Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi

Tuesday, 22 October 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Mengenal kelainan struktur jantung yang didapatkan sejak lahir.

Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi

Selama ini sebagian besar masyarakat hanya mengetahui bahwa penyakit jantung hanya dapat terjadi pada orang dewasa/lansia. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa terdapat kondisi yang disebut sebagai Penyakit Jantung Bawaan (PJB), yaitu suatu kelainan struktur jantung yang didapatkan sejak lahir. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan aliran darah di dalam jantung dan ke seluruh tubuh. Meskipun data kejadian PJB di Indonesia masih terbatas, menurut Center for Disease Control and Prevention, sekitar 8 dari 1.000 bayi lahir dengan PJB, dan 1 dari 4 bayi tersebut membutuhkan intervensi bedah/non-bedah darurat.


Penyebab seorang anak menderita PJB saat ini masih belum diketahui pasti. Namun beberapa studi menyebutkan adanya peran kelainan genetik baik yang tidak diwariskan orang tua seperti down syndrome, ataupun kelainan genetik yang diwariskan orang tua seperti turner syndrome. Selain itu, terdapat beberapa faktor eksternal yang dapat memicu PJB. Beberapa di antaranya adalah penyakit infeksi seperti rubella dan sifilis, serta konsumsi obat-obat tertentu (misalnya: obat anti jerawat atau obat anti epilepsi) yang terjadi pada fase kritis pembentukan jantung janin. Karenanya, penting bagi orang tua yang merencanakan kehamilan untuk berkonsultasi kepada dokter mengenai riwayat pengobatan sebelum hamil dan menjaga kesehatan.


Walaupun beberapa PJB tidak menimbulkan gejala pada awal kehidupan, sejumlah masalah termasuk seperti gagalnya pertumbuhan dan perkembangan anak, infeksi paru yang berulang, gagal jantung, biru pada bibir, lidah, dan ujung kuku, baik yang menetap atau yang terpicu jika anak menangis atau beraktivitas sebagai akibat kekurangan oksigen dalam tubuh, dan bahkan kematian.


Oleh sebab itu, sebagai individu yang paling dekat dengan anak, orang tua bertindak sebagai garda depan untuk mengenali gejala dan tanda awal dari PJB. Anak dengan PJB cenderung cepat lelah, terlihat dari pola menyusu bayi yang sering terputus-putus atau pada anak yang lebih tua yang sering jongkok karena kelelahan. Perlu juga diwaspadai jika anak mengalami demam dengan sesak berulang, tidak tumbuh sesuai teman seusia walaupun tidak ada gangguan makan, dan jika adanya pembengkakan pada perut atau kedua tungkai bawah.


Penapisan oleh dokter pada umumnya dilakukan melalui wawancara (anamnesis) dan pemeriksaan fisik. Selain itu pemeriksaan penunjang seperti sinar-X (rontgen) dada dan pemeriksaan aktivitas listrik jantung (elektrokardiografi), juga dilakukan untuk melihat gambaran umum jantung. Adapun gold standard untuk menegakkan diagnosis PJB adalah dengan echocardiography, suatu alat untuk melihat struktur jantung dan aliran darah dengan menggunakan gelombang suara.


Selain itu, pemeriksaan invasif menggunakan alat kateter ke dalam jantung juga dapat dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi aliran dan juga tekanan pada ruangan jantung dan pembuluh darah.


Baca juga: 5 Perbedaan Kateterisasi Jantung dan Pasang Ring Jantung



Penanganan PJB pada Anak

Jika anak terdiagnosis mengalami PJB, maka kunjungan rutin ke dokter sangat dianjurkan untuk memantau perkembangan penyakit. Beberapa jenis PJB tidak ditatalaksana secara langsung, ketika pasien diharapkan untuk mencapai target ideal dalam umur, berat badan, dan penilaian lainnya. Dengan pertimbangan dokter, pasien dapat diberikan obat atau dilakukan intervensi non-bedah yang melibatkan alat khusus misal pemasangan balon atau stent pada jantung atau pembuluh darah. Jika tidak memungkinkan, tindakan pembedahan dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan struktural.


Orang tua juga dapat membantu penanganan PJB. Penerapan gaya hidup sehat memainkan peran penting dalam mengendalikan gejala. Menerapkan pola makan seimbang, olahraga ringan yang rutin, dan menghindari faktor risiko seperti asap rokok, polutan, dan ruangan yang tidak berventilasi dapat meningkatkan kualitas hidup anak. Dukungan dari keluarga dan teman-teman dalam membentuk lingkungan yang penuh pengertian juga merupakan kunci penting dalam membantu pasien PJB mengatasi rintangan mereka.


Meskipun PJB mungkin membawa tantangan bagi orang tua, tetapi dengan cinta, pemahaman, dan dukungan penuh keluarga, banyak anak dengan kondisi PJB dapat hidup dengan kondisi ini dan tumbuh menjadi dewasa yang produktif. Dengan demikian, masyarakat perlu memahami, merawat, dan memberikan dukungan yang menjadi kunci untuk menangani PJB, sehingga setiap individu dapat terlibat dalam perjuangan inspiratif pasien dan mendorong mereka untuk menjalani hidup yang penuh dengan warna.