Penanganan dan pengobatan kanker dapat dilakukan melalui pembedahan (reseksi/hepatectomy), ablasi, maupun RFA untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Kasus kanker hati di Indonesia termasuk tinggi, dengan angka sekitar 10–15 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya. Banyaknya kasus kanker hati ini berhubungan erat dengan tingginya angka infeksi hepatitis B dan hepatitis C, yang juga merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia.
Hepatitis B maupun hepatitis C adalah penyebab utama sirosis hati (kondisi di mana organ hati menciut dan mengeras). Penyakit infeksi ini juga merupakan faktor utama terbentuknya tumor ganas pada hati atau kanker hati. Di samping itu, kanker hati juga bisa disebabkan oleh perlemakan hati (fatty liver) dan konsumsi alkohol berlebihan.
Kanker hati yang sudah mencapai stadium lanjut memerlukan transplantasi hati. Namun, sebenarnya ada beberapa terapi mutakhir yang bisa dilakukan lebih dini agar kanker hati tidak mencapai stadium lanjut. Terapi tersebut adalah pembedahan (reseksi), ablasi, dan TACE (transarterial chemoembolization). Terapi-terapi ini terbukti efektif dan bisa memberikan hasil yang baik.
Meski kanker sering dikaitkan dengan kemoterapi, studi menunjukkan bahwa hasil kemoterapi pada kanker hati tidak memberikan hasil yang signifikan dan justru bisa membawa banyak risiko efek samping. Oleh karena itu, kemoterapi tidak menjadi pilihan utama pada penderita kanker hati.
Pemilihan terapi kanker hati akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahan penyakitnya. Berikut ini adalah beberapa jenis pengobatan kanker hati yang dapat dipertimbangkan oleh dokter:
Dokter spesialis bedah onkologi dapat menangani kanker hati dengan melakukan pembedahan. Pembedahan atau reseksi dilakukan dengan mengangkat tumor ganas yang tumbuh di hati. Tindakan ini juga disebut dengan hepatektomi.
Pembedahan untuk mengobati kanker hati cocok dilakukan jika:
Selama kondisinya masih memungkinkan, pembedahan tetap merupakan pilihan utama untuk menyembuhkan kanker hati. Hal ini karena pembedahan akan mengangkat seluruh tumor.
Kini, teknik pembedahan hati semakin maju dan terbantu dengan diciptakannya pisau bedah mutakhir cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA). Pisau ini mampu memotong jaringan hati yang sakit tanpa memotong pembuluh darah di sekitarnya, sehingga pendarahan akan sedikit dan hasil potongan sangat halus. Dengan demikian, pembedahan dapat dilakukan dengan aman dan hasilnya juga lebih baik.
Baca juga: Kunci Hindari Kanker Hati: Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan
Metode pengobatan kanker hati lainnya adalah ablasi. Prinsip ablasi adalah menghancurkan jaringan kanker dengan menggunakan energi. Saat ini, ada beberapa macam metode ablasi yang tersedia, seperti radiofrequency ablation (RFA), microwave ablation, cryoablation, dan high intensity focused ultrasound (HIFU). Masing-masing metode memiliki keunggulan masing-masing. Namun, metode yang paling populer dan banyak dipakai adalah RFA.
Metode RFA menggunakan gelombang radiofrekuensi yang menghasilkan panas 90–110 derajat Celcius untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kriteria penggunaan RFA sebagai pengobatan kanker hati antara lain:
Metode RFA dilakukan menggunakan sebuah alat serupa jarum yang diarahkan langsung ke tumor dengan panduan USG, CT scan, maupun navigasi virtual (real time virtual navigator system). Selanjutnya, gelombang radiofrekuensi disalurkan melalui jarum tersebut untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Metode lainnya yang cukup menjanjikan dan juga terbukti efektif adalah transarterial chemoembolization (TACE). Prinsip TACE adalah membunuh sel-sel kanker dengan menggunakan obat kemoterapi serta menghentikan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan kanker menggunakan agen penyumbat pembuluh darah (embolisasi).
Proses TACE diawali dengan memasukkan mikro-kateter (selang halus) melalui pembuluh darah di pangkal paha (arteri femoralis). Dengan panduan monitor, kateter diarahkan menyusuri pembuluh darah hingga sampai di pembuluh darah hati yang mensuplai tumor. Setelah itu, obat kemoterapi dan agen penyumbat pembuluh darah akan dialirkan melalui kateter dan langsung menuju tumor.
Dengan prosedur ini, sel-sel kanker akan terkurung dan dipenuhi oleh obat kemoterapi. Ini berbeda dengan kemoterapi konvensional, di mana obat diberikan melalui suntikan/infus atau diminum sehingga harus melewati bagian tubuh lain yang sehat sebelum sampai ke sel-sel kanker yang sebenarnya ditarget. Hal ini dapat menyebabkan efek samping yang berat pada jaringan tubuh yang sehat.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa TACE dapat meningkatkan kadar obat yang mencapai tumor hingga 100 kali lebih tinggi daripada kemoterapi konvensional. Itulah sebabnya dosis obat yang dibutuhkan pada TACE hanya ⅕ dari dosis obat kemoterapi konvensional.
Itulah beberapa jenis pengobatan kanker hati yang mutakhir, efektif, dan mampu meningkatkan harapan hidup pasien. Penting untuk diingat bahwa semakin dini kanker hati didiagnosis dan ditangani, semakin besar peluang keberhasilannya.
Oleh karena itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan. Tim dokter di Rumah Sakit Pondok Indah siap membantu Anda dalam mendiagnosis dan memberikan penanganan yang tepat untuk kondisi kesehatan Anda.
Baca juga: Nyeri Kanker, Ketahui Penyebab dan Penanganannya!
Penyakit kanker hati umumnya disebabkan oleh infeksi hepatitis B atau hepatitis C yang menyebabkan kerusakan hati dalam jangka panjang. Faktor risiko lainnya adalah sirosis, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, dan paparan aflatoksin (racun dari jamur pada makanan tertentu). Selain itu, memiliki keluarga dengan riwayat kanker hati juga dapat meningkatkan risiko kanker ini terjadi.
Penyebaran kanker atau metastasis menandakan kanker hati stadium lanjut. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan fungsi hati, nyeri perut, penurunan berat badan, jaundice (kulit dan mata menguning), dan kelelahan parah.
Ya, kanker hati bisa diobati dengan kemoterapi, tetapi efektivitasnya terbatas. Hal ini karena hati cenderung tidak merespons obat kemoterapi dengan baik jika dibandingkan dengan organ lain.
Oleh karena itu, kemoterapi biasanya dikombinasikan dengan terapi lain, seperti terapi target, imunoterapi, atau embolisasi. Tujuan kemoterapi pada kanker hati lebih sering untuk mengendalikan penyebaran penyakit dan mengurangi gejala, bukan untuk menyembuhkan.