 2025. Diakses pada 22 April 2025.
  3. Centers for Disease Control and Prevention. Clinical Testing and Diagnosis for Hepatitis B. (https://www.cdc.gov/hepatitis-b/hcp/diagnosis-testing/index.html). Direvisi terakhir 31 Januari 2025. Diakses pada 22 April 2025.
  4. Mayo Clinic. Hepatitis B. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hepatitis-b/symptoms-causes/syc-20366802). Direvisi terakhir 4 Oktober 2024. Diakses pada 22 April 2025.
  5. Hepatitis B Foundation. Blood Tests for Diagnosing Hepatitis B. (https://www.hepb.org/prevention-and-diagnosis/diagnosis/hbv-blood-tests/). Direvisi terakhir 2025. Diakses pada 22 April 2025.