ThinPrep adalah metode pap smear yang menggunakan cairan khusus untuk memeriksa sel-sel serviks, mendeteksi kanker atau sel abnormal dengan lebih akurat.
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim tersebut. Mengapa kanker serviks sangat penting untuk kita ketahui bersama?
Faktanya di Indonesia, kanker serviks merupakan keganasan yang kerap terjadi pada populasi wanita. Kanker serviks merupakan kanker kedua tertinggi di Indonesia setelah kanker payudara. Secara statistik, setiap tahunnya 15.000 orang wanita Indonesia terdiagnosis menderita kanker serviks, dan angka mortalitas atau kematian per tahun mencapai 8.000 orang wanita penderita.
Penyebab kanker serviks saat ini telah diidentifikasi, yakni Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik. Virus ini pada umumnya ditularkan melalui kontak seksual. Menurut statistik penelitian, 50-80 persen wanita dalam satu titik hidupnya pernah terinfeksi HPV. Infeksi HPV dapat sembuh sendiri dengan imunitas tubuh, namun untuk wanita yang berusia 30 tahun ke atas, kemungkinan untuk infeksi yang persisten atau menetap menjadi lebih besar.
Baca juga: Berbagai Cara Deteksi Kanker Leher Rahim
Secara keseluruhan, ada 30-40 subtipe HPV yang dapat menginfeksi genital. Beberapa subtipe yang dapat menyebabkan kanker serviks disebut dengan subtipe risiko tinggi (onkogenik). Sementara itu, ada pula subtipe lain yang menyebabkan kutil kelamin (bukan kanker atau keganasan), yang disebut dengan subtipe risiko rendah.
Waktu dari mulai terinfeksi HPV sampai timbulnya gejala kanker serviks sangat panjang hingga bertahun-tahun lamanya. Sebagian besar pasien dengan kanker serviks datang terlambat yakni pada stadium lanjut (IIIB), karena kebanyakan infeksi awal HPV berlangsung tanpa gejala apapun.
Baca juga: Cegah Kanker Serviks, Lakukan Vaksinasi HPV!
Karena infeksi awal HPV dapat berlangsung tanpa gejala, maka pencegahan sangat penting untuk dilakukan.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan jalan melakukan vaksinasi terhadap infeksi HPV. Vaksinasi HPV atau pemberian antigen ke dalam tubuh individu akan menginduksi terbentuknya antibodi atau kekebalan terhadap infeksi alamiah dari HPV.
Vaksinasi dapat mencegah infeksi HPV penyebab kanker berkembang menjadi kanker serviks invasif.
Vaksinasi terhadap HPV ini dapat diberikan pada remaja putri dan wanita dewasa. Pemberian dilaksanakan dalam 3 kali suntikan pada otot bagian lengan atas dengan jangka waktu pada bulan ke-0, 1 atau 2, dan 6.
Vaksin HPV pada umumnya dapat diterima dengan baik oleh para penerimanya, reaksi paling sering terjadi setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikkan seperti nyeri, bengkak dan kemerahan yang hanya bersifat sementara.
Antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV memberikan perlindungan jangka panjang dan berlangsung lama.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Kewanitaan
Pencegahan sekunder kanker serviks meliputi tindakan screening. Screening bisa mendeteksi keberadaan dari sel-sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks. Namun, screening tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.
Metode screening yang dikenal sampai saat ini meliputi pap smear konvensional, Liquid Based Cytology (LBC) co-testing dengan HPV, ThinPrep, dan Inspeksi Visual dengan menggunakan Asam Asetat (IVA).
Screening atau deteksi dini sangat penting untuk dilakukan karena seperti telah disebutkan bahwa kanker serviks stadium awal tidak bergejala. Apabila sudah timbul gejala biasanya sudah mencapai tahap lanjut.
Jika kanker serviks telah terdeteksi dini (tahap lesi pra-kanker atau stadium awal), maka kemungkinan bisa ditangani dengan tuntas dan tingkat kesembuhannya akan sangat tinggi.
Hanya 2 subtipe HPV risiko tinggi (16 dan 18) penyebab 70% kanker serviks yang dilindungi vaksin. Oleh karena itu, screening kanker serviks tetap diharuskan walaupun sudah mendapat vaksinasi terhadap HPV.
Vaksinasi dan screening sebagai panduan dari pencegahan primer dan sekunder dari kanker serviks dianggap dapat memberikan perlindungan yang ideal untuk mencegah kanker serviks.
Baca juga: Kanker Serviks Bisa Disembuhkan?
Kelebihan Sitologi Serviks Berbasis Cairan/LBC ini adalah lebih akurat dibandingkan dengan pap smear konvensional. Pada penelitian, Sitologi Serviks Berbasis Cairan meningkatkan deteksi prakanker dibanding pap smear konvensional. Double screening untuk deteksi yang lebih baik.
Sejak disetujui FDA pada tahun 1996, lebih dari 170 penelitian telah diterbitkan oleh jurnal medis. Penelitian menunjukkan keuntungan dari LBC tersebut, termasuk meningkatkan angka deteksi penyakit, diagnosis yang lebih tepat, sampel lebih baik, dan cost yang lebih efisien.
Co-testing HPV-LBC dikatakan lebih nyaman, praktis, serta hemat biaya, karena apabila hasilnya negatif, cukup dilakukan 3-5 tahun sekali dan nilai prediksi negatif tes ini sebesar 100%. Artinya, apabila negatif, kemungkinan terkena kanker serviks dalam waktu 3-5 tahun hanya 1:1000. Lakukan tindakan vaksinasi dan deteksi dini untuk mencegah kanker serviks!
ThinPrep digunakan untuk tes pap smear. Dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim dengan sikat khusus, lalu sampel dimasukkan ke dalam cairan khusus ThinPrep. Selanjutnya, sampel diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi perubahan sel yang berisiko kanker.
Hasil ThinPrep yang terkena kanker serviks akan menunjukkan adanya sel abnormal atau sel kanker di leher rahim. Dokter akan menindaklanjuti hasil ini dengan tes lebih lanjut atau tindakan medis, seperti biopsi, untuk memastikan diagnosis dan menentukan pengobatan yang tepat.
Jika hasil ThinPrep positif, segera konsultasi dengan dokter. Dokter mungkin akan menyarankan tes lanjutan seperti kolposkopi atau biopsi untuk memastikan kondisi sel abnormal, dan menentukan langkah perawatan selanjutnya, seperti pengawasan atau pengobatan.