Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik

Thursday, 17 October 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Perlemakan hati adalah penumpukan lemak berlebih di hati, sering terkait dengan obesitas atau alkohol, yang bisa menyebabkan kerusakan hati jika tidak diatasi.

Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik

Perlemakan hati atau fatty liver disease merupakan salah satu penyakit hati yang sering terjadi selain hepatitis A, B, dan C. Dalam kasus ini, terjadi penumpukan zat lemak, terutama trigliserida, di dalam sel hati.


Perlemakan hati dapat terjadi pada segala usia, meskipun lebih banyak pada usia di atas 30 tahun. Dari data epidemiologi, perlemakan hati terjadi pada 10—35 persen populasi umum, dan mencapai 40—90 persen pada penderita obesitas.


Apa Itu Perlemakan Hati?

Perlemakan hati (steatosis hati) adalah kondisi di mana terdapat penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati. Hal ini dapat terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, diabetes, atau gangguan metabolisme lainnya.


Meskipun sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, penyakit perlemakan hati dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang lebih serius, seperti peradangan hati (steatohepatitis), sirosis, bahkan kanker hati, jika tidak ditangani dengan baik.


Baca juga: Tes Fungsi Hati, Langkah Awal Menentukan Kesehatan Hati



Penyebab Perlemakan Hati

Penyebab dan faktor risiko perlemakan hati bermacam-macam, di antaranya sindrom metabolik yang terdiri atas dyslipidemia (kelainan lemak darah kolesterol dan trigliserida), diabetes, dan obesitas.


Faktor lainnya adalah penggunaan rutin beberapa obat jantung dan kemoterapi, maupun mengonsumsi obat tanpa arahan dokter. Asupan makanan yang banyak mengandung lemak, tinggi karbohidrat, serta konsumsi alkohol yang belebihan (alkoholik) merupakan faktor pencetus yang paling sering terjadi pada perlemakan hati.


Penyebab perlemakan hati dapat dikategorikan sesuai jenisnya, yakni:


Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)

Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) adalah jenis perlemakan hati yang disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan secara rutin.


Saat alkohol berlebih masuk ke dalam tubuh, hati harus bekerja lebih keras untuk memecah alkohol. Proses pemecahan alkohol ini dapat mengganggu metabolisme sel-sel pada jaringan hati. Akibatnya, dalam jangka panjang akan terjadi penurunan fungsi hati dalam memecah lemak, dan justru meningkatkan fungsi hati dalam menyimpan lemak.


Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)

Perlemakan hati juga dapat terjadi tanpa adanya konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Meskipun penyebab pasti kondisi ini lebih sulit diketahui, tetapi biasanya NAFLD dipengaruhi oleh sindrom metabolik dan beberapa kondisi medis lainnya, seperti:


  • Obesitas atau berat badan berlebih
  • Berat badan yang turun secara drastis
  • Diabetes
  • kadar kolesterol, terutama trigliserida, yang tinggi
  • Hiperglikemia
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Hepatitis kronis, terutama hepatitis C
  • Malnutrisi
  • Konsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu yang lama atau dengan dosis yang tinggi


Untuk kasus di Indonesia, perlemakan hati yang umum terjadi tentunya bukanlah jenis alkoholik (Non Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD) karena sebagian besar masyarakatnya bukanlah alkoholik.

Perlemakan hati jenis ini mempunyai derajat berat yang berbeda. Derajat ringan yang hanya berupa perlemakan hati saja dikenal dengan steatosis, sedangkan yang lebih berat dikenal dengan Non Alcoholic Steatohepatitis/NASH.


Jenis ini dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi sel hati, bahkan kematian sel hati, yang akhirnya membentuk jaringan parut pada hati (fibrosis hati). Proses peradangannya dapat berlanjut dalam kurun 10—20 tahun dan menjadi pengerasan serta pengecilan hati yang sering dikenal dengan istilah sirosis hati.


