Begini Cara Penanganan Baby Blues bagi Ibu yang Baru Melahirkan

By Tim RS Pondok Indah

Friday, 11 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Baby blues dapat mengganggu proses menyusui serta bonding antara seorang ibu dan anaknya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penanganan baby blues yang tepat dan cepat.

Begini Cara Penanganan Baby Blues bagi Ibu yang Baru Melahirkan

Baby blues merupakan perubahan emosi yang dialami oleh ibu baru setelah melahirkan. Kondisi ini memang hanya terjadi sementara waktu, tetapi penderitanya bisa merasakan kesedihan maupun kecemas, yang berujung dengan menyebabkan ibu menangis tanpa alasan yang jelas.


Umumnya baby blues terjadi pada hari ke-3 sampai 5 setelah ibu melahirkan buah hatinya. Meski merupakan kondisi umum, tetapi baby blues tidak bisa diremehkan dan perlu diatasi dengan cara yang tepat. Sebab baby blues yang dibiarkan tanpa penanganan bisa berkembang menjadi depresi pasca-persalinan atau postpartum depression, yang lebih parah dan membutuhkan penanganan langsung oleh dokter.

Penyebab Baby Blues

Penyebab baby blues belum diketahui secara pasti. Namun, perubahan hormon yang terjadi selama masa hamil dan proses persalinan, diduga menjadi salah satu penyebab perubahan suasana hati yang memicu terjadinya baby blues.


Tidak hanya itu, perubahan jadwal keseharian setelah kelahiran bayi, seperti harus menyusui bayi dua jam sekali, bahkan terjaga saat malam, juga bisa membuat ibu kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Kondisi ini juga bisa membuat suasana hati mudah berubah (mood swing) dan stres pun semakin menumpuk.


Baca juga: Psikosis PostPartum, Berbahayakah bagi Ibu?


Tanda-Tanda Baby Blues

Selain mudah menangis, sedih, dan cemas tanpa alasan yang jelas, gejala baby blues juga sering kalo dikeluhkan sebagai:


  • Mudah marah atau mudah tersinggung
  • Tidak sabar
  • Gelisah
  • Insomnia meski bayi sedang tidur
  • Sulit untuk berkonsentrasi
  • Nafsu makan berkurang atau tidak nafsu makan


Baca juga: Persiapan Menyusui Bagi Calon Ibu



8 Cara Mengatasi Baby Blues

Meski mengganggu, Anda bisa mengatasi baby blues dengan beragam tips berikut ini:


1. Ceritakan dengan orang terdekat

Cara mengatasi baby blues yang mudah dilakukan, tetapi masih sering diabaikan adalah berbagi cerita ke orang terdekat, baik pasangan, keluarga, orang tua, atau teman.


Bercerita atau curhat kepada orang yang Anda percaya bisa membantu meringankan beban pikiran, mengutarakan keluh kesah, dan segala kecemasan yang Anda alami, apalagi jika ini merupakan pengalaman pertama menjadi seorang ibu.


Tidak perlu malu jika Anda menangis selama curhat. Akui perasaan tersebut, dan jangan memendam kesedihan maupun emosi lain yang Anda rasakan. Ceritakan semua yang Anda rasakan, kekhawatiran, maupun hal yang mengusik pikiran, kepada kerabat terdekat. Dengan demikian, Anda bisa merasa lebih lega dan tenang. Terkadang, penderita baby blues hanya perlu mengutarakan perasaannya kepada orang yang benar-benar mendengarkan keluh kesah mereka.


2. Istirahat yang cukup

Semenjak melahirkan, waktu tidur Anda bisa saja terganggu, karena harus menyusui bayi kapan saja ia inginkan. Namun, Anda tetap disarankan untuk mencukupi waktu istirahat. Sebab, kurang tidur bisa memperburuk suasana hati yang bisa memicu bahkan memperparah gejala baby blues. Anda bisa menyiasati hal ini dengan ikut tidur ketika Si Kecil terlelap. 


Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Si Kecil dan Kesehatan Ibu


3. Jangan sungkan minta bantuan

Merawat bayi baru lahir memerlukan energi dan waktu ekstra. Sedangkan Anda juga perlu mengurus diri sendiri, dan Anda juga bukanlah manusia super yang bisa melakukan semuanya sendiri. Jadi, cobalah meminta bantuan kepada pasangan, keluarga, orang tua, atau teman terdekat, ketika Anda merasa kewalahan. Baik sekadar menemani Anda atau menitipkan bayi sebentar ketika Anda butuh waktu untuk beristirahat dan mengurus diri sendiri.


