Speech delay adalah keterlambatan kemampuan anak untuk bicara sesuai usia, ditandai kesulitan mengucapkan kata atau membentuk kalimat.
Keterlambatan bicara atau dikenal juga dengan speech delay banyak menjadi momok bagi orangtua. Apa sebetulnya yang menyebabkan si kecil ‘terlambat bicara’, dan seperti apa gejala atau tanda-tanda yang perlu diwaspadai? Mari baca ulasannya berikut ini.
Speech delay adalah kondisi di mana anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara dibandingkan anak seusianya. Anak dengan speech delay mungkin kesulitan mengucapkan kata, merangkai kalimat, atau bahkan memahami dan meniru bunyi. Meski tidak selalu menandakan masalah serius, penting untuk memeriksakan ke dokter atau terapis jika anak terlihat terlambat bicara, agar bisa diberikan penanganan dan dukungan yang tepat.
Penyebab speech delay bermacam-macam, misalnya karena keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, baik secara umum maupun dalam penerimaan (reseptif) atau ekspresinya (ekspresif), adanya gangguan pendengaran, masalah pada struktur seputar organ pembentuk suara, gangguan perilaku seperti autisme, masalah psikososial berat, maupun gangguan fungsi dan perkembangan lain seperti misalnya apraksia dan disabilitas mental.
Hal yang perlu digarisbawahi oleh para orangtua adalah seringkali keterlambatan bicara menjadi suatu tanda dari masalah fungsi atau perkembangan lain yang tidak berdiri sendiri, sehingga perlu segera dikonsultasikan ke dokter spesialis anak untuk diperiksa lebih lanjut. Semakin dini dikenali, semakin cepat ditangani, diharapkan hasilnya semakin baik.
Ada beberapa kondisi terlambat bicara yang disebabkan oleh masalah pada otak sejak lahir. Selain itu, terlambat bicara juga bisa disebabkan oleh faktor lain. Misalnya, pada anak yang lahir dengan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala normal, namun seiring perjalanan waktu memiliki gangguan perkembangan karena berbagai sebab.
Adanya gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang yang tidak ditangani dengan baik, anak sakit berat pada masa kritis perkembangan bagian otak yang mengatur kemampuan bicara, atau masalah pengasuhan dan stres psikososial berat seperti perlakuan salah (abuse) dan penelantaran juga dapat meningkatkan risiko terlambat bicara pada anak.
Cara mudah mengetahui apakah kemampuan bicara anak terlambat atau tidak adalah dengan melakukan screening perkembangan secara berkala. Di Indonesia, jadwal screening tumbuh kembang yang disarankan adalah setiap 3 bulan sekali sampai usia 2 tahun, kemudian dilanjutkan setiap 6 bulan sekali sampai usia 6 tahun.
Dalam screening tumbuh kembang, tidak hanya perkembangan bicara yang diperiksa, namun juga pertumbuhan (pertambahan berat badan, panjang/tinggi badan, dan lingkar kepala) dan ranah perkembangan yang lain, seperti gerak kasar, gerak halus, dan kemampuan sosial kemandirian. Dengan cara ini, diharapkan tanda ke arah penyimpangan perkembangan bisa dideteksi sedini mungkin.
Usia berapa bisa terdeteksi, tergantung dari instrumen apa yang digunakan untuk pemeriksaan. Pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, instrumen yang disarankan dari Kementerian Kesehatan adalah SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Instrumen ini dapat mendeteksi masalah tumbuh kembang pada anak mulai usia 3 bulan. Di tempat praktik dokter spesialis anak, instrumen yang digunakan bisa berbeda tergantung keahlian dokter tersebut.
Penanganan yang tepat dan screening sejak dini diharapkan dapat menghindarkan si kecil dari masalah kesehatan yang lebih serius di kemudian hari.
Mengatasi speech delay pada anak dimulai dengan memberikan stimulasi yang cukup, seperti sering berbicara, membacakan cerita, dan menyanyikan lagu sederhana. Orang tua perlu melibatkan anak dalam percakapan sehari-hari, meskipun anak belum bisa merespons dengan baik.
Jika keterlambatan bicara cukup signifikan, penting untuk konsultasi dengan dokter atau terapis bicara. Terapis akan membantu anak berlatih kemampuan bicara dan berkomunikasi melalui berbagai teknik permainan yang menyenangkan. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab mendasar, seperti gangguan pendengaran atau kondisi medis lainnya, juga penting agar terapi bisa lebih efektif.
Speech delay dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti gangguan pendengaran, masalah perkembangan saraf, atau keterlambatan dalam stimulasi bahasa dari lingkungan sekitar. Faktor genetik, masalah emosional, atau kondisi medis tertentu juga bisa mempengaruhi kemampuan bicara anak.
Jika anak mengalami speech delay, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli terapi wicara untuk diagnosis dan penanganan tepat. Stimulasi bahasa lewat percakapan sehari-hari, membaca bersama, dan memberi contoh ucapan juga penting untuk mendukung perkembangan bicaranya.
Ciri-ciri speech delay pada anak meliputi keterlambatan dalam mengucapkan kata pertama, kesulitan dalam merangkai kalimat, atau tidak mengerti perintah sederhana pada usia yang seharusnya sudah bisa. Anak juga mungkin jarang berbicara atau lebih sering menggunakan gerakan tubuh daripada kata-kata.