Kelanjutannya akan membuat kerusakan hati menjadi permanen, tidak berfungsi dengan baik, bahkan berkembang menjadi kanker hati.


Baca juga: Mengenal Hepatitis A, Jenis Hepatitis yang Paling Menular



Gejala Perlemakan Hati

Pada tahapan awal, penyakit perlemakan hati biasanya tidak menyebabkan gejala spesifik. Meskipun demikian, berikut merupakan beberapa gejala perlemakan hati yang umum terjadi:


1. Kelelahan Berlebihan

Salah satu gejala awal perlemakan hati adalah kelelahan yang berlebihan tanpa alasan yang jelas. Rasa lelah ini sering kali tidak hilang meskipun sudah beristirahat cukup.


2. Nyeri atau Ketidaknyamanan di Perut

Perlemakan hati bisa menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan di bagian kanan atas perut, tepat di bawah tulang rusuk. Rasa nyeri ini bisa ringan atau berat, tergantung pada tingkat keparahan kondisi.


3. Pembesaran Hati

Dalam beberapa kasus, hati bisa membesar, menyebabkan pembengkakan yang terasa di sisi kanan perut. Pembesaran hati ini sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi bisa menyebabkan rasa tidak nyaman.


4. Mual dan Penurunan Nafsu Makan

Mual dan penurunan nafsu makan adalah gejala lain yang sering muncul pada perlemakan hati. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak disengaja.


5. Kulit dan Mata Menguning (Jaundice)

Pada kasus yang lebih parah, perlemakan hati dapat menyebabkan penyakit kuning, di mana kulit dan mata menjadi kuning. Ini adalah tanda bahwa hati tidak berfungsi dengan baik.


6. Gatal-gatal pada Kulit

Beberapa orang dengan perlemakan hati mungkin mengalami gatal-gatal pada kulit tanpa sebab yang jelas. Ini bisa menjadi tanda adanya permasalahan pada hati yang memerlukan perhatian medis segera.


Perlemakan hati dapat berkembang menjadi kondisi yang berbahaya jika tidak dideteksi dan ditangani dengan benar. Jadi, bagi Anda yang mengalami gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.


Baca juga: Kunci Hindari Kanker Hati: Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan


Pemeriksaan Perlemakan Hati

Perlemakan hati sering diketahui saat melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dengan didapatkannya hasil pemeriksaan laboratorium fungsi hati melalui tes darah, yaitu meningkatnya SGOT dan SGPT tanpa adanya sebab lain, seperti hepatitis.


Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan bentuk hati yang membesar. Ultrasonografi (USG) abdomen, CT-scan, dan MRI abdomen dapat pula dijadikan pemeriksaan penunjang. Untuk memastikan adanya perlemakan hati, terutama adanya NASH, diperlukan tindakan biopsi hati atau pengambilan jaringan hati, meskipun tidak lazim dilakukan.


Penatalaksanaan perlemakan hati bergantung pada faktor risikonya. Jika disebabkan sindrom metabolik, maka penurunan berat badan dan kadar lemak serta gula darah menjadi sangat penting untuk memperlambat perburukan penyakit.


Baca juga: Kenali Hepatitis B, sebelum Kondisi ini Merusak Hati


Penanganan Perlemakan Hati

Penanganan perlemakan hati biasanya akan disesuaikan dengan penyebab dan keparahannya. Biasanya dokter spesialis penyakit dalam akan menyarankan langkah-langkah penanganan seperti:


1. Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Perubahan ke gaya hidup lebih sehat mutlak diperlukan. Diet yang disarankan adalah rendah lemak dan karbohidrat, namun tinggi protein.


Olahraga teratur setidaknya 30 menit sehari, juga sangat dianjurkan bersamaan dengan diet. Beberapa obat untuk menurunkan kadar lemak darah dan diabetes terbukti dapat memperbaiki perlemakan hati. Selain itu, pemberian antioksidan terutama vitamin E juga bermanfaat.


