Tennis Elbow dan Gejalanya yang Patut Diwaspadai

Thursday, 28 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Tennis elbow adalah peradangan tendon di bagian luar siku akibat gerakan berulang atau penggunaan berlebihan otot lengan bawah. Kenali gejala dan penanganannya!

Tennis Elbow dan Gejalanya yang Patut Diwaspadai

Dalam aktivitas harian, kita sering melakukan gerakan berulang (repetitive movements). Misal saja ketika menggergaji, mengecat, memasak, memeras pakaian, bahkan bekerja menggunakan mouse.


Pengulangan gerakan yang menggunakan lengan dan pergelangan tangan ini menyebabkan terjadinya peradangan di siku, sehingga timbul rasa nyeri. Kondisi ini dinamakan tennis elbow karena kerap dialami oleh pemain tenis, meski banyak pula ditemukan kejadian pada masyarakat umum.


Apa Itu Tennis Elbow?

Tennis elbow, atau lateral epicondylitis, adalah kondisi yang disebabkan oleh peradangan atau iritasi pada tendon di bagian luar siku, yang terjadi akibat penggunaan berulang atau berlebihan otot-otot lengan bawah.


Meskipun sering dikaitkan dengan pemain tenis, kondisi yang juga dikenal dengan istilah epikondilitis lateral ini bisa dialami siapa saja yang melakukan aktivitas berulang yang membebani otot dan tendon di sekitar siku, seperti mengangkat, mengetik, atau bekerja dengan alat-alat berat.


Meski tidak berpotensi berujung pada kondisi yang fatal, tennis elbow dapat mengganggu aktivitas harian. Penderita akan merasa tidak nyaman dengan rasa nyeri dan keterbatasan gerak yang ditimbulkan.


Tanpa sadar, aktivitas harian dapat menyebabkan gangguan pada tubuh. Tidak hanya ketika kita melakukan pekerjaan yang berat, seperti mengangkat beban. Gangguan pada tubuh bahkan bisa terjadi ketika kita melakukan hal-hal yang ringan. 


Baca juga: Awas, Cedera Otot Tidak Selalu karena Olahraga



Gejala Tennis Elbow

Gejala utama tennis elbow adalah nyeri dan kelemahan di bagian luar siku, khususnya di sekitar tonjolan tulang siku, yang dapat menjalar ke lengan bawah dan pergelangan tangan. Seiring waktu, intensitas nyeri pun semakin bertambah. Durasinya bisa berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.


Selain nyeri pada bagian luar siku, gejala lain yang yang kerap timbul mencakup:


  • Nyeri otot saat melakukan gerakan memutar dengan tangan maupun meluruskan lengan
  • Nyeri saat mengangkat benda
  • Kesulitan menggenggam benda
  • Otot lengan melemah


Jika Anda merasakan gejala-gejala di atas setelah aktivitas yang melibatkan gerakan berulang, segera konsultasikan ke dokter spesialis ortopedi untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai.


Sebab, meski tidak berakibat fatal, tennis elbow yang tidak segera ditangani atau tidak ditangani dengan baik akan menghambat penderita dalam melakukan aktivitas harian. Terlebih, kondisi ini kerap dialami oleh orang di usia produktif (30 – 50 tahun) sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di tengah padatnya aktivitas yang dilakukan.


Baca juga: Jangan Sepelekan Nyeri Leher! Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya!


Penyebab Tennis Elbow

Berikut merupakan penyebab terjadinya tennis elbow:


1. Gerakan Berulang yang Berlebihan

Penyebab utama tennis elbow adalah gerakan berulang atau penggunaan berlebihan otot-otot lengan bawah dan pergelangan tangan, seperti saat bermain tenis, mengetik, atau menggunakan alat berat. Mereka yang bekerja sebagai pelukis, tukang kayu, tukang daging, maupun tukang ledeng akan lebih rentan mengalami kondisi ini. Sebab gerakan berulang yang mereka lakukan akan menimbulkan tekanan berlebih pada tendon di bagian luar siku, yang dapat menyebabkan iritasi dan peradangan.


2. Teknik atau Posisi yang Salah

Melakukan aktivitas dengan teknik yang kurang tepat, seperti pegangan raket yang salah atau posisi tangan yang buruk saat mengangkat benda, dapat meningkatkan risiko terjadinya tennis elbow. Teknik yang salah ini menambah tekanan pada tendon siku, memperburuk kondisi otot dan jaringan di sekitarnya.


3. Penggunaan Alat yang Tidak Sesuai

Menggunakan peralatan yang tidak sesuai dengan ukuran atau kebutuhan Anda, seperti raket tenis yang terlalu berat atau alat kerja yang tidak ergonomis, dapat menyebabkan ketegangan tambahan pada otot dan tendon lengan bawah, meningkatkan risiko mengalami tennis elbow.


4. Penuaan

Seiring bertambahnya usia, tendon menjadi kurang fleksibel dan lebih rentan terhadap cedera. Orang berusia 30-50 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena tennis elbow karena proses penuaan yang memengaruhi elastisitas dan kekuatan tendon.


5. Trauma atau Cedera Langsung

Cedera langsung pada siku, seperti benturan atau jatuh, dapat menyebabkan kerusakan pada tendon di bagian luar siku, memicu perkembangan tennis elbow. Meskipun penyebab ini lebih jarang dibandingkan gerakan berulang, trauma langsung juga dapat menjadi faktor risiko.


