Mengenal Apa Itu Alzheimer: Penyakit Otak yang Lebih dari Sekedar Pikun

Oleh Tim RS Pondok Indah

Rabu, 04 September 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Penyakit Alzheimer akan menyebabkan penderitanya menjadi pikun. Kondisi ini juga bisa menyebabkan komplikasi yang akan menurunkan kualitas hidup penderitanya. 

Mengenal Apa Itu Alzheimer: Penyakit Otak yang Lebih dari Sekedar Pikun

Jika Anda berpikir bahwa pikun (demensia) merupakan nama lain dari penyakit Alzheimer, sebaiknya baca artikel ini dengan seksama. Pikun yang biasa dialami oleh lansia bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, salah satunya adalah penyakit Alzheimer.


Alzheimer adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan daya ingat dan kemampuan otak penderitanya. Jadi, tidak semua orang yang pikun menderita penyakit Alzheimer, tetapi mereka yang menderita penyakit Alzheimer akan mengalami kepikunan sebagai salah satu gejalanya.


Apa itu Penyakit Alzheimer?

Penyakit Alzheimer merupakan salah satu contoh penyakit neurodegeneratif, atau kelainan pada sistem saraf karena proses penuaan. Kondisi ini akan membuat sel saraf kehilangan struktur serta fungsinya, sehingga penderita penyakit Alzheimer akan mengalami penurunan fungsi kognitif otak. Yang termasuk dalam fungsi kognitif adalah kemampuan mengingat, berbicara dan berpikir, serta perilaku seseorang.


Kondisi yang sering kali dialami oleh mereka yang berusia lebih dari 60 tahun ini bersifat progresif, artinya penyakit ini akan terus berkembang dan makin parah. Sebab kematian sel saraf di otak terus terjadi dan makin banyak bagian otak yang rusak.


Baca juga: Alzheimer, Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Mencegahnya?



Gejala Penyakit Alzheimer

Ada 3 tahapan gejala penyakit Alzheimer yang terjadi secara berurutan. Munculnya gejala ini juga biasa terjadi secara bertahap. Di bawah ini adalah penjelasan singkat dari masing-masing tahapan, serta gejala Alzheimer: 


1. Gejala penyakit Alzheimer Tahap Awal

Kebanyakan gejala awal penyakit Alzheimer terjadi pada pertengahan usia 60an. Meski jarang, ada juga yang menunjukkan gejala awal penyakit Alzheimer pada saat usianya lebih dari 30 tahun.

Umumnya gejala awal penyakit Alzheimer akan berlangsung selama 2-4 tahun. Beberapa gejala awal yang menandakan penyakit ini, antara lain:


  • Mudah lupa, bahkan untuk hal-hal atau percakapan yang baru saja dilakukan maupun yang sering dilakukan
  • Sering mengulang pertanyaan maupun pernyataan
  • Sering kehilangan barang, atau meninggalkan barang karena lupa tempat meletakkannya
  • Mudah tersesat meski berada atau pergi ke tempat yang sudah sering dikunjungi, padahal sebelumnya tidak memiliki masalah untuk mengingat arah
  • Memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan yang mudah (seperti menulis) atau aktivitas sehari-hari yang sudah sering dilakukan (seperti melakukan pembayaran)
  • Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, termasuk merangkai kata-kata
  • Mengalami perubahan perilaku, suasana hati, dan kepribadian, seperti menjadi lebih agresif, curiga, cemas, maupun depresi
  • Lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dibandingkan dengan beraktivitas seperti biasanya


2. Gejala Penyakit Alzheimer Tahap Menengah

Gejala Alzheimer akan memburuk seiring berjalannya perkembangan penyakit ini. Ketika memasuki tahap menengah, berikut ini adalah beberapa gejala yang bisa ditunjukkan penderitanya:


  • Mengalami hambatan dalam berkomunikasi, membaca, menulis, serta berhitung
  • Kesulitan mengingat dan mengenali keluarga maupun teman
  • Kesulitan mempelajari atau beradaptasi dengan hal-hal baru, karena adanya gangguan konsentrasi
  • Mulai berpikir secara tidak logis, bahkan mungkin mengalami halusinasi, delusi maupun paranoia
  • Berperilaku impulsif pada waktu atau tempat yang tidak tepat, termasuk mengalami ledakan emosi yang berlebih serta cenderung menyerang orang lain
  • Mengalami gangguan tidur
  • Bisa menjadi linglung, yang ditandai dengan kebingungan karena tidak tahu alasan mereka berada di suatu tempat


3. Gejala Penyakit Alzheimer Tahap Akhir

Pada tahap ini, penderita penyakit Alzheimer memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas. Beberapa gejala Alzheimer pada tahap akhir, berupa: 


  • Kemampuan komunikasi yang makin buruk
  • Sering mengompol atau buang air besar tanpa disadari
  • Penurunan berat yang signifikan karena tidak bisa makan sendiri, yang terkadang disertai dengan kesulitan menelan
  • Kejang-kejang
  • Lebih mudah dan sering mengalami infeksi pada kulit
  • Jam tidur makin meningkat
  • Halusinasi dan delusi makin parah, yang membuat penderitanya selalu curiga terhadap orang di sekitarnya, bahkan sampai berkata atau berperilaku kasar
  • Pikun makin parah


Jika Anda atau orang terkasih merasakan salah satu dari beberapa gejala Alzheimer, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter spesialis neurologi. Tidak perlu menunggu sampai gejala mengganggu aktivitas!