2. Menghentikan Konsumsi Alkohol

Selain itu, alkohol pun harus dihindari, baik untuk perlemakan hati terkait alkohol maupun tidak. Konsumsi alkohol hanya akan memperlambat dan mempersulit pengobatan fatty liver disease.


3. Menjaga Berat Badan Ideal

Obesitas adalah salah satu faktor penyebab perlemakan hati. Jadi, pasien perlemakan hati biasanya akan diminta untuk menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal. Penurunan berat badan sebanyak 3–5%, terutama dari lemak perut, dapat menurunkan kadar lemak di dalam hati.


4. Konsumsi Suplemen

Beberapa suplemen, seperti vitamin E dan temulawak diduga dapat memperbaiki kondisi perlemakan hati. Jadi, dokter dapat menyarankan konsumsi suplemen tersebut pada pasien perlemakan hati.


5. Transplantasi Hati

Apabila perlemakan hati terlambat dideteksi dan sudah terjadi komplikasi, seperti sirosis hati, organ hati tidak dapat kembali berfungsi normal. Pada kondisi ini, dokter dapat melakukan cangkok hati atau transplantasi hati.


Baca juga: Nyeri Ulu Hati, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya



FAQ


Apakah Perlemakan Hati Berbahaya?

Perlemakan hati bisa berbahaya jika tidak diatasi dengan tepat. Kondisi ini dapat berkembang menjadi peradangan, fibrosis, bahkan sirosis hati, yang berisiko menyebabkan gagal hati.


Apakah Lemak di Hati Bisa Hilang?

Lemak di hati (fatty liver) bisa hilang dengan perubahan gaya hidup. Pola makan sehat, penurunan berat badan berlebih, dan olahraga teratur minimal 30 menit setiap hari adalah cara utama untuk mengurangi lemak di hati. Hindari juga konsumsi alkohol berlebihan dan makanan tinggi lemak.


Dalam beberapa kasus, perawatan medis mungkin diperlukan. Untuk mengetahui penanganan yang paling tepat untuk kondisi Anda, konsultasikanlah dengan dokter spesialis penyakit dalam.


Fatty Liver Pantang Makan Apa?

Penderita fatty liver sebaiknya menghindari makanan tinggi lemak jenuh, makanan cepat saji, makanan tinggi gula, dan minuman beralkohol. Apabila Anda membutuhkan rekomendasi diet yang tepat untuk menyembuhkan fatty liver, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik.


Bagaimana Mencegah Fatty Liver?

Anda dapat mencegah fatty liver disease dengan menjaga gaya hidup sehat, seperti:


  • Konsumsi makanan yang bergizi
  • Hindari makanan olahan, makanan berminyak, dan makanan tinggi gula
  • Hindari konsumsi alkohol secara berlebihan
  • Rutin berolahraga
  • Mengontrol berat badan


Selain itu, rutin memeriksa kesehatan juga dapat membantu Anda mendeteksi dini masalah liver.


Perlemakan hati merupakan penyakit yang semakin sering terjadi. Diperlukan deteksi dini, penatalaksanaan yang tepat dengan mengobati faktor risiko, dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat untuk menghindarinya.


Mengingat pentingnya peran organ hati, jangan menunda pemeriksaan ke dokter spesialis penyakit dalam jika Anda mengalami gejala perlemakan hati. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, kondisi ini bisa disembuhkan, dan Anda pun tidak perlu melakukan transplantasi hati.


Pemeriksaan kesehatan secara berkala di Executive Health Check Up di RS Pondok Indah cabang terdekat juga menjadi salah satu upaya skrining perlemakan hati. Hasil pemeriksaan dapat Anda konsultasikan lebih lanjut dengan dokter spesialis penyakit dalam di cabang RS Pondok Indah, untuk mendapatkan saran yang sesuai.