Tenggorokan terasa seperti tercekik dan sesak nafas? Bisa jadi merupakan gejala penyakit jantung koroner. Ketahui penyebab dan deteksi dini sebelum terlambat.
Seorang pria dengan perut buncit mengeluh nyeri pada dada bagian tengah seperti tertindih benda berat. Rasa nyeri tersebut menjalar ke lengan sebelah kiri. Nyatanya, pria tersebut juga seorang perokok berat, dan mengidap penyakit kencing manis sejak tiga tahun yang lalu serta memiliki riwayat sakit darah tinggi.
Apa kira-kira penyebabnya?
Penderita tersebut rupanya menderita serangan jantung. Serangan jantung sejatinya adalah puncak manifestasi penyakit jantung koroner, yaitu penyempitan atau penyumbatan pada liang arteri koroner, akibat tumpukan lemak dan kolesterol.
Akibat penyumbatan liang arteri koroner tersebut, maka jantung sebagai organ pompa darah tubuh mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi.
Rasa seperti ditindih beban berat di dada bagian tengah seperti yang diderita pria tersebut adalah keluhan klasik para penderita penyakit jantung koroner. Terkadang, leher juga terasa seperti tercekik.
Pada umumnya rasa sakit ini berlangsung 5-20 menit. Keluhan ini bisa muncul bersama aktivitas fisik. Kondisi yang harus diwaspadai adalah jika rasa sakit di dada muncul amat mendadak disertai keluarnya keringat dingin dan berlangsung lebih dari 20 menit. Biasanya, hal ini merupakan penanda serangan jantung.
Baca juga: Perkembangan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Serangan jantung secara medis disebut sebagai infark miokard akut (IMA). Infark miokarda akut adalah kematian jaringan otot jantung diakibatkan oleh kerusakan aliran arteri koroner.
Penyempitan atau sumbatan liang arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis, yaitu penumpukan lemak dan kolesterol pada dinding dalam liang arteri koroner.
Gambar 1 menggambarkan jantung manusia sebagai organ pompa, di mana salah satu liang arteri koroner mengalami penyumbatan sehingga sebagian daerah otot jantung yang seharusnya dialiri arteri koroner menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.
Jaringan otot jantung tersebut akhirnya mengalami kerusakan dan kematian jaringan. Semakin banyak dan semakin luas kerusakan otot jantung tersebut, maka semakin parah serangan jantung tersebut.
Baca juga: Siaga Satu Serangan Jantung!
Kolesterol akan menjadi biang persoalan jika menyusup ke dinding-dinding pembuluh darah. Dalam jangka panjang, tumpukan kolesterol akan membuat dinding pembuluh darah menebal dan mengeras, sehingga liangnya menjadi sempit.
Pengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi berisiko dua kali lipat mengidap penyakit jantung koroner. Risiko ini menjadi berlipat ganda jika pengidap tekanan darah tinggi juga menderita kencing manis, hiperkolesterol atau terbiasa merokok.
Diabetes mellitus adalah penanda potensi ancaman terhadap berbagai organ tubuh, termasuk jantung. Risiko serangan jantung pada pengidap DM adalah dua sampai enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang-orang tanpa DM.
Setiap batang rokok mengandung 4.800 jenis zat kimia. Reaksi kimiawi yang mengikuti pembakaran tembakau menghasilkan senyawa-senyawa kimiawi yang terserap oleh darah melalui proses difusi. Diperkirakan, seperlima kematian akibat serangan jantung disebabkan oleh rokok.
Risiko mendapatkan serangan jantung atau penyakit jantung koroner meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun, terutama setelah menopause.
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengidap serangan jantung sebelum 55 tahun pada ayahnya atau sebelum 65 tahun pada ibunya meningkatkan risiko penyakit ini.
Pria lebih rentan mengidap penyakit jantung koroner. Risiko pada kelompok pria dua kali lebih besar dibandingkan wanita.
Baca juga: Deteksi Dini Kelainan Jantung pada Dewasa Muda
Dalam kasus serangan jantung, rekaman EKG dapat menunjukkan lokasi penyumbatan arteri koroner. Apabila dokter meragukan adanya penyempitan arteri koroner maka uji beban jantung atau treadmill akan dilakukan. Uji beban ini dapat mengungkap penyempitan arteri koroner yang mengganggu aliran darah.
Ekokardiografi memberikan informasi ada tidaknya gangguan gerakan jantung dan fungsi pompa jantung.
Alat ini mendeteksi penyakit jantung koroner dengan kemampuan high negative predictive value. Jika hasil pemindaian tidak menunjukkan adanya penyempitan, dapat dipastikan pasien tersebut tidak mengidap penyakit jantung koroner dengan tingkat kepercayaan 95-98 persen.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruang khusus yang dilengkapi dengan kamera yang dapat diputar ke segala arah. Tindakan ini dilakukan dalam kondisi pasien yang sadar penuh setelah dibius lokal.
Selanjutnya, seutas selang kateter kecil berdiameter 2 mm dan panjang 1 meter diselipkan melalui pembuluh darah di pangkal paha atau lengan. Kateter tersebut akan menyusuri pembuluh darah besar hingga mencapai liang arteri koroner.