Baca juga: Tak Lupa di Kala Tua


Penyebab Penyakit Alzheimer

Sampai saat ini penyebab Alzheimer belum diketahui secara pasti. Adanya kombinasi beberapa faktor, seperti usia, genetik, kondisi kesehatan secara umum, gaya hidup, dan faktor lingkungan, diyakini menjadi penyebab penyakit Alzheimer. Beberapa faktor tersebut akan menyebabkan perubahan struktur otak, yang juga menyebabkan fungsinya terganggu.


Pengendapan protein amiloid dan protein tau di dalam otak serta kusutnya benang-benang saraf, merupakan kondisi yang memicu kerusakan sel saraf di otak. Sebab penumpukan salah satu dari kedua protein ini akan menghambat pengiriman sinyal antara sel-sel otak. Akibatnya, sel-sel otak tidak berfungsi dengan baik dan mengalami kerusakan.


Kerusakan pada sel otak bisa menurunkan kadar zat kimia di dalam otak sehingga koordinasi antarsaraf otak menjadi kacau. Hal ini menyebabkan seseorang menderita penyakit Alzheimer, yang ditandai dengan pikun dan perubahan suasana hati.


Baca juga: Sindrom Geriatri, Berbagai Keluhan Lansia yang Dapat Disiasati


Faktor Risiko Penyakit Alzheimer

Meski para peneliti belum mengetahui penyebab pasti terjadinya penumpukan protein penyebab penyakit Alzheimer, ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini. Beberapa faktor risiko terjadinya penyakit Alzheimer adalah sebagai berikut ini:


  • Berjenis kelamin wanita
  • Berusia lebih dari 65 tahun
  • Memiliki keluarga yang mengalami penyakit Alzheimer
  • Mengalami kelainan genetik, termasuk mengalami sindrom Down, maupun mengalami gangguan fungsi kognitif ringan
  • Pernah mengalami cedera kepala
  • Mengalami penyakit serebrovaskular, seperti stroke
  • Mengalami kekurangan vitamin D
  • Menderita penyakit metabolik, seperti diabetes tipe 2 (kencing manis), hipertensi, obesitas, maupun dislipidemia (kolesterol tinggi)
  • Mengalami gangguan psikis, termasuk depresi dan gangguan tidur
  • Memiliki gaya hidup yang tidak sehat, termasuk merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, kurang aktif bergerak dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat
  • Sering terpapar dengan polusi udara
  • Status pendidikan yang rendah, pekerjaan yang monoton, kurang melakukan aktivitas yang melatih otak (membaca, bermain game, bermain alat musik), dan kurangnya komunikasi sosial


Baca juga: Tetap Berolahraga di Usia Senja



Pengobatan Penyakit Alzheimer

Sebelum memberikan pengobatan, dokter akan terlebih dahulu memastikan diagnosa penyakit Alzheimer dengan melakukan tanya jawab medis (anamnesis) maupun Mini Mental State Examination (MMSE).

Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan saraf, serta beberapa pemeriksaan penunjang seperti tes darah, pungsi lumbal, CT- Scan, PET-Scan maupun MRI. 


Tidak ada cara untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer maupun mengembalikan kondisi penderitanya seperti sedia kala. Beberapa penanganan yang dilakukan bertujuan untuk menunda perburukan kondisi serta mengatasi keluhan yang terjadi akibat penyakit Alzheimer. Semakin awal pengobatan Alzheimer dilakukan, makin baik penderitanya bisa beraktivitas secara mandiri.


Pentingnya Keterlibatan Anggota Keluarga Penderita Alzheimer

Agar penanganan penyakit Alzheimer maksimal, diperlukan kerjasama dari keluarga pasien, baik dari segi finansial, keterlibatan fisik maupun dukungan emosional.


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk merawat penderita Alzheimer tersebut, meliputi:


  • Menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur 
  • Mengupayakan lingkungan senyaman mungkin untuk penderita, seperti dengan meletakkan benda yang dipergunakan sehari-hari di tempat yang sama
  • Kurangi penggunaan cermin di rumah, karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan, bahkan ketakutan
  • Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi, serta menyediakan alas kaki antiselip untuk mencegah terjatuh saat berjalan
  • Peresepan obat disesuaikan dengan kondisi penderita, termasuk peresepan obat untuk menjaga penyakit penyerta tetap stabil
  • Peresepan obat juga bisa diberikan untuk meredakan keluhan lain yg diderita, seperti defisiensi vitamin D, dan depresi
  • Selain itu, dokter juga akan meresepkan beberapa obat untuk mengobati penyakit Alzheimer, seperti golongan penghambat acetylcholinesterase dan memantine, serta obat penenang 
  • Penyimpanan atau letak obat sebaiknya pada lokasi yang tidak bisa dijangkau oleh pasien, dan gunakan penanda maupun pengingat waktu serta dosis konsumsi obat
  • Kenakan gelang maupun tanda pengenal pada pasien penderita Alzheimer
  • Jangan lupa pula untuk mengajak pasien penderita penyakit Alzheimer untuk berobat dan kontrol secara rutin guna memantau kondisinya


FAQ


Apakah Penyakit Alzheimer Bisa Disembuhkan?

