Deteksi kanker payudara dilakukan dengan SADARI, mammografi, USG, MRI, dan biopsi untuk mendeteksi dan memastikan adanya sel kanker secara dini.
Berdasarkan sebuah penelitian, kanker payudara merupakan kanker terbanyak dibanding kanker leher rahim yang sebelumnya dianggap peringkat pertama. Angka kematian kanker payudara di negara berkembang, termasuk di Indonesia, lebih tinggi dari negara yang sudah maju.
Penyebab pasti timbulnya kanker payudara belum diketahui. Tetapi dasarnya adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak normal dalam kelenjar payudara.
Ada beberapa keadaan yang lebih memudahkan seseorang untuk terkena kanker payudara yang dikenal sebagai faktor risiko. Tetapi jangan diartikan bila kita mempunyai faktor itu akan pasti terjadi kanker.
Kelenjar payudara merupakan organ tubuh yang terdiri dari lobulus (bagian yang menghasilkan asi) dan duktus (saluran penghubung dari lobulus ke puting susu). Di antaranya, terdapat jaringan lemak dan jaringan ikat yang membentuk payudara sedemikian rupa.
Secara teori, seluruh bagian dalam payudara dapat berkembang menjadi kanker. Tetapi dalam kenyataannya, hampir sebagian besar (85%) kanker payudara berasal dari sel di saluran (duktus), 5% berasal dari kelenjar (lobulus), dan sisanya dari sel lain.
Sifat yang paling membedakan kanker (disebut juga tumor ganas) dari tumor jinak adalah kemampuannya untuk tumbuh secara invasif ke jaringan sekitar (dengan merusak sel sekitarnya) dan kemampuannya untuk menyebar ke tempat yang jauh dari asalnya (metastasis).
Sementara, karena tumor jinak mempunyai semacam simpai/kulit pembungkus, tumbuhnya hanya setempat dan bersifat ekspansif (mendesak ke sekitar tanpa merusak sel). Bila digambar secara skematis, sel kanker seperti bola dengan duri tajam yang dapat tumbuh merusak jaringan sekitar.
Sedangkan tumor jinak seperti bola dengan kulit yang licin yang tumbuh membesar tanpa merusak sekitarnya. Baik tumor jinak, apalagi kanker (tumor ganas), membutuhkan waktu untuk tumbuh. Hanya saja kecepatan tumbuhnya berbeda. Uniknya, selain lebih cepat, kecepatan tumbuh kanker juga berbeda dari waktu ke waktu.
Untuk mencapai ukuran kanker, dari tidak terdeteksi sampai sebesar 1 cm, membutuhkan waktu beberapa tahun. Semakin besar, semakin cepat pertumbuhannya. seiring semakin besar ukurannya, kemungkinan untuk penyebaran ke tempat jauh (metastasis) pun semakin besar.
Salah satu patokan untuk penentuan tingkat keparahan kanker (stadium) adalah ukuran kanker dan ada atau tidaknya metastasis.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa bila stadiumnya makin kecil atau makin dini, maka keberhasilan pengobatannya juga makin besar. Sebaliknya, bila stadiumnya lanjut, maka selain keberhasilannya kecil biayanya juga lebih besar. Dengan dasar tersebut, mutlak kanker harus ditemukan secara dini.
Beberapa cara deteksi kanker, antara lain (1) pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), dilakukan sebulan sekali, prinsipnya dengan meraba seluruh jaringan payudara; (2) pemeriksaan oleh tenaga medis, setahun sekali bersama pemeriksaan tahunan berkala; dan (3) pemeriksaan dengan bantuan alat pencitraan seperti Mamografi, USG, dan MRI.
Cara pertama dan kedua paling mudah dan murah, tetapi ada kelemahannya, yaitu hanya dapat menemukan bila ukuran benjolannya sudah lebih dari 1 cm. Untuk deteksi dini, yang sangat dianjurkan adalah dengan bantuan alat pencitraan.
Dari ketiga alat tersebut, yang sudah menjadi standar adalah USG dan mamografi. Untuk wanita di bawah 40 tahun, cukup dengan USG. Bila di atas 40 tahun, sebaiknya ditambah dengan mamografi. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan setiap tahun sekali. Mamografi, terutama di bawah 50 tahun, dapat dikerjakan 2-3 tahun sekali.
MRI dilakukan dengan indikasi tertentu. Masing-masing alat mempunyai keunggulan dan kelemahan. Misalnya, mamografi hanya efektif pada usia di atas 40 tahun dan beberapa wanita merasa kurang nyaman. MRI bisa diaplikasikan untuk semua usia, tetapi biayanya paling mahal dan waktu pemeriksaannya relatif lebih lama.
Oleh karena itu, sekarang ini, USG banyak dikembangkan untuk dapat mengisi kekurangan yang ada. Saat ini, ada USG yang dikenal sebagai 3D Sonomammogram. Alat ini semakin banyak digunakan. Selain karena hasilnya lebih akurat, alat ini juga lebih nyaman karena dasarnya gelombang ultrasonik.
Adanya riwayat keluarga dekat yang menderita kanker (ibu, saudara kandung, tante)
Langkah pertama deteksi kanker payudara adalah dengan melakukan SADARI, yaitu pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan, biasanya setelah menstruasi. Pada SADARI, raba seluruh bagian payudara dan ketiak untuk mendeteksi benjolan atau perubahan yang mencurigakan, seperti kulit mengeras, puting tertarik ke dalam, atau keluar cairan. Memahami bentuk dan tekstur normal payudara sangat penting agar lebih mudah mendeteksi perubahan awal.
Mammografi adalah tes pencitraan yang menggunakan sinar-X untuk mendeteksi adanya kelainan atau benjolan kecil di payudara sebelum dapat dirasakan. Biasanya disarankan bagi wanita berusia di atas 40 tahun atau dengan faktor risiko tinggi. Mammografi efektif untuk mendeteksi kanker payudara pada tahap awal, meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
USG payudara digunakan untuk melihat struktur dalam payudara, terutama pada wanita dengan jaringan payudara yang padat. Alat ini menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambaran jaringan, sehingga membantu membedakan antara benjolan padat dan kista berisi cairan. USG sering dipadukan dengan mammografi untuk memberikan hasil yang lebih akurat.
MRI payudara memberikan gambar detail menggunakan medan magnet dan gelombang radio, sangat efektif untuk deteksi kanker pada wanita berisiko tinggi. MRI digunakan jika hasil mammografi atau USG menunjukkan adanya ketidakjelasan. Prosedur ini terutama direkomendasikan bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara atau mutasi genetik tertentu.
Biopsi adalah metode pasti untuk memastikan adanya kanker, dengan mengambil sampel jaringan dari benjolan atau area mencurigakan di payudara. Jaringan tersebut kemudian diperiksa di laboratorium untuk mengetahui apakah ada sel kanker. Biopsi dapat dilakukan dengan jarum (fine needle biopsy) atau pembedahan kecil tergantung pada kondisi dan lokasi benjolan.