Cegah bayi gumoh dengan memberi makan perlahan, sendawakan setelah menyusu, dan hindari posisi berbaring segera setelah makan.
Gumoh (spitting up) merupakan hal yang seringkali dialami oleh anak. Kondisi yang di dunia medis dikenal dengan gastroesophagear reflux ini merupakan keluarnya sebagian susu saat atau setelah bayi menyusu.
Pada anak yang mengalami gumoh, cairan susu keluar begitu saja tanpa adanya kontraksi pada otot dinding perut. Hal inilah yang membedakan gumoh dengan muntah.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian gumoh pada bayi hingga usia dua bulan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Hal ini kemungkinan terjadi akibat kurangnya pengetahuan dalam pemberian minum pada bayi.
Untuk mencegah gumoh, upayakan bayi tidak minum dalam posisi berbaring dan saat minum, posisikan mulut bayi dengan tepat agar udara tidak masuk bersama susu. Lalu setelah minum, posisikan bayi tegak selama beberapa saat serta pastikan tidak ada yang menekan bagian perut bayi dan sendawakan bayi.
Selain itu, jangan paksakan bayi untuk minum susu lebih banyak dari yang diinginkan.
Perlu diketahui, lambung bayi baru lahir berukuran sangat kecil (kira-kira seukuran bola pingpong) dan katup lambung bayi juga belum kuat. Sampai usia 4 bulan, lambung bayi hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum.
Karenanya, jika volume susu yang diberikan terlalu banyak atau langsung berbaring setelah minum, susu akan mengalir kembali ke mulut.
Ketika gumoh tetap terjadi meski pemberian susu tidak berlebih serta dilakukan dengan posisi yang baik, sebaiknya segera periksakan kondisi buah hati ke dokter. Terlebih lagi jika disertai dengan gangguan pernapasan (tersedak, batuk, atau bunyi napas yang tidak biasa), gumoh lebih dari dua sendok makan, atau berat badan bayi sulit naik.
Gumoh yang terjadi berulang dapat menjadi pertanda adanya gangguan pada saluran cerna. Hal ini perlu segera mendapat penanganan agar dapat tertangani dengan baik. Jika dibiarkan, gumoh dapat menyebabkan bayi mengalami tersedak hingga iritasi pada saluran cerna bagian atas.
Gumoh tidak selalu berkaitan dengan pemberian air susu ibu (ASI). Gumoh dapat terjadi akibat terlalu banyak menelan udara saat menyusu atau ketika terlalu banyak minum susu.
Anak yang terlahir prematur atau mengalami gangguan tumbuh kembang lebih berisiko mengalami gumoh dibanding anak lainnya.
Jika bayi gumoh, pastikan untuk menyusui dengan posisi yang tegak dan jangan langsung berbaring setelah menyusui. Jangan terlalu banyak memberi makan dalam satu waktu dan perhatikan apakah ada tanda-tanda masalah lain. Jika gumoh terjadi terus-menerus atau disertai gejala lain, konsultasikan ke dokter.
Jika bayi gumoh, tidak perlu langsung disusui lagi kecuali bayi terlihat lapar atau rewel. Berikan waktu agar bayi bisa mencerna, dan pastikan posisi menyusui tegak agar udara tidak terperangkap di perut.
Gumoh adalah keluarnya sedikit susu atau makanan dari mulut bayi tanpa disertai usaha keras, biasanya setelah menyusui. Sedangkan muntah melibatkan pengeluaran makanan atau cairan secara tiba-tiba dan lebih banyak, disertai dengan kontraksi perut atau usaha keras dari tubuh bayi.
Gumoh pada bayi umumnya akan berkurang atau hilang saat bayi berusia 6 hingga 12 bulan, ketika sistem pencernaan mereka semakin matang. Posisi tubuh yang tepat saat menyusui dan menjaga bayi tetap tegak setelah makan dapat membantu mengurangi gumoh.