Baca juga: Kenali Langkah Pencegahan Cedera Olahraga


Faktor Risiko Tennis Elbow

Meskipun dapat dialami oleh siapa saja, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tennis elbow, seperti:


  • Berusia 30-50 tahun
  • Melakukan aktivitas sehari-hari yang mengandalkan gerakan tangan, lengan, dan pergelangan tangan secara berulang-ulang
  • Sering melakukan olahraga yang menggunakan raket, seperti bulu tangkis atau tenis


Baca juga: Berbagai Jenis Cedera Lutut, Momok Bagi Para Atlet



Penanganan Tennis Elbow

Saat menderita nyeri seperti ini, penting bagi penderita untuk menyadari aktivitas-aktivitas yang menyebabkan rasa nyeri tersebut. Setelahnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar rasa nyeri tidak semakin bertambah.


  • Istirahat, berhenti melakukan aktivitas yang menjadi faktor risiko terjadinya tennis elbow.
  • Gunakan tangan yang lain untuk melakukan aktivitas tersebut.
  • Hindari aktivitas dengan gerakan yang berulang.
  • Lakukan peregangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas dengan gerakan berulang. Untuk kasus tennis elbow, peregangan dapat dilakukan dengan menekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah, lalu menariknya menggunakan tangan lain. Lakukan pada kedua tangan. 


Konsumsi obat pereda nyeri bisa saja Anda lakukan untuk membantu mengurangi sakit pada siku, asalkan sesuai dengan aturan pakai yang tertera pada kemasan.


Jika intensitas nyeri semakin bertambah, yang mungkin disertai dengan munculnya gangguan beraktivitas, segera periksakan kondisi ke dokter. Pemeriksaan fisik cukup untuk mendiagnosa seseorang menderita tennis elbow.


Baca juga: Keseleo yang Tidak Kunjung Sembuh


Tapi ketika terdapat keraguan, pemeriksaan rontgen menggunakan sinar-x (untuk memastikan bukan arthritis atau radang sendi) dan MRI (untuk melihat apakah terjadi peradangan atau robekan pada otot) juga diperlukan.


Setelah memastikan bahwa kondisi yang dialami pasien adalah tennis elbow, penanganan awal biasanya dilakukan dengan pemberian obat anti peradangan. Terkadang juga diperlukan penyuntikan steroid ataupun PRP (platelet rich plasma) untuk mengurangi peradangan atau penanganan dengan ESWT (extracorporeal shock wave therapy).


Penanganan konservatif (tanpa operasi) untuk kasus tennis elbow memiliki angka keberhasilan yang tinggi, sekitar 80–90 persen. Tetapi, ketika selama 6–12 bulan penanganan konservatif tidak memberikan hasil memuaskan, operasi merupakan pilihan pengobatan terakhir untuk dilakukan.


Prosedur bedah terbuka maupun minimal invasive yang dilakukan bertujuan mengangkat jaringan yang rusak dan membersihkan serta memperbaiki jaringan otot yang meradang.


Terapi fisik bisa saja disarankan untuk memulihkan kondisi setelah operasi, maupun mengembalikan fungsi gerak siku penderita tennis elbow.


Tentu tidak ada yang ingin mengalami rasa nyeri. Jadi, perhatikan aktivitas harian yang anda lakukan dan hindari kondisi–kondisi yang merugikan kesehatan tubuh Anda.


Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah - Bintaro Jaya merupakan pilihan yang tepat bagi Anda untuk menyembuhkan tennis elbow yang terjadi. Tidak hanya mendapat penanganan dari dokter spesialis kedokteran olahraga yang kompeten, tenaga kesehatan di SMIRC juga sudah terlatih untuk mengoptimalkan proses pemulihan, sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan Anda. 


Baca juga: Terapi TENS: Fisioterapi Menggunakan Listrik untuk Meredakan Nyeri



FAQ


Bagaimana Saya Mengetahui Apakah Saya Menderita Tennis Elbow?

Tennis elbow ditandai dengan nyeri di bagian luar siku, terutama saat menggerakkan tangan atau mengangkat benda. Nyeri akibat tennis elbow sering terasa saat menggenggam benda, memutar kunci, atau membawa sesuatu. Gejala lain termasuk kelemahan pada lengan dan rasa sakit saat menekan area tersebut.


Apakah Tennis Elbow Bisa Dipijat?

Tennis elbow sebaiknya tidak dipijat atau diurut karena tekanan justru dapat memperlambat proses penyembuhan. Untuk menangani tennis elbow, lebih baik Anda mengistirahatkan otot dan tendon yang terasa nyeri serta segera menjadwalkan janji temu dengan dokter spesialis ortopedi.


Bagaimana Cara Mengatasi Tennis Elbow?

Langkah pertama untuk mengatasi tennis elbow adalah mengistirahatkan daerah yang terdampak. Anda juga bisa menggunakan kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan mengonsumsi obat anti-inflamasi jika diperlukan. Jika nyeri terus berlanjut, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi agar kondisi ini tidak bertambah parah.


Mengapa Tennis Elbow Terasa Sakit Sekali di Malam Hari?

Di malam hari, area yang terdampak tennis elbow bisa terasa lebih sakit karena tubuh lebih sedikit bergerak, sehingga aliran darah ke tendon di siku pun berkurang. Selain itu, posisi tidur yang salah juga dapat meningkatkan tekanan pada siku dan menyebabkan nyeri.


Untuk mengurangi peradangan dan nyeri di malam hari, Anda bisa menggunakan kompres dingin sebelum tidur dan mengatur posisi tidur agar tidak menekan siku. Selain itu, Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi untuk mendapatkan saran.


Bagaimana Cara Tidur dengan Tennis Elbow?

Apabila Anda menderita kondisi tennis elbow, disarankan untuk memposisikan lengan Anda lurus dan menopangnya dengan bantal saat tidur. Hindari posisi tidur dengan siku yang tertekuk karena dapat memperparah nyeri.


Jika rasa sakit tennis elbow terus mengganggu tidur waktu Anda, konsultasikan dengan dokter spesialis ortopedi untuk penanganan lebih lanjut.