Laparoskopi memungkinkan bedah saluran pencernaan dengan sayatan kecil. Teknik ini dapat mengurangi risiko terjadinya efek samping dan mempercepat waktu pemulihan.
Di masa lalu, dunia medis mengenal prinsip "big surgeon makes big incision." Namun, berkat kemajuan teknologi, kini prinsip tersebut bergeser. Teknik dengan sayatan kecil seperti laparoskopi terbukti memiliki lebih banyak manfaat, termasuk dalam bidang bedah pencernaan.
Bedah laparoskopi adalah teknik operasi yang memanfaatkan satu atau beberapa sayatan kecil (sekitar 0,3–3 cm) pada perut untuk membuat lubang akses bagi peralatan operasi. Sayatan yang kecil ini membuat laparoskopi disebut juga dengan teknik keyhole atau lubang kunci.
Kini, laparoskopi telah digunakan secara luas, dengan banyak perkembangan pada alat-alatnya. Teknologi seperti high definition atau 3D laparoscope, yang dapat menghasilkan gambar berkualitas jernih dan detail, kini telah diterapkan untuk meningkatkan kemudahan, ketepatan, dan kenyamanan dalam pelaksanaan operasi ini.
Seperti halnya dua sisi mata uang, laparoskopi juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan teknik laparoskopi untuk bedah pencernaan antara lain:
Sementara itu, kekurangan teknik laparoskopi adalah:
Walau teknik ini memiliki kekurangan, penelitian menunjukkan bahwa laparoskopi tetap memberikan lebih banyak manfaat bagi pasien.
Baca juga: Kenali Polip Usus Sebelum Berubah Menjadi Kanker Usus!
Lalu, apakah prosedur laparoskopi dapat dilakukan untuk semua jenis bedah pencernaan? Jawabannya tidak. Dokter spesialis bedah digestif mempertimbangkan berbagai faktor seperti kondisi pasien, jenis kasus, dan sarana yang tersedia. Pada beberapa kasus, prosedur laparoskopi mungkin perlu dihentikan di tengah operasi dan diubah menjadi laparotomi yang membutuhkan sayatan besar.
Pergantian laparoskopi menjadi laparotomi bukanlah kegagalan, melainkan langkah lanjutan yang dilakukan demi keselamatan pasien. Dokter yang melakukan tindakan perlu mempertimbangkan hal ini agar operasi tetap memberikan manfaat kepada pasien.
Meski tidak bisa untuk semua jenis operasi, laparoskopi dapat digunakan untuk berbagai jenis operasi. Berikut ini penjelasan lebih lengkap untuk beberapa operasi yang dapat dilakukan dengan laparoskopi:
Operasi usus buntu (apendektomi) dengan laparoskopi lebih sering digunakan karena sayatannya yang lebih kecil dan pemulihan yang lebih cepat. Pada infeksi usus buntu biasa, bekas sayatan dengan laparoskopi hampir tidak terlihat berbeda dari bedah konvensional. Namun, dalam kasus usus buntu yang parah atau sudah pecah, laparoskopi menghasilkan bekas luka yang jauh lebih kecil dan masa pemulihan yang lebih cepat dibandingkan operasi terbuka.
Laparoskopi juga banyak digunakan dalam prosedur cholecystectomy atau pengangkatan batu kandung empedu. Dengan teknik ini, pemulihan pasien biasanya lebih cepat dan rasa nyeri lebih minimal dibandingkan operasi terbuka. Bahkan, laparoskopi kini dianggap menjadi pilihan terbaik (standar emas) untuk prosedur pengangkatan batu empedu.
Baca juga: Kenali 4F Faktor Risiko Batu Empedu
Pada kasus hernia, baik hernia inguinalis (terjadi di lipatan paha) maupun hernia insisional (terjadi di bekas operasi terdahulu), tindakan laparoskopi menjadi pilihan yang efektif. Dengan membuat sayatan kecil, prosedur ini membantu memperkecil risiko kambuhnya hernia. Teknik ini juga mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan mendukung pemulihan yang lebih cepat.