Sayangnya, penyakit alzheimer tidak bisa disembuhkan. Kondisi penderita penyakit alzheimer justru makin buruk seiring berjalannya waktu. Saat ini, pengobatan yang tersedia hanya bisa memperlambat perburukan kondisi. Diagnosis dan perawatan dini adalah kunci untuk memperlambat perkembangan penyakit alzheimer. Jadi, bila Anda atau orang tercinta menunjukkan gejala alzheimer, segera konsultasikan dengan dokter spesialis neurologi untuk mendapatkan perawatan yang tepat.


Apakah Penyakit Alzheimer itu Berbahaya?

Lebih dari sekedar pikun, penyakit alzheimer tergolong sebagai penyakit yang berbahaya, karena bersifat progresif. Artinya penyakit ini akan terus mengganggu fungsi otak seiring berjalannya waktu. Terganggunya fungsi otak akan ditandai dengan hilangnya ingatan atau memori, kebingungan, dan kesulitan berkomunikasi yang makin parah.


Apa Perbedaan Antara Alzheimer dan Demensia?

Demensia adalah istilah umum untuk penurunan fungsi kognitif, seperti ingatan dan fungsi berpikir. Alzheimer sendiri adalah salah satu jenis demensia yang paling umum dan bersifat progresif, yang ditandai dengan penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir. Jadi, Alzheimer adalah salah satu penyebab demensia, sementara demensia mencakup semua kondisi yang mempengaruhi fungsi otak.


Apakah Penyakit Alzheimer Bisa Menular?

Penyakit Alzheimer bukanlah penyakit menular. Meski penyebabnya belum diketahui dengan pasti hingga saat ini, kondisi ini tidak ditularkan antar penderita ke orang yang sehat. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada bukti adanya penularan penyakit alzheimer antar manusia maupun melalu prosedur medis tertentu.


Meski penyakit Alzheimer tidak bisa dicegah, Anda bisa mengurangi risiko terjadinya kondisi ini dengan menjaga kesehatan, terutama kesehatan otak. Beberapa kegiatan yang bisa meningkatkan kesehatan otak adalah rutin berolahraga, tidak merokok, tidur cukup, dan melakukan olahraga otak, seperti belajar bahasa asing, mengerjakan teka-teki silang, dan membaca.


Selain itu, pemeriksaan dan penanganan penyakit Alzheimer sedini mungkin akan membantu mencegah perburukan kondisi. Jadi, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis neurologi di RS Pondok Indah cabang terdekat. Selain pemeriksaan, dokter akan memberikan penanganan untuk memastikan penderita penyakit Alzheimer menjalani hari-harinya semaksimal mungkin.




Referensi:

  1. Trejo-Lopez JA, Yachnis AT, Prokop S. Neuropathology of Alzheimer's disease. Neurotherapeutics. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878747923001617). Diakses pada 7 Juni 2024
  2. Shi M, Chu F, et al,. Impact of anti-amyloid-β monoclonal antibodies on the pathology and clinical profile of Alzheimer’s disease: a focus on aducanumab and lecanemab. Frontiers in aging neuroscience. 2022. (https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnagi.2022.870517/full). Diakses pada 7 Juni 2024.
  3. World Health Organization. Dementia. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia). Direvisi terakhir 15 Maret 2023. Diakses pada 7 Juni 2024.
  4. Centers for Disease Control and Prevention. Alzheimer’s Disease and Related Dementias. (https://www.cdc.gov/aging/aginginfo/alzheimers.htm). Direvisi terakhir 26 Oktober 2020. Diakses pada 7 Juni 2024.
  5. National Institute of Aging. Alzheimer's Disease Fact Sheet. (https://www.nia.nih.gov/health/alzheimers-and-dementia/alzheimers-disease-fact-sheet). Direvisi terakhir 5 April 2023. Diakses pada 7 Juni 2024. 
  6. Cleveland Clinic. Alzheimer’s Disease. (https://www.nia.nih.gov/health/alzheimers-causes-and-risk-factors/what-happens-brain-alzheimers-disease). Direvisi terakhir 10 Desember 2022. Diakses pada 7 Juni 2024.
  7. Mayo Clinic. Alzheimer’s Disease. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/alzheimers-disease/symptoms-causes/syc-20350447). Direvisi terakhir 13 Februari 2024. Diakses pada 7 Juni 2024.