4. Konsumsi makanan bergizi

Sebagai ibu yang baru saja melahirkan dan menyusui, Anda perlu mengonsumsi makanan bergizi setiap hari. Selain untuk mempercepat pemulihan, makanan bergizi ini juga penting untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan produksi ASI.


Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi, khususnya yang kaya akan asam lemak omega-3 agar susana hati bisa menjadi lebih baik. Konsumsi kacang-kacangan, chia seed, ikan sarden, alpukat, dan pisang bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi perubahan suasana hati pada penderita baby blues.


Sebaliknya, Anda disarankan untuk menghindari konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana, seperti roti, donat, kue manis. Sebab, konsumsi makanan manis yang berlebihan justru bisa menyebabkan perubahan suasana hati atau mood swing yang lebih parah. 


Baca juga: Informasi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Perlu Diketahui



5. Penuhi kebutuhan cairan harian

Selain mengonsumsi makanan bergizi, Anda juga perlu memenuhi kebutuhan cairan tubuh setiap hari. Selain mencegah dehidrasi dan membantu memperbanyak ASI, hidrasi juga turut mempengaruhi suasana hati, mengatasi kelelahan, dan mempermudah Anda untuk tidur cukup. Untuk itu, pastikan Anda minum sebanyak 3000mL,atau setara dengan 12-13 gelas, air per harinya. 


6. Luangkan waktu untuk diri sendiri

Wajar jika Anda merasa jenuh karena berkutat dengan popok, ASI, dan bayi, setiap hari sejak melahirkan buah hati. Namun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuk diri sendiri. Dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, perasaan bisa kembali tenang dan mood bisa kembali naik, sehingga Anda bisa kembali merawat bayi tanpa emosi negatif.


Anda bisa meluangkan waktu beberapa jam untuk sekadar menonton film kesukaan, melakukan hobi, menyempatkan ke salon, atau sekadar berjalan kaki di sore hari untuk menghirup udara segar sebagai bentuk me time.


Baca juga: Bayi Bingung Puting: Apa yang Harus Dilakukan?


7. Sering menyusui bayi

Jika perasaan Anda sudah lebih baik, cobalah untuk menyusui bayi sesering mungkin, sesuai dengan arahan dokter. Sebab menyusui bayi penting untuk mencukupi nutrisi si kecil. Selain itu, menyusui bisa meningkatkan produksi hormon oksitosin, yakni hormon yang bisa memperbaiki suasana hati Anda. Oleh karena itu, semakin sering atau rutin menyusui bayi, risiko Anda mengalami postpartum depression pun makin berkurang.


8. Konsultasi ke tenaga ahli

Bila berbagai tips di atas kurang efekif mengatasi, bahkan memperparah, baby blues yang Anda alami, sudah saatnya Anda melakukan konsultasi ke tenaga ahli, baik ke psikolog maupun ke psikiater atau dokter spesialis kejiwaan.


Berkonsultasi dengan tenaga ahli sangat penting untuk memperbaiki suasana hati Anda yang kacau serta mengurangi emosi negatif yang Anda rasakan dengan lebih optimal. Serta mencegah kondisi ini berkembang menjadi post partum depression.


Sebagian ibu yang baru saja melahirkan dan mengalami baby blues kerap kali merasakan kesepian dan sangat sedih. Namun, baby blues bukanlah kondisi yang bisa didiamkan tanpa penanganan yang tepat. Sebab jika didiamkan, kondisi ini akan berkembang menjadi postpartum depression yang bisa mencelakai ibu maupun bayi, akibat muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan buah hati.


Jadi, jangan anggap sepele baby blues! Segera lakukan konsultasi ke psikolog, bahkan ke psikiater atau dokter spesialis kejiwaan di RS Pondok Indah cabang terdekat, jika mengalami kondisi yang menyerupai gejala baby blues. Melalui konsultasi dan pemeriksaan yang tepat, perubahan suasana hati yang dialami bisa teratasi dengan baik, sehingga proses merawat, terutama mengasihi, buah hati menjadi momen berharga yang menyenangkan.


Baca juga: Mengetahui Penyebab ASI Tidak Lancar dan Cara Mengatasinya



FAQ


Berapa Lama Masa Baby Blues Akan Hilang?