Pada awalnya, muncul perdebatan mengenai efektivitas dan kemampuan laparoskopi untuk mengangkat kanker usus secara menyeluruh. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengangkatan kanker usus dengan laparoskopi memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan laparotomi.
Laparoskopi memungkinkan usus pulih dan berfungsi lebih cepat. Hal ini mengurangi risiko terjadinya infeksi luka operasi dan memperpendek masa perawatan di rumah sakit.
Selain operasi di atas, masih ada banyak jenis operasi lain yang dapat dilakukan dengan laparoskopi, misalnya adhesiolisis dan operasi bariatrik. Adhesiolisis adalah operasi untuk melepaskan perlengketan usus yang terjadi akibat luka atau peradangan. Sementara itu, operasi bariatrik adalah operasi pengecilan lambung untuk terapi obesitas.
Berdasarkan uraian di atas, laparoskopi memberikan lebih banyak manfaat dibanding bedah konvensional untuk pasien dengan kasus pencernaan. Namun, perlu diingat bahwa pilihan teknik bedah disesuaikan dengan kondisi pasien dan ketersediaan fasilitas serta tenaga medis di Indonesia. Di samping itu, setiap pasien berhak memilih teknik yang sesuai dengan kondisi ekonomi mereka.
Apapun teknik yang dipilih, manfaat serta kesembuhan bagi pasien tetaplah yang utama. Jika Anda ingin mempertimbangkan teknik operasi Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif di RS Pondok Indah. Dokter dapat memberikan pilihan yang terbaik bagi setiap pasien, dengan menyesuaikan kondisi kesehatan serta kesanggupan pasien.
Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pencernaan Bawah dan Kolonoskopi
Laparoskopi adalah teknik bedah minim sayatan untuk mengamati dan mengobati masalah di saluran pencernaan. Prosedur ini mempercepat pemulihan dan mengurangi rasa nyeri dibanding bedah konvensional (operasi terbuka), karena laparoskopi hanya membutuhkan beberapa sayatan kecil.
Operasi laparoskopi dimulai dengan membuat beberapa sayatan kecil di perut untuk memasukkan kamera dan alat bedah khusus. Kamera (laparoskop) akan menampilkan kondisi organ pencernaan di layar monitor, sehingga dokter dapat melihat dan mendiagnosis masalah dengan jelas.
Setelah itu, alat bedah dimasukkan melalui sayatan kecil lainnya untuk memperbaiki masalah, misalnya mengangkat tumor atau memperbaiki jaringan yang rusak. Setelah prosedur selesai, sayatan ditutup dengan jahitan atau lem medis. Dengan teknik ini, pasien biasanya dapat pulih lebih cepat dibandingkan dengan operasi terbuka.
Laparoskopi dapat diterapkan pada area perut dan panggul, termasuk organ-organ seperti usus, lambung, kandung empedu, hati, dan organ reproduksi.
Laparoskopi dan endoskopi adalah prosedur medis dengan tujuan dan metode berbeda. Laparoskopi adalah tindakan bedah minimal invasif untuk melihat atau mengobati organ di dalam rongga perut menggunakan alat bernama laparoskop melalui sayatan kecil.
Sementara itu, endoskopi adalah prosedur diagnostik yang menggunakan alat fleksibel bernama endoskop untuk memeriksa saluran pencernaan, seperti kerongkongan, lambung, atau usus, melalui mulut atau anus.
Laparoskopi dan laparotomi sama-sama prosedur bedah, tetapi metodenya berbeda. Laparoskopi adalah bedah minimal invasif menggunakan sayatan kecil. Sebaliknya, laparotomi adalah bedah terbuka dengan sayatan besar untuk memberikan akses langsung ke organ dalam perut. Laparotomi digunakan pada kasus kompleks yang membutuhkan visualisasi luas atau tindakan yang lebih ekstensif.