Proses perjalanan kateter akan dipindai oleh kamera. Setelah kateter tiba di liang arteri koroner, maka zat kontras akan disemprotkan untuk menampilkan visualisasi arteri koroner. Derajat, bentuk dan lokasi penyempitan arteri koroner akan segera terdeteksi di layar monitor.
Jika Anda atau seseorang di sekitar Anda mengalami gejala tersebut, segera hubungi layanan darurat. Sementara menunggu bantuan medis, bantu penderita untuk duduk dan beristirahat. Berikan aspirin jika tersedia, karena dapat membantu mengencerkan darah dan mengurangi kerusakan pada jantung. Hindari memberikan makanan atau minuman kepada penderita.
Setibanya di rumah sakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi jantung, termasuk elektrokardiogram (EKG), tes darah, dan angiografi koroner. Pengobatan jantung koroner biasanya melibatkan penggunaan obat-obatan seperti nitrogliserin, beta-blocker, atau statin untuk mengontrol gejala dan mencegah serangan jantung lebih lanjut. Prosedur medis seperti angioplasti atau pemasangan stent mungkin diperlukan untuk membuka arteri yang tersumbat.
Mengatasi leher tercekik akibat jantung koroner memerlukan perubahan gaya hidup yang signifikan. Langkah-langkah ini termasuk berhenti merokok, mengadopsi pola makan sehat rendah lemak jenuh dan kolesterol, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk mendapatkan panduan diet yang sesuai, serta dengan pelatih fisik untuk merencanakan program olahraga yang aman.
Stres dapat memperburuk gejala jantung koroner dan nyeri leher. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan dapat membantu mengelola stres. Terapi perilaku kognitif (CBT) juga bisa efektif dalam mengubah pola pikir negatif yang memicu stres, sehingga membantu pasien dalam menghadapi kondisi mereka dengan lebih baik.
Edukasi tentang jantung koroner sangat penting bagi pasien dan keluarganya. Bergabung dengan kelompok dukungan atau menghadiri sesi edukasi kesehatan dapat membantu pasien memahami kondisi mereka, mengikuti rencana pengobatan, dan berbagi pengalaman dengan orang lain yang menghadapi masalah serupa. Ini juga dapat meningkatkan motivasi pasien untuk tetap mengikuti anjuran medis.
Rutin melakukan kunjungan ke dokter untuk memonitor kondisi jantung sangat penting. Pemeriksaan rutin akan membantu dokter menilai efektivitas pengobatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Pasien harus mematuhi jadwal pengobatan dan menjaga komunikasi terbuka dengan penyedia layanan kesehatan untuk memastikan penanganan yang optimal.
Satu-satunya penanganan untuk penyakit jantung koroner adalah dengan pengobatan yang diberikan langsung oleh dokter spesialis jantung & pembuluh darah. Jadi, jangan ragu untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis jantung & pembuluh darah terkait di RS Pondok Indah cabang terdekat.
Leher terasa seperti tercekik dan sesak napas bisa menjadi pertanda jantung koroner, terutama jika gejala tersebut disertai dengan nyeri dada, rasa berat di dada, nyeri yang menjalar ke lengan atau rahang, pusing, atau keringat berlebihan. Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan angina, yang kadang-kadang dirasakan sebagai tekanan atau rasa tidak nyaman di leher dan dada.
Cara mendeteksi penyakit jantung koroner melibatkan pemeriksaan medis seperti elektrokardiogram (EKG) untuk memantau aktivitas listrik jantung, tes stres jantung untuk melihat respons jantung saat beraktivitas, serta angiografi koroner yang menggunakan sinar X dan zat kontras untuk melihat penyumbatan di arteri. Dokter juga bisa melakukan tes darah untuk mengukur kadar kolesterol dan penanda lainnya yang berhubungan dengan risiko jantung koroner.
Ciri khas penderita penyakit jantung koroner meliputi nyeri dada atau angina yang terasa seperti tekanan atau rasa terbakar di dada, terutama saat aktivitas fisik atau stres. Nyeri ini bisa menjalar ke lengan, leher, rahang, atau punggung. Gejala lain termasuk sesak napas, kelelahan yang tidak biasa, detak jantung tidak teratur, dan pusing. Pada beberapa kasus, penderita mungkin juga mengalami mual atau keringat berlebihan. Jika mengalami gejala-gejala ini, segera cari pertolongan medis.
Untuk mencegah penyakit jantung koroner, penting untuk menjaga pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh, garam, dan gula, serta memperbanyak buah, sayur, dan biji-bijian. Rutin berolahraga, tidak merokok, dan menghindari konsumsi alkohol berlebihan juga sangat penting. Selain itu, kontrol tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah secara rutin, serta kelola stres dengan baik. Mempertahankan berat badan yang sehat dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala juga membantu mengurangi risiko penyakit jantung koroner.
Penderita jantung koroner sebaiknya menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan trans, seperti daging merah berlemak, produk olahan susu tinggi lemak, makanan gorengan, dan makanan cepat saji. Hindari juga makanan tinggi garam seperti makanan kaleng dan camilan asin, serta batasi konsumsi gula tambahan yang terdapat dalam minuman manis dan makanan penutup. Mengonsumsi makanan-makanan ini dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah, yang berisiko memperburuk kondisi jantung koroner. Sebaliknya, fokuslah pada pola makan yang kaya buah, sayuran, ikan, dan biji-bijian utuh.