Masa baby blues umumnya berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah melahirkan. Kebanyakan gejala baby blues bisa berubah-ubah, tetapi akan mulai mereda dalam waktu 10-14 hari.


Namun, gejala baby blues bisa terjadi lebih lama pada beberapa individu. Pada kasus ini, konsultasi dengan psikolog maupun psikiater (dokter spesialis kejiwaan), perlu dilakukan untuk mengelola baby blues dan mencegahnya berkembang menjadi postpartum depression.


Apa yang Harus Dilakukan saat Terkena Baby Blues?

Jika Anda mengalami baby blues, penting untuk memberi diri Anda waktu untuk beristirahat dan beradaptasi dengan kehidupan pascapersalinan. Cobalah juga untuk berbicara dengan pasangan, keluarga, atau teman, tentang perasaan Anda, karena dukungan sosial dan emosional dapat menjadi kunci untuk pulih dari baby blues.


Pastikan juga Anda beristirahat dengan cukup, menjaga pola makan yang sehat, dan berolahraga ringan secara rutin, karena kesehatan tubuh juga berkaitan erat dengan kesehatan mental ibu. Jadi, luangkan waktu untuk diri sendiri, bahkan jika hanya sebentar, untuk mengurangi stres dan kecemasan yang Anda rasakan.


Apakah Baby Blues Ada Obatnya?

Baby blues umumnya tidak memerlukan pengobatan medis khusus. Dalam kebanyakan kasus, baby blues dapat membaik seiring waktu, terutama bila ibu mendapatkan dukungan yang baik dari lingkungan sekitar.


Namun, jika baby blues tidak kunjung membaik atau bahkan berkembang menjadi postpartum depression, maka ibu membutuhkan bantuan profesional dari dokter spesialis kejiwaan. Dokter mungkin akan merekomendasikan terapi atau konsumsi obat, sesuai dengan keparahan dan kondisinya.


Apakah Baby Blues Bisa Dicegah?

Meskipun baby blues tidak selalu dapat dicegah, ada beberapa langkah untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Salah satu faktor yang paling penting adalah cukupnya dukungan, terutama secara emosional, dari pasangan, keluarga, dan teman sebelum maupun setelah melahirkan.


Selain itu, menjalani pola hidup yang sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga rutin juga bermanfaat untuk mengurangi risiko terjadinya baby blues.


Apakah Baby Blues Bisa Kambuh Lagi?

Sayangnya, baby blues bisa kambuh kembali. Kondisi ini memang biasanya dialami oleh ibu yang baru saja menjalani persalinan untuk pertama kalinya. Namun, baby blues bisa saja kambuh jika ibu mengalami stres atau perubahan besar dalam hidup, termasuk kehamilan berikutnya.


Jika Anda merasa gejala baby blues muncul kembali, jangan ragu untuk mencari dukungan profesional. Segera lakukan konsultasi ke psikolog maupun psikiater atau dokter spesialis kejiwaan untuk mencegah kondisi tersebut berkembang menjadi postpartum depression yang lebih serius.



Referensi:

  1. Mehdi S, Manohar K, et al,. Omega-3 fatty acids supplementation in the treatment of depression: An observational study. Journal of Personalized Medicine. 2023.(https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9962071/). Diakses pada 7 April 2025.
  2. Modak A, Ronghe V, et al,. The psychological benefits of breastfeeding: fostering maternal well-being and child development. Cureus. 2023. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10631302/). Diakses 7 April 2025.
  3. Grèzes J, Erblang M, et al, A. Impact of total sleep deprivation and related mood changes on approach-avoidance decisions to threat-related facial displays. Sleep. 2021.(https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34313789/). Diakses pada 7 April 2025.
  4. Cleveland Clinic. Benefits of Breastfeeding. (https://my.clevelandclinic.org/health/articles/15274-benefits-of-breastfeeding). Direvisi terakhir 17 Juli 2023. Diakses pada 7 April 2025.
  5. Cleveland Clinic. Postpartum Depression. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9312-postpartum-depression). Direvisi terakhir 12 April 2022. Diakses pada 7 April 2025.
  6. Mayo Clinic. Postpartum depression. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postpartum-depression/symptoms-causes/syc-20376617). Direvisi terakhir 24 November 2022. Diakses pada 7 